
Saham Emiten Properti Terbang! Ini Dia 2 Pemicunya
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
14 August 2019 12:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Sikap Bank Indonesia (BI) yang kembali memberi sinyal akan menurunkan suku bunga acuan BI 7-Day Reserve Repo Rate direspons positif oleh para pelaku pasar. Saham-saham industri pengembang properti terlihat naik pada perdagangan sesi I, Rabu (14/08/2019).
BI berencana menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Rabu-Kamis pekan depan, 21-22 Agustus.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, pada penutupan sesi I, beberapa emiten properti sahamnya cukup likuid di pasar. Sejumlah saham emiten sektor ini yang naik yakni: PT Lippo Karawaci Tbk/LPKR di level Rp 264/saham (+1,54%), PT Agung Podomoro Land Tbk/APLN Rp 196/saham (+7,10%), dan PT Surya Semesta Internusa Tbk/SSIA Rp 800/saham (+2,56%).
Saham lainnya yakni PT Summarecon Agung Tbk/SMRA Rp 1.270/saham (0,79%), PT Bumi Serpong Damai Tbk/BSDE Rp 1.350/saham (+0,75%), dan PT Pakuwon Jati Tbk/PWON Rp 695/saham (+0,72%).
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo, mengatakan bahwa pihaknya membuka peluang akan penurunan suku bunga.
"Apakah masih ada room [penurunan suku bunga] lagi, kita masih akan liat lagi ke depan. Pak Gubernur [Perry Warjiyo] telah katakan room ada, jadi tinggal timing-nya," ujar Dody Budi Waluyo di Gedung BI, Jakarta, Senin (12/8/2019).
Potensi penurunan ini terbuka mengingat Juli lalu, The Fed selaku bank sentral Amerika Serikat (AS) menurunkan suku bunga acuan sebanyak 25 bps (basis poin).
Langkah The Fed ini pun diikuti oleh beberapa bank sentral negara lain baru-baru ini antara lain: India (35 bps), Brazil (50 bps), Qatar (25 bps), Filipina (25 bps), dan Thailand (25 bps).
Di sisi lain, sentimen sektor properti juga mendapat katalis positif dari rencana Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akan memindahkan Ibu Kota Negara dari Jakarta ke Kalimantan.
Namun tampaknya para pengembangan properti besar masih belum menaruh minat untuk membeli lahan, untuk cadangan lahan (land bank), di Pulau Kalimantan.
"Masih terlalu awal, kami masih wait and see saja dulu," kata Direktur Independen Ciputra Development, Tulus Santoso Brotosiswojo kepada CNBC Indonesia beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Corporate Secretary PT Intiland Development Tbk (DILD) Theresia Rustandi juga menyampaikan hal yang sama. Menurut Theresia, Intiland belum memutuskan dalam waktu dekat karena belum ada kepastian dari pemerintah terkait lokasi ibukota negara yang baru.
"Calonnya (calon ibu kota negara) kan belum jelas. Kami akan selalu explore segala opportunity," ujar Theresia.
Dia katalis ini turut mempengaruhi harga saham sektor properti di sesi I hari ini.
Pergerakan Indeks Sektor Properti di BEI
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/tas) Next Article Analis: Pandemi, Saham Properti Kurang Menarik Dipertahankan
BI berencana menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Rabu-Kamis pekan depan, 21-22 Agustus.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, pada penutupan sesi I, beberapa emiten properti sahamnya cukup likuid di pasar. Sejumlah saham emiten sektor ini yang naik yakni: PT Lippo Karawaci Tbk/LPKR di level Rp 264/saham (+1,54%), PT Agung Podomoro Land Tbk/APLN Rp 196/saham (+7,10%), dan PT Surya Semesta Internusa Tbk/SSIA Rp 800/saham (+2,56%).
Saham lainnya yakni PT Summarecon Agung Tbk/SMRA Rp 1.270/saham (0,79%), PT Bumi Serpong Damai Tbk/BSDE Rp 1.350/saham (+0,75%), dan PT Pakuwon Jati Tbk/PWON Rp 695/saham (+0,72%).
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo, mengatakan bahwa pihaknya membuka peluang akan penurunan suku bunga.
"Apakah masih ada room [penurunan suku bunga] lagi, kita masih akan liat lagi ke depan. Pak Gubernur [Perry Warjiyo] telah katakan room ada, jadi tinggal timing-nya," ujar Dody Budi Waluyo di Gedung BI, Jakarta, Senin (12/8/2019).
Potensi penurunan ini terbuka mengingat Juli lalu, The Fed selaku bank sentral Amerika Serikat (AS) menurunkan suku bunga acuan sebanyak 25 bps (basis poin).
Langkah The Fed ini pun diikuti oleh beberapa bank sentral negara lain baru-baru ini antara lain: India (35 bps), Brazil (50 bps), Qatar (25 bps), Filipina (25 bps), dan Thailand (25 bps).
Di sisi lain, sentimen sektor properti juga mendapat katalis positif dari rencana Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akan memindahkan Ibu Kota Negara dari Jakarta ke Kalimantan.
Namun tampaknya para pengembangan properti besar masih belum menaruh minat untuk membeli lahan, untuk cadangan lahan (land bank), di Pulau Kalimantan.
"Masih terlalu awal, kami masih wait and see saja dulu," kata Direktur Independen Ciputra Development, Tulus Santoso Brotosiswojo kepada CNBC Indonesia beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Corporate Secretary PT Intiland Development Tbk (DILD) Theresia Rustandi juga menyampaikan hal yang sama. Menurut Theresia, Intiland belum memutuskan dalam waktu dekat karena belum ada kepastian dari pemerintah terkait lokasi ibukota negara yang baru.
"Calonnya (calon ibu kota negara) kan belum jelas. Kami akan selalu explore segala opportunity," ujar Theresia.
Dia katalis ini turut mempengaruhi harga saham sektor properti di sesi I hari ini.
Pergerakan Indeks Sektor Properti di BEI
![]() |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/tas) Next Article Analis: Pandemi, Saham Properti Kurang Menarik Dipertahankan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular