Kondisi Belum Kondusif, Wall Street Bakal Melemah Lagi

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
13 August 2019 19:31
Wall Street akan dibuka di zona merah pada perdagangan hari ini.
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)
Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street akan dibuka di zona merah pada perdagangan hari ini. Hingga pukul 17:30 WIB, kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan penurunan sebesar 91 poin pada saat pembukaan perdagangan malam hari ini, sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite diimplikasikan turun masing-masing sebesar 12 dan 41 poin.

Situasi di Hong Kong yang masih mencekam membuat pasar saham kembali tak menjadi opsi bagi pelaku pasar keuangan dunia. Kemarin (12/8/2019), Bandara Internasional Hong Kong dipaksa untuk membatalkan seluruh penerbangan mulai dari sore hari lantaran banyaknya massa yang menyemut untuk melakukan aksi protes di sana. Hal tersebut menandai gangguan terbesar bagi perekonomian Hong Kong pasca demonstrasi dimulai pada awal bulan Juni.

"Operasional bandara di Bandara Internasional Hong Kong telah terganggu secara serius sebagai hasil dari demonstrasi pada hari ini," tulis otoritas bandara Hong Kong dalam pernyataan resminya, dilansir dari Bloomberg.



"Selain penerbangan keberangkatan yang sudah menyelesaikan proses check-in dan penerbangan kedatangan yang sudah bertolak menuju Hong Kong, semua penerbangan di sisa hari ini telah dibatalkan."

Pada perdagangan kemarin, indeks Dow Jones anjlok 1,48%, indeks S&P 500 ambruk 1,22%, dan indeks Nasdaq Composite terkoreksi 1,2%.

Melansir Bloomberg, The Civil Human Rights Front selaku kelompok yang telah mengorganisir beberapa aksi demonstrasi besar-besaran di Hong Kong mengatakan bahwa pihaknya akan kembali menggelar aksi demonstrasi pada hari Minggu (18/8/2019).

Kini, muncul kekhawatiran yang sangat besar bahwa China akan mengintervensi kekacauan yang terjadi di Hong Kong. Melalui media sosial Weibo, Pimpinan Redaksi Global Times Hu Xijin mengatakan bahwa menurutnya Beijing akan melakukan intervensi jika kondisi di Hong Kong tak juga membaik. Untuk diketahui, Global Times merupakan media yang dimiliki dan dijalankan oleh Partai Komunis.

Sebelumnya, Global Times memberitakan bahwa aparat kepolisian China telah berkumpul di wilayah perbatasan.

Untuk diketahui, aksi demonstrasi yang sudah berlangsung selama berminggu-minggu tersebut pada awalnya dipicu oleh diperkenalkannya sebuah rancangan undang-undang (RUU) terkait ekstradisi oleh Carrie Lam, Pemimpin Eksekutif Hong Kong. Pada intinya, jika disahkan, RUU ini akan memberi kuasa kepada Hong Kong untuk menahan orang yang sedang berada di sana (baik itu warga negara maupun bukan) untuk kemudian dikirim dan diadili di China.

RUU ini tentu dipandang sebagai masalah besar oleh masyrakat Hong Kong, beserta juga kalangan internasional. Pasalnya, kebebasan berpendapat yang selama ini menjadi salah satu pembeda utama antara China dan Hong Kong bisa musnah karenanya. Simpelnya, bisa saja orang di Hong Kong (baik itu warga negara maupun bukan) ditangkap dan kemudian dikirim ke China untuk diadili hanya karena postingan di sosial media yang dianggap merendahkan pemerintah China.

Lebih lanjut, kecemasan terkait perang dagang AS-China ikut menjadi faktor yang akan melandasi aksi jual di bursa saham AS pada hari ini. Belum lama ini, Presiden AS Donald Trump membuka kemungkinan bahwa dialog dagang AS-China yang dijadwalkan pada awal bulan depan bisa dibatalkan.

"Mungkin (dibatalkan), tetapi kita lihat nanti. Perundingan masih terjadwal," ujar Trump pada akhir pekan lalu, seperti diberitakan Reuters.

Trump juga mengatakan bahwa AS tak akan berbisnis dengan Huawei, sesuatu yang sangat mungkin menyulut amarah dari pihak China.

"AS tidak akan berbisnis dengan Huawei. Namun itu bisa berubah jika ada kesepakatan dagang AS-China," katanya.



Dalam risetnya, Goldman Sachs menyebut bahwa AS-China sepertinya akan sulit mencapai kesepakatan dagang sebelum Pemilu di AS tahun depan. Perang dagang kemungkinan masih akan berkecamuk sampai tahun depan dan bisa berujung kepada resesi.

Pada pukul 19:30 WIB, angka inflasi AS periode Juli 2019 akan diumumkan.

Tidak ada pejabat The Federal Reserve yang dijadwalkan berbicara pada hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/ank) Next Article Ambruk Pekan Lalu, Bursa Saham Asia Bangkit Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular