
Analisis
Harga Jatuh Akibat Polah Trump, Emas Bisa Bersinar Lagi Gak?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
14 August 2019 12:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia di pasar spot anjlok tajam pada perdagangan Selasa (13/8/19) kemarin. Dalam waktu kurang dari 30 menit, emas anjlok US$ 40 ke level US$ 1.479/troy ounce.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang menunda kenaikan bea impor produk dari China membuat harga emas babak belur.
Kantor Perwakilan Dagang AS pada Selasa pagi waktu setempat mengumumkan bahwa pihaknya akan menghapus beberapa produk dari daftar produk impor asal China yang akan dikenakan bea masuk baru pada awal bulan depan.
Dalam pernyataan resminya, Kantor Perwakilan Dagang AS mengatakan bahwa keputusan ini dilandasi oleh alasan "kesehatan, keselamatan, keamanan nasional, dan faktor-faktor lainnya", dilansir dari CNBC International.
Lebih lanjut, pengenaan bea masuk baru senilai 10% untuk berbagai produk lainnya yang sejatinya akan mulai berlaku efektif pada awal September diputuskan ditunda hingga 15 Desember. Produk-produk yang akan ditunda pengenaan bea masuknya mencakup ponsel selular, laptop, konsol video game, dan monitor komputer.
"Kami melakukan ini (menunda pemberlakuan bea masuk) untuk mengantisipasi Hari Natal, berjaga-jaga kalau ada dampak ke konsumen. Jadi kami menundanya sehingga tidak mempengaruhi musim belanja Natal," kata Trump, seperti dikutip Reuters.
Langkah Presiden Trump tersebut membuat kecemasan akan eskalasi perang dagang AS-China sedikit mereda, yang membuat daya tarik emas sebagai aset aman (safe haven) menjadi berkurang. Apalagi, bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) tidak lagi mendepresiasi kurs yuan terhadap dolar AS.
PBoC pada hari ini menetapkan nilai tengah yuan di level 7,0312/US$ lebih kuat dibandingkan Selasa kemarin di level 7,0362. Bisa jadi langkah PBoC tersebut sebagai upaya merajut kembali "tali kasih" yang hampir putus sejak pekan lalu.
Dua faktor tersebut membuat harga emas sedikit tertekan, apalagi setelah menguat tajam sejak pekan lalu. Tentunya pelaku pasar ramai-ramai melakukan aksi ambil untung (profit taking) yang membuat harga emas jeblok.
Namun, dalam jangka menengah hingga panjang, emas masih akan bersinar mengingat banyak bank sentral utama dunia akan melonggarkan kebijakan moneter.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang menunda kenaikan bea impor produk dari China membuat harga emas babak belur.
Kantor Perwakilan Dagang AS pada Selasa pagi waktu setempat mengumumkan bahwa pihaknya akan menghapus beberapa produk dari daftar produk impor asal China yang akan dikenakan bea masuk baru pada awal bulan depan.
Dalam pernyataan resminya, Kantor Perwakilan Dagang AS mengatakan bahwa keputusan ini dilandasi oleh alasan "kesehatan, keselamatan, keamanan nasional, dan faktor-faktor lainnya", dilansir dari CNBC International.
Lebih lanjut, pengenaan bea masuk baru senilai 10% untuk berbagai produk lainnya yang sejatinya akan mulai berlaku efektif pada awal September diputuskan ditunda hingga 15 Desember. Produk-produk yang akan ditunda pengenaan bea masuknya mencakup ponsel selular, laptop, konsol video game, dan monitor komputer.
"Kami melakukan ini (menunda pemberlakuan bea masuk) untuk mengantisipasi Hari Natal, berjaga-jaga kalau ada dampak ke konsumen. Jadi kami menundanya sehingga tidak mempengaruhi musim belanja Natal," kata Trump, seperti dikutip Reuters.
Langkah Presiden Trump tersebut membuat kecemasan akan eskalasi perang dagang AS-China sedikit mereda, yang membuat daya tarik emas sebagai aset aman (safe haven) menjadi berkurang. Apalagi, bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) tidak lagi mendepresiasi kurs yuan terhadap dolar AS.
PBoC pada hari ini menetapkan nilai tengah yuan di level 7,0312/US$ lebih kuat dibandingkan Selasa kemarin di level 7,0362. Bisa jadi langkah PBoC tersebut sebagai upaya merajut kembali "tali kasih" yang hampir putus sejak pekan lalu.
Dua faktor tersebut membuat harga emas sedikit tertekan, apalagi setelah menguat tajam sejak pekan lalu. Tentunya pelaku pasar ramai-ramai melakukan aksi ambil untung (profit taking) yang membuat harga emas jeblok.
Namun, dalam jangka menengah hingga panjang, emas masih akan bersinar mengingat banyak bank sentral utama dunia akan melonggarkan kebijakan moneter.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Next Page
Analisis Teknikal
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular