Hong Kong Membara! Bursa Wall Street Diprediksi Memerah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
12 August 2019 18:38
Wall Street akan dibuka di zona merah pada perdagangan pertama di pekan ini.
Foto: Foto/Seorang pemrotes melemparkan alat pemadam kebakaran saat ia mencoba menghentikan polisi anti huru hara untuk masuk ke dalam stasiun kereta api selama protes terhadap serangan Yuen Long di Yuen Long, Wilayah Baru, Hong Kong, Cina 27 Juli 2019. REUTERS / Tyrone Siu
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Wall Street AS diprediksi akan dibuka di zona merah pada perdagangan pertama di pekan ini, Senin (12/8/2019).

Hingga pukul 17:30 WIB, kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan penurunan sebesar 130 poin pada saat pembukaan perdagangan malam hari ini, sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite diimplikasikan turun masing-masing sebesar 14 dan 34 poin.

Panasnya bara perang dagang AS-China sukses membuat pelaku pasar saham Negeri Paman Sam ketar-ketir. Presiden AS Donald Trump membuka kemungkinan bahwa dialog dagang AS-China yang dijadwalkan pada awal bulan depan bisa dibatalkan.

"Mungkin, tetapi kita lihat nanti. Perundingan masih terjadwal," ujar Trump akhir pekan lalu, seperti diberitakan Reuters.


Lebih lanjut, Trump juga mengatakan bahwa AS tak akan berbisnis dengan Huawei jika kesepakatan dagang tak bisa dicapai.

"AS tidak akan berbisnis dengan Huawei. Namun itu bisa berubah jika ada kesepakatan dagang AS-China," katanya.

Seperti yang diketahui, pada bulan Mei Trump mendeklarasikan kondisi darurat nasional di sektor teknologi melalui sebuah perintah eksekutif. Dengan aturan itu, Menteri Perdagangan Wilbur Ross menjadi memiliki wewenang untuk memblokir transaksi dalam bidang teknologi informasi atau komunikasi yang menimbulkan risiko bagi keamanan nasional AS.


Bersamaan kebijakan ini, Huawei Technologies dan 70 entitas terafiliasi dimasukkan ke dalam daftar perusahaan yang dilarang membeli perangkat dan komponen dari perusahaan AS tanpa persetujuan pemerintah.

Sejatinya pasca Trump bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20 di Jepang pada akhir bulan lalu, Trump mengatakan bahwa dirinya akan melonggarkan sanksi yang diberikan terhadap Huawei. Namun, kini Trump mundur dari janjinya tersebut lantaran dirinya menuduh pihak China tak menepati janji untuk membeli produk agrikultur AS dalam jumlah besar.

Tak adanya keringanan sanksi bagi Huawei sangatlah mungkin untuk membuat China semakin geram dan membuat perang dagang kedua negara terus tereskalasi.

Bara Perang Dagang & Demo Hong Kong Akan Lemahkan Wall StreetFoto: Foto/ Polisi anti huru hara bentrok dengan pengunjuk rasa di dalam stasiun kereta api saat protes terhadap serangan Yuen Long di Yuen Long, Wilayah Baru, Hong Kong, Cina 27 Juli 2019. REUTERS / Tyrone Siu

Lebih lanjut, bara demonstrasi di Hong Kong yang begitu panas ikut berpartisipasi dalam memantik aksi jual di bursa saham AS. Hingga hari ini, aksi demonstrasi besar-besaran di Hong Kong masih juga terjadi.

Bahkan, Bandara Internasional Hong Kong dipaksa untuk membatalkan seluruh penerbangan di sisa hari ini lantaran banyaknya massa yang menyemut untuk melakukan aksi protes di sana. Hal tersebut menandai gangguan terbesar bagi perekonomian Hong Kong pasca demonstrasi dimulai pada awal bulan Juni.

"Operasional bandara di Bandara Internasional Hong Kong telah terganggu secara serius sebagai hasil dari demonstrasi pada hari ini," tulis otoritas bandara Hong Kong dalam pernyataan resminya, dilansir dari Bloomberg.

"Selain penerbangan keberangkatan yang sudah menyelesaikan proses check-in dan penerbangan kedatangan yang sudah bertolak menuju Hong Kong, semua penerbangan di sisa hari ini telah dibatalkan."

Aksi demonstrasi ini dilakukan untuk menuntut pemerintah Hong Kong melakukan reformasi, pasca sebelumnya pemerintahan Carrie Lam mengajukan rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi yang mendapatkan kecaman dari berbagai elemen masyarakat Hong Kong.

Pada hari ini, tidak ada data ekonomi yang dijadwalkan dirilis di AS dan tidak ada pejabat The Federal Reserve yang dijadwalkan berbicara.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/tas) Next Article Kondisi Belum Kondusif, Wall Street Bakal Melemah Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular