
Mal Makin Sepi, Begini Cara Pengembang Bertahan Hidup
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
16 August 2019 14:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Tingkat okupansi di pusat perbelanjaan (mall) terus menunjukkan tren penurunan di tengah gempuran situs belanja daring atau e-commerce. Pengelola mal mulai mengubah strategis bisnis dari yang tadinya mall hanya diarahkan sebagai pusat belanja (shopping mall) menjadi gaya hidup (lifestyle) mall.
Hal ini terimplikasi dari hasil riset yang dipublikasikan PT Jones Lang LaSalle (JLL), yang menunjukkan secara tren okupansi atau tingkat keterisian tenant (penyewa) di pusat perbelanjaan mengalami penurunan. Ditilik secara tren, pada 2013 lalu, tingkat okupansi mencapai 95% dengan luas area yang disewa mencapai 350.000 meter persegi.
Tren ini terus berangsur turun, pada 2016 tingkat okupansi menyentuh level di bawah 80% dengan luas area yang disewa di bawah 200.000 meter persegi.
JLL menyebutkan, salah satu penyebab menyusutnya okupansi mall karena banyak tenan ritel yang ditutup. "Pada kuartal I-2019 Central departemen store menutup gerainya di Neo Sohol Mall, ini tren yang berlanjut dalam beberapa tahun terakhir," tulis riset JLL.
Lesunya pusat perbelanjaan juga tercermin dari kinerja emiten properti PT Bliss Properti Indonesia Tbk (POSA) yang saat ini fokus di bisnis mall.
Hingga akhir Oktober 2018 perusahaan mencatatkan rugi bersih Rp 268,54 miliar. Jumlah tersebut naik signifikan dari rugi yang diderita akhir Oktober 2017 yang mencapai Rp 65,66 miliar. Perseroan mengantongi pendapatan sebesar Rp 58,17 miliar pada akhir 2018, atau turun 21,69% dibandingkan periode Oktober 2017 yang mencapai Rp 74,29 miliar.
Heru Eko Prasetyo, Chief Financial Officer Bliss Properti menyatakan, saat ini mengelola mal yang menyasar pasar sekunder di luar Jakarta seperti Ambon City Center dan beberapa pusat perbelanjaan lainnya di Kota Ponorogo, Lombok, Tanjung Pinang dan Jambi. Dipilihnya target pasar sekunder karena demografi daya beli yang cukup potensial.
"Ke depannya jalan ke lifestyle, mengarah le sana (tidak mengandalkan shopping mall)," ungkap dia.
Heru menyebut, tahun ini pendapatan ditargetkan dapat tumbuh dua digit pada kisaran 10-12%, pendapatan ini akan disokong oleh dua mall baru yang akan beroperasi di Jambi dan Lombok dengan konsep tematik, tidak hanya mengandalkan dari shopping mall saja.
Mal di Jakarta, Hidup Segan Mati Tak Mau
[Gambas:Video CNBC]
(hps/hps) Next Article Baru Dibuka Anies Pertengahan Juni, Saham Mal Langsung Drop
Hal ini terimplikasi dari hasil riset yang dipublikasikan PT Jones Lang LaSalle (JLL), yang menunjukkan secara tren okupansi atau tingkat keterisian tenant (penyewa) di pusat perbelanjaan mengalami penurunan. Ditilik secara tren, pada 2013 lalu, tingkat okupansi mencapai 95% dengan luas area yang disewa mencapai 350.000 meter persegi.
Tren ini terus berangsur turun, pada 2016 tingkat okupansi menyentuh level di bawah 80% dengan luas area yang disewa di bawah 200.000 meter persegi.
![]() |
JLL menyebutkan, salah satu penyebab menyusutnya okupansi mall karena banyak tenan ritel yang ditutup. "Pada kuartal I-2019 Central departemen store menutup gerainya di Neo Sohol Mall, ini tren yang berlanjut dalam beberapa tahun terakhir," tulis riset JLL.
![]() |
Lesunya pusat perbelanjaan juga tercermin dari kinerja emiten properti PT Bliss Properti Indonesia Tbk (POSA) yang saat ini fokus di bisnis mall.
Hingga akhir Oktober 2018 perusahaan mencatatkan rugi bersih Rp 268,54 miliar. Jumlah tersebut naik signifikan dari rugi yang diderita akhir Oktober 2017 yang mencapai Rp 65,66 miliar. Perseroan mengantongi pendapatan sebesar Rp 58,17 miliar pada akhir 2018, atau turun 21,69% dibandingkan periode Oktober 2017 yang mencapai Rp 74,29 miliar.
Heru Eko Prasetyo, Chief Financial Officer Bliss Properti menyatakan, saat ini mengelola mal yang menyasar pasar sekunder di luar Jakarta seperti Ambon City Center dan beberapa pusat perbelanjaan lainnya di Kota Ponorogo, Lombok, Tanjung Pinang dan Jambi. Dipilihnya target pasar sekunder karena demografi daya beli yang cukup potensial.
"Ke depannya jalan ke lifestyle, mengarah le sana (tidak mengandalkan shopping mall)," ungkap dia.
Heru menyebut, tahun ini pendapatan ditargetkan dapat tumbuh dua digit pada kisaran 10-12%, pendapatan ini akan disokong oleh dua mall baru yang akan beroperasi di Jambi dan Lombok dengan konsep tematik, tidak hanya mengandalkan dari shopping mall saja.
Mal di Jakarta, Hidup Segan Mati Tak Mau
[Gambas:Video CNBC]
(hps/hps) Next Article Baru Dibuka Anies Pertengahan Juni, Saham Mal Langsung Drop
Most Popular