
Said Didu: Banyak Akuisisi yang Bebani Perusahaan BUMN
Monica Wareza, CNBC Indonesia
14 August 2019 19:19

Jakarta, CNBC Indonesia- Mantan Sekretaris Kementerian BUMN periode 2005-2010 sekaligus pengamat BUMN Said Didu menyebut belakangan banyak muncul akuisisi yang dilakukan perusahaan BUMN yang justru tak menguntungkan perusahaan.
Bukannya memberikan keuntungan, akuisisi ini malah membebani keuangan BUMN secara keseluruhan hingga utang membengkak menjadi Rp 6.000 triliun, namun hal ini tak disampaikan ke publik.
Salah satu contohnya adalah akuisisi perusahaan produsen semen asal Swiss, PT Holcim Indonesia Tbk. (SMCB) oleh produsen semen pelat merah PT Semen Indonesia Tbk. (SMGR).
"Akuisisi Holcim itu oleh Semen Gresik [sekarang Semen Indonesia] itu akuisisi yang sangat mahal. Bayangkan dia pakai utang yang bunganya 9%. Sementara itu adalah perusahaan rugi," kata Said saat berdialog dengan CNBC Indonesia, Rabu (14/8/2019).
Menurut dia, akuisisi Holcim ini terbilang ganjil sebab tak ada pihak yang mengetahui, bahkan pelaku pasar juga tak mendengar kabar bahwa akuisisi ini akan dilakukan.
Belum lagi nilai akuisisinya juga dinilai ganjir sebab mencapai dua kali dari nilai buku perusahaan tersebut. "Ini harus diwaspadai ke depan, karena banyak transaksi tertutup dalam hal pembelian beberapa perusahaan," terang dia.
(dob/dob) Next Article Semen Indonesia akan Terbitkan Obligasi Rp 5 T
Bukannya memberikan keuntungan, akuisisi ini malah membebani keuangan BUMN secara keseluruhan hingga utang membengkak menjadi Rp 6.000 triliun, namun hal ini tak disampaikan ke publik.
Salah satu contohnya adalah akuisisi perusahaan produsen semen asal Swiss, PT Holcim Indonesia Tbk. (SMCB) oleh produsen semen pelat merah PT Semen Indonesia Tbk. (SMGR).
"Akuisisi Holcim itu oleh Semen Gresik [sekarang Semen Indonesia] itu akuisisi yang sangat mahal. Bayangkan dia pakai utang yang bunganya 9%. Sementara itu adalah perusahaan rugi," kata Said saat berdialog dengan CNBC Indonesia, Rabu (14/8/2019).
Menurut dia, akuisisi Holcim ini terbilang ganjil sebab tak ada pihak yang mengetahui, bahkan pelaku pasar juga tak mendengar kabar bahwa akuisisi ini akan dilakukan.
Belum lagi nilai akuisisinya juga dinilai ganjir sebab mencapai dua kali dari nilai buku perusahaan tersebut. "Ini harus diwaspadai ke depan, karena banyak transaksi tertutup dalam hal pembelian beberapa perusahaan," terang dia.
(dob/dob) Next Article Semen Indonesia akan Terbitkan Obligasi Rp 5 T
Most Popular