
Sempat Tergelincir, Nota Keuangan Jokowi Bikin IHSG Hijau
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
16 August 2019 17:01

Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan hari ini dengan apresiasi sebesar 0,11% ke level 6.264,38, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat banting setir ke zona merah sebelum akhirnya kembali merangsek ke zona hijau dan terus bertahan di sana. Per akhir sesi dua, IHSG menguat 0,47% ke level 6.286,66.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendongkrak kinerja IHSG di antaranya: PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+5,96%), PT Pollux Properti Indonesia Tbk/POLL (+24,55%), PT Sinar Mas Multiartha Tbk/SMMA (+15%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+3,62%), dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk/TPIA (+1,97%).
Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama Benua Kuning yang juga ditransaksikan di teritori positif: indeks Nikkei naik 0,06%, indeks Shanghai menguat 0,29%, dan indeks Hang Seng terangkat 0,94%.
Pada sesi awal perdagangan, bursa saham Asia sempat diterpa tekanan jual seiring dengan komentar tak sedap yang diutarakan China terkait dengan perang dagang dengan AS. Kemarin sore (15/8/2019), Kementerian Keuangan China mengatakan bahwa pihaknya harus mengambil langkah balasan guna merespons rencana Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan bea masuk senilai 10% bagi produk impor asal China yang hingga kini belum terdampak perang dagang.
Etikat baik dari AS ternyata tak digubris oleh China. Seperti yang diketahui, pada hari Selasa (13/8/2019) Kantor Perwakilan Dagang AS mengumumkan bahwa pihaknya akan menghapus beberapa produk dari daftar produk impor asal China yang akan dikenakan bea masuk baru pada awal bulan depan.
Kantor Perwakilan Dagang AS dalam pernyataan resminya mengatakan bahwa keputusan ini dilandasi oleh alasan "kesehatan, keselamatan, keamanan nasional, dan faktor-faktor lainnya", dilansir dari CNBC International.
Lebih lanjut, pengenaan bea masuk baru senilai 10% untuk berbagai produk lainnya yang sejatinya akan mulai berlaku efektif pada awal September diputuskan ditunda hingga 15 Desember. Produk-produk yang akan ditunda pengenaan bea masuknya mencakup ponsel selular, laptop, konsol video game, dan monitor komputer.
Namun kemudian, pelaku pasar mulai merespons positif nada optimisme yang disuarakan oleh Kementerian Luar Negeri China. Masih kemarin, Kementerian Luar Negeri China mengungkapkan optimisme bahwa kedua belah pihak bisa menemukan solusi untuk perang dagang kedua negara yang sudah berlangsung begitu lama.
"Dengan dasar kesetaraan dan rasa saling menghormati, kita dapat menemukan solusi yang saling menguntungkan melalui dialog dan konsultasi," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying, dilansir dari CNBC International.
Kala dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia bisa mengakhiri perang dagang antar keduanya, tentu perekonomian global bisa dipacu untuk melaju di level yang relatif tinggi. Dari dalam negeri, rilis data perdagangan internasional periode Juli 2019 mampu mendongkrak kinerja IHSG. Data perdagangan internasional periode Juli 2019 diumumkan kemarin oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Sepanjang Juli 2019, BPS mencatat bahwa ekspor jatuh sebesar 5,12% secara tahunan (year-on-year/YoY), lebih baik dari konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan kontraksi hingga 11,59%.
Sementara itu, impor tercatat jatuh 15,21% YoY, juga lebih baik ketimbang konsensus yakni koreksi sebesar 17,76% YoY. Alhasil, neraca dagang tercatat membukukan defisit senilai US$ 63,5 juta, lebih baik dibandingkan konsensus yang sebesar US$ 384,5 juta.
Rilis data perdagangan internasional periode Juli 2019 menjadi sangat penting lantaran akan mempengaruhi posisi transaksi berjalan pada kuartal III-2019.
Pada Juli 2018, neraca dagang Indonesia membukukan defisit senilai US$ 2,01 miliar, sementara defisit transaksi berjalan/current account deficit (CAD) pada kuartal III-2018 tercatat sebesar 3,3% dari PDB.
Jika ternyata neraca dagang Indonesia membukukan defisit yang lebih dalam dari ekspektasi pada periode Juli 2019, maka akan ada kekhawatiran bahwa transaksi berjalan akan kembali membengkak pada kuartal III-2019.
Untuk diketahui, pada kuartal II-2019 Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa CAD menembus level 3% dari PDB, tepatnya 3,04%. Padahal pada kuartal I-2019, CAD hanya berada di level 2,6% dari PDB.
Secara nominal, CAD pada kuartal II-2019 adalah senilai US$ 8,44 miliar. Dengan defisit neraca dagang pada Juli 2019 yang jauh lebih kecil dari ekspektasi, maka ada harapan bahwa CAD di kuartal III-2019 akan menyempit.
Merespons hal tersebut, rupiah menguat 0,21% di pasar spot ke level Rp 14.230/dolar AS. Untuk diketahui, posisi transaksi berjalan memang menjadi faktor yang sangat penting dalam mendikte pergerakan rupiah.
Pasalnya, arus devisa yang mengalir dari pos transaksi berjalan cenderung lebih stabil, berbeda dengan pos transaksi finansial (komponen Neraca Pembayaran Indoensia/NPI lainnya) yang pergerakannya begitu fluktuatif karena berisikan aliran modal dari investasi portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money. Kinerja rupiah yang kinclong lantas semakin membangkitkan hasrat pelaku pasar untuk mengoleksi saham-saham di tanah air.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Jelang Rilis Data Ekspor-Impor, IHSG Menguat Tipis
Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendongkrak kinerja IHSG di antaranya: PT HM Sampoerna Tbk/HMSP (+5,96%), PT Pollux Properti Indonesia Tbk/POLL (+24,55%), PT Sinar Mas Multiartha Tbk/SMMA (+15%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+3,62%), dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk/TPIA (+1,97%).
Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama Benua Kuning yang juga ditransaksikan di teritori positif: indeks Nikkei naik 0,06%, indeks Shanghai menguat 0,29%, dan indeks Hang Seng terangkat 0,94%.
Etikat baik dari AS ternyata tak digubris oleh China. Seperti yang diketahui, pada hari Selasa (13/8/2019) Kantor Perwakilan Dagang AS mengumumkan bahwa pihaknya akan menghapus beberapa produk dari daftar produk impor asal China yang akan dikenakan bea masuk baru pada awal bulan depan.
Kantor Perwakilan Dagang AS dalam pernyataan resminya mengatakan bahwa keputusan ini dilandasi oleh alasan "kesehatan, keselamatan, keamanan nasional, dan faktor-faktor lainnya", dilansir dari CNBC International.
Lebih lanjut, pengenaan bea masuk baru senilai 10% untuk berbagai produk lainnya yang sejatinya akan mulai berlaku efektif pada awal September diputuskan ditunda hingga 15 Desember. Produk-produk yang akan ditunda pengenaan bea masuknya mencakup ponsel selular, laptop, konsol video game, dan monitor komputer.
Namun kemudian, pelaku pasar mulai merespons positif nada optimisme yang disuarakan oleh Kementerian Luar Negeri China. Masih kemarin, Kementerian Luar Negeri China mengungkapkan optimisme bahwa kedua belah pihak bisa menemukan solusi untuk perang dagang kedua negara yang sudah berlangsung begitu lama.
"Dengan dasar kesetaraan dan rasa saling menghormati, kita dapat menemukan solusi yang saling menguntungkan melalui dialog dan konsultasi," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying, dilansir dari CNBC International.
Kala dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia bisa mengakhiri perang dagang antar keduanya, tentu perekonomian global bisa dipacu untuk melaju di level yang relatif tinggi. Dari dalam negeri, rilis data perdagangan internasional periode Juli 2019 mampu mendongkrak kinerja IHSG. Data perdagangan internasional periode Juli 2019 diumumkan kemarin oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Sepanjang Juli 2019, BPS mencatat bahwa ekspor jatuh sebesar 5,12% secara tahunan (year-on-year/YoY), lebih baik dari konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan kontraksi hingga 11,59%.
Sementara itu, impor tercatat jatuh 15,21% YoY, juga lebih baik ketimbang konsensus yakni koreksi sebesar 17,76% YoY. Alhasil, neraca dagang tercatat membukukan defisit senilai US$ 63,5 juta, lebih baik dibandingkan konsensus yang sebesar US$ 384,5 juta.
Rilis data perdagangan internasional periode Juli 2019 menjadi sangat penting lantaran akan mempengaruhi posisi transaksi berjalan pada kuartal III-2019.
Pada Juli 2018, neraca dagang Indonesia membukukan defisit senilai US$ 2,01 miliar, sementara defisit transaksi berjalan/current account deficit (CAD) pada kuartal III-2018 tercatat sebesar 3,3% dari PDB.
Jika ternyata neraca dagang Indonesia membukukan defisit yang lebih dalam dari ekspektasi pada periode Juli 2019, maka akan ada kekhawatiran bahwa transaksi berjalan akan kembali membengkak pada kuartal III-2019.
Untuk diketahui, pada kuartal II-2019 Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa CAD menembus level 3% dari PDB, tepatnya 3,04%. Padahal pada kuartal I-2019, CAD hanya berada di level 2,6% dari PDB.
Secara nominal, CAD pada kuartal II-2019 adalah senilai US$ 8,44 miliar. Dengan defisit neraca dagang pada Juli 2019 yang jauh lebih kecil dari ekspektasi, maka ada harapan bahwa CAD di kuartal III-2019 akan menyempit.
Merespons hal tersebut, rupiah menguat 0,21% di pasar spot ke level Rp 14.230/dolar AS. Untuk diketahui, posisi transaksi berjalan memang menjadi faktor yang sangat penting dalam mendikte pergerakan rupiah.
Pasalnya, arus devisa yang mengalir dari pos transaksi berjalan cenderung lebih stabil, berbeda dengan pos transaksi finansial (komponen Neraca Pembayaran Indoensia/NPI lainnya) yang pergerakannya begitu fluktuatif karena berisikan aliran modal dari investasi portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money. Kinerja rupiah yang kinclong lantas semakin membangkitkan hasrat pelaku pasar untuk mengoleksi saham-saham di tanah air.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Jelang Rilis Data Ekspor-Impor, IHSG Menguat Tipis
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular