Catat! ini 5 Sentimen Penggerak Pasar Pekan Depan

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
18 August 2019 19:50
Pelaku pasar perlu mencermati setidaknya lima sentimen ini yang bakal ikut memengaruhi pergerakan bursa saham Indonesia.
Foto: REUTERS/Lucas Jackson
Jakarta, CNBC Indonesia-Sepanjang pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,07% dan ditutup di level 6.286,657. IHSG menjadi satu dari dua indeks saham utama di Asia yang ditutup di jalur hijau, setelah indeks Shanghai yang melesat 1,8%.

Untuk pekan depan, pelaku pasar perlu mencermati setidaknya lima sentimen ini yang bakal muncul dan ikut memengaruhi pergerakan bursa saham Indonesia. Berikut ini peristiwa yang perlu diantisipasi pada pekan depan menurut Tim Riset CNBC Indonesia.

Pertama, pandangan pelaku pasar akan tertuju pada China yang pada 20 Agustus ini akan mengumumkan Loan Prime Rate (LPR). Ini merupakan yang pertama kali dilakukan Negeri Panda itu guna mempercepat akselerasi penurunan bunga kredit di sektor riil.

Langkah ini dilakukan di tengah dugaan People Bank's of China (PBoC) bakal menurunkan suku bunga acuan dari posisi sekarang 4,35%. Maklum saja, China sedang berupaya melakukan segala hal untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang pada Juli tertekan ke level terendah 27 tahun terakhir di 6,2%.

Sebelumnya, Beijing sempat "nekad" membiarkan nilai tukar mata uangnya melemah terhadap dolar AS, melewati level psikologis 7 per dolar AS, yang membuat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump murka karena depresiasi yuan membuat produk China kian kompetitif di pasar dunia.



Kedua, pelaku pasar global termasuk juga di Indonesia juga perlu mencermati perkembangan perang dagang antara AS dan China. Ini karena pada Senin (19/8/2019), Huawei resmi terkena sanksi dari AS berupa larangan pengiriman update sistem piranti lunak dari semua perusahaan teknologi AS ke ponsel pabrikan China tersebut.

Hingga detik ini, pemerintah AS tidak memberikan tenggat meski sebelumnya telah bersedia menunda ancaman pengenaan tarif baru terhadap produk China. Namun, AS diprediksi tak bakal memberi tenggat karena pemerintah Federal telah melarang semua organisasi pemerintahan memperjual-belikan produk Huawei.

Di sisi lain, Beijing belum memberikan komentar meski pelaku pasar berekspektasi bakal ada tindakan balasan dari Negeri Tirai Bambu tersebut. Huawei dan Google juga belum memberikan pernyataan mengenai kebijakan ini.

Catat! ini 5 Sentimen Penggerak Pasar Pekan DepanFoto: Reuters


Ketiga, investor juga bakal menanti arah kebijakan bank sentral Indonesia yang bakal menggelar Rapat Dewan Gubenur (RDG) pada tanggal 21 dan 22 Agustus. Sebagian pelaku pasar mengekspektasikan penurunan suku bunga acuan (BI 7-Day Reverse Repo Rate) untuk menstimulasi ekonomi, sebagian lain menilai level 5,75% perlu ditahan demi stabilitas kurs.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan bahwa ruang penurunan suku bunga acuan masih terbuka, dengan mengatakan masih terbuka "ruang kebijakan moneter yang akomodatif."

Sepanjang tahun berjalan (year to date), data Revinitif menyebutkan rupiah telah menguat sebesar 1% atau 145 poin ke Rp 14.230 per dolar Amerika Serikat (AS).



Keempat, perhatikan juga update perang dagang mulai menyeruak di Semenanjung Korea. Korsel menyatakan bakal mengeluarkan Jepang dari daftar putih berisikan mitra dagang Korsel "terpercaya" dan menikmati fasilitas dagang. Jepang bereaksi serupa dengan berencana memberlakukan hal yang sama mulai 28 Agustus.

Neraca perdagangan Korea Selatan (Korsel) per Juli telah tertekan. Menurut data Revinitif, Negeri Ginseng tersebut mencatat penurunan ekspor sebesar 11% dan koreksi impor 2,7%, sehingga neraca perdagangan berada di level US$2,4 miliar.

Kelima, perlu juga dicermati data rilis penjualan mobil dan motor dari Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) per Juli. Sebelumnya per Juni, penjualan mobil di Indonesia masih tumbuh 1,2% sedangkan penjualan motor turun 4,7%.

Penurunan penjualan terjadi hampir di seluruh merek kendaraan, sehingga mengindikasikan bahwa konsumsi rumah tangga maupun swasta terhadap produk otomotif belum sepenuhnya membaik. Penjualan PT Astra International Tbk (ASII) turun 5,5% pada semester I 2019. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Sentimen-Sentimen Ini Bisa 'Acak-Acak' Pasar Pekan Depan!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular