Analisis

Hantu Resesi jadi Berkah Buat Emas, Bakal Naik Sampai Kapan?

Putu Agus Pransuamitra & Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
15 August 2019 12:20
Hantu Resesi jadi Berkah Buat Emas, Bakal Naik Sampai Kapan?
Foto: cnbc.com
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas global di pasar spot hanya sehari saja mengalami aksi jual masif, yakni pada hari Selasa (13/8/19) lalu. Namun, sejak Rabu kemarin hingga Kamis (15/8/19) siang ini harga emas kembali menguat.

Meredanya isu perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China setelah Presiden AS Donald Trump menunda kenaikan bea impor produk China membuat harga emas turun tajam pada perdagangan Selasa.

Kini kabar bagus tersebut seakan sirna dan ditutupi isu resesi di negeri Paman Sam. Inversi yield obligasi AS menjadi penyebab menguatnya kembali isu resesi. Inversi merupakan keadaan di mana yield atau imbal hasil obligasi tenor pendek lebih tinggi daripada tenor panjang. Dalam situasi normal, yield obligasi tenor pendek seharusnya lebih rendah.


Inversi menunjukkan bahwa risiko dalam jangka pendek lebih tinggi ketimbang jangka panjang. Oleh karena itu, inversi kerap dikaitkan dengan pertanda resesi.

Inversi terjadi pada yield obligasi pemerintah AS atau US Treasury tenor 2 tahun dengan tenor 10 tahun. Ini adalah inversi pertama untuk dua tenor tersebut sejak Juni 2007, atau beberapa bulan sebelum meletusnya krisis keuangan global.

Akibat inversi tersebut aset-aset berisiko menjadi rontok, dan aset aman atau safe haven seperti emas menguat tajam. Bursa saham AS berguguran pada perdagangan Rabu kemarin, dan diikuti dengan bursa saham Asia pada perdagangan hari ini.

Data dari Credit Suisse menunjukkan sejak tahun 1978 terjadi lima kali inversi yield Treasury tenor 2 tahun dan 10 tahun dan semuanya merupakan awal terjadinya resesi. Rata-rata resesi akan terjadi 22 bulan setelah inversi tersebut muncul, sebagaimana dikutip CNBC International.

Pasca munculnya inversi tersebut, pelaku pasar semakin yakin bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) agresif dalam memangkas suku bunga di tahun ini. Berdasarkan piranti FedWatch milik CME Group menunjukkan probabilitas suku bunga 1,25%-1,5% sebesar 41,6%.

Resesi! Grafik: Probabilitas Suku Bung The Fed Bulan Desember
Sumber: CME Group


Probabilitas tersebut menjadi yang terbesar dibandingkan dengan probabilitas suku bunga yang lainnya. Jika melihat suku bunga di AS saat ini 2%-2,25%, hal ini berarti The Fed diprediksi akan memangkas suku bunga sebanyak tiga kali lagi, jika pemangkasan dilakukan masing-masing 25 basis poin (bps).

Pemangkasan 25 bps akan dilakukan pada bulan depan dengan probabilitas sebesar 69,6%, dan juga ada probabilitas sebesar 30,4% suku bunga akan dipangkas 50 bps, berdasarkan data dari piranti FedWatch.

Emas merupakan aset tanpa imbal hasil, juga aset lindung nilai terhadap inflasi sehingga penurunan suku bunga oleh The Fed akan menguntungkan bagi emas karena opportunity cost yang berkurang.


Bank sentral melonggarkan kebijakan moneter guna menambah likuiditas di pasar. Harapannya saat likuiditas bertambah, roda perekonomian bergerak lebih kencang, rata-rata upah meningkat, belanja konsumen naik, dan pada akhirnya inflasi terkerek naik.

Nah, ketika ada ekspektasi percepatan laju inflasi, emas akan kembali diuntungkan akibat atribut yang dimiliki sebagai aset lindung nilai terhadap kenaikan harga-harga. Jumlahnya yang terbatas membuat emas menjadi instrumen lindung inflasi yang sempurna.

Berdasarkan background tersebut, outlook kenaikan harga emas kembali menguat setelah mengalami aksi jual masif dua hari lalu. Apakah ini tanda-tanda "semesta memberkati" kenaikan harga emas?

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Setelah cukup lama bergerak di kisaran US$ 1.500, emas akhirnya melesat naik Rabu kemarin, dan masih berlanjut hingga siang ini. Pada pukul 11:50 WIB, emas diperdagangkan di kisaran US$ 1.521,12/troy ons berdasarkan data investing.com.

Resesi! Grafik: Emas (XAU/USD) Harian 
Sumber: investing.com


Melihat grafik harian, emas yang disimbolkan XAU/USD masih bergerak di atas rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru), dan MA 21 hari (garis merah), dan atas MA 125 hari (garis hijau). 

Indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) di wilayah positif dan bergerak naik, histogram juga di area positif namun bergerak menurun. Indikator ini masih memberikan gambaran peluang penguatan emas dalam jangka menengah.

Resesi! Grafik: Emas (XAU/USD) 1 Jam
Sumber: investing.com


Pada time frame 1 jam, emas bergerak di atas MA 8, dan MA 125 namun bawah MA 21. Indikator stochastic bergerak naik dan memasuki wilayah jenuh beli (overbought). 

Indikator terakhir tersebut membuka peluang koreksi harga emas, khususnya selama tertahan di bawah resisten (tahanan atas) US$ 1.524.

Support (tahanan bawah) berada di kisaran US$ 1.515 akan menjadi penahan penurunan pertama harga emas. Jika support ditembus, logam mulia berpotensi terkoreksi ke level US$ 1.508. 

Sebaliknya, jika resisten US$ 1.524 berhasil ditembus, emas berpeluang besar naik ke level US$ 1.530. 

TIM RISET CNBC INDONESIA 
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular