Dibayangi Klaim Sepihak Trump, Wall Street Akan Menghijau

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
27 August 2019 19:26
Wall Street akan dibuka di zona hijau pada perdagangan hari ini.
Foto: REUTERS/Andrew Kelly
Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street akan dibuka di zona hijau pada perdagangan hari ini. Hingga pukul 17:30 WIB, kontrak futures Dow Jones mengimplikasikan kenaikan sebesar 31 poin pada saat pembukaan perdagangan malam hari ini, sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite diimplikasikan naik masing-masing sebesar 2 dan 3 poin.

Wall Street terus bangkit pasca sudah terpuruk pada pekan lalu. Dalam sepekan kemarin, indeks Dow Jones turun 0,99%, indeks S&P 500 ambruk 1,44%, dan indeks Nasdaq Composite anjlok 1,83%.

Koreksi begitu dalam yang dibukukan bursa saham Negeri Paman Sam menjelang akhir pekan membuat kinerjanya begitu mengecewakan jika dihitung secara mingguan. Pada perdagangan hari Jumat (23/8/2019), indeks Dow Jones ditutup anjlok 2,37%, indeks S&P 500 ambruk 2,59%, dan indeks Nasdaq Composite merosot 3%.

Untuk diketahui, pada penutupan perdagangan kemarin (26/8/2019) ketiga indeks saham acuan di AS tersebut membukukan apresiasi di atas 1%: indeks Dow Jones melesat 1,05%, indeks S&P 500 melejit 1,1%, dan indeks Nasdaq Composite terapresiasi 1,32%.

Pada hari ini, hadirnya asa damai dagang AS-China masih menjadi faktor yang memantik aksi beli di bursa saham AS. Berbicara di hadapan reporter di sela-sela pertemuan dengan para pimpinan negara-negara Group of Seven (G-7) di Prancis, Presiden AS Donald Trump menyebut bahwa kedua negara akan mulai berbincang dengan sangat serius.

"China menelepon delegasi tingkat tinggi kami di bidang perdagangan tadi malam dan mengatakan 'mari kembali ke meja perundingan' sehingga kami akan melakukannya dan saya rasa mereka ingin melakukan sesuatu. Mereka telah sangat tersakiti namun mereka sadar bahwa inilah langkah yang tepat untuk dilakukan dan saya memiliki rasa hormat yang besar untuk itu. Ini adalah perkembangan yang sangat positif untuk dunia," kata Trump, dilansir dari CNBC International.

Komentar dari Trump tersebut datang pasca sebelumnya Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin sudah mendinginkan suasana terlebih dahulu. Mnuchin memberi sinyal bahwa AS masih sangat terbuka untuk meneken kesepakatan dagang dengan China, asalkan kesepakatannya merupakan kesepakatan yang adil dan berimbang.

"Jika China setuju terhadap sebuah hubungan yang adil dan berimbang, kami akan menandatangani kesepakatan (dagang) itu dalam sekejap," kata Mnuchin, dilansir dari CNBC International.

Sebelumnya, perang dagang kedua negara tereskalasi menjelang dan pada saat akhir pekan. Eskalasi pertama dari pengumuman China bahwa pihaknya akan membebankan bea masuk bagi produk impor asal AS senilai US$ 75 miliar. Pembebanan bea masuk tersebut akan mulai berlaku efektif dalam dua waktu, yakni 1 September dan 15 Desember. Bea masuk yang dikenakan China berkisar antara 5%-10%.

Lebih lanjut, China juga mengumumkan pengenaan bea masuk senilai 25% terhadap mobil asal pabrikan AS, serta bea masuk sebesar 5% atas komponen mobil, berlaku efektif pada 15 Desember. Untuk diketahui, China sebelumnya telah berhenti membebankan bea masuk tersebut pada bulan April, sebelum kini kembali mengaktifkannya.

"Sebagai respons terhadap tindakan AS, China terpaksa mengambil langkah balasan," tulis pernyataan resmi pemerintah China, dilansir dari CNBC International.

Eskalasi berikutnya datang dari langkah AS yang merespons bea masuk balasan dari China dengan bea masuk versinya sendiri. Melalui cuitan di Twitter, Trump mengumumkan bahwa per tanggal 1 Oktober, pihaknya akan menaikkan bea masuk bagi US$ 250 miliar produk impor asal China, dari yang saat ini sebesar 25% menjadi 30%.

Sementara itu, bea masuk bagi produk impor asal China lainnya senilai US$ 300 miliar yang akan mulai berlaku pada 1 September (ada beberapa produk yang pengenaan bea masuknya diundur hingga 15 Desember), akan dinaikkan menjadi 15% dari rencana sebelumnya yang hanya sebesar 10%.

"...Yang menyedihkan, pemerintahan-pemerintahan terdahulu telah membiarkan China lolos dari praktek perdagangan yang curang dan tidak berimbang, yang mana itu telah menjadi beban yang sangat berat yang harus ditanggung oleh masyarakat AS. Sebagai seorang Presiden, saya tak lagi bisa mengizinkan hal ini terjadi!...." cuit Trump melalui akun @realDonaldTrump.

Namun, ada kekhawatiran yang menghinggapi benak pelaku pasar pada perdagangan hari ini, yakni klaim sepihak yang tampak dilakukan oleh Trump. Pemimpin Redaksi Global Times Hu Xijin menyebutkan bahwa delegasi tingkat tinggi AS dan China tak menggelar perbincangan melalui sambungan telepon seperti yang dikatakan Trump.

Untuk diketahui, Global Times merupakan sebuah tabloid yang berada di bawah naungan People's Daily. People's Daily sendiri merupakan sebuah koran yang dikontrol oleh Partai Komunis China.

"Berdasarkan yang saya tahu, delegasi tingkat tinggi dari China dan AS tidak mengggelar perbincangan melalui sambungan telepon dalam beberapa hari terakhir," tulis Hu melalui akun Twitternya.

Lebih lanjut, Hu menyebut bahwa komunikasi memang terjadi, namun pada level yang jauh lebih rendah, sehingga pernyataan yang dilontarkan oleh Trump tidaklah tepat. "Kedua pihak telah menjaga komunikasi di level bawah (technical level), itu tidaklah memiliki signifikansi seperti yang dikesankan oleh Presiden Trump."

Hu pun menyebut bahwa China tak mengubah posisinya dalam hal perang dagang dengan AS. "China tak mengubah posisinya. China tak akan tunduk kepada tekanan dari AS," kata Hu untuk menutup cuitannya.



Sementara itu, pihak pemerintah China menolak untuk memberikan konfirmasi terkait klaim dari Trump tersebut.

Pada pukul 21:00 WIB, angka indeks keyakinan konsumen AS periode Agustus 2019 akan dirilis oleh The Conference Board. Tidak ada pejabat The Federal Reserve (The Fed) yang dijadwalkan berbicara pada hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/ank) Next Article AS-China Kian Mesra, Wall Street Siap Menghijau

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular