
Moody's Downgrade Perusahaan Hary Tanoe, Makin Tak Meyakinkan
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
12 August 2019 14:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat global Moody's dalam riset terbarunya menurunkan peringkat utang PT MNC Investama Tbk (BHIT) sebanyak satu level, dari B3 menjadi Caa1.
Penurunan peringkat utang tersebut berlaku untuk peringkat grup/keluarga perusahaan (Corporate Family Rating/CPR). Moody's juga ikut menurunkan peringkat surat utang senior BHIT dari Caa1 menjadi Caa2.
Untuk diketahui, sejatinya peringkat utang B (1,2,3) ataupun Caa (1,2,3) tidak termasuk dalam kategori investment grade atau layak investasi. Peringkat 'B (1,2,3)' diberikan ketika surat utang dianggap spekulatif dan memiliki resiko kredit yang tinggi. Sedangkan peringkat Caa (1,2,3) dinilai memiliki posisi yang buruk dengan resiko kredit yang sangat tinggi.
Vice President Moody's, Annalisa di Chiara, mengatakan penurunan peringkat tersebut mencerminkan peningkatan resiko pembiayaan perusahaan seiring dengan surat utang BHIT yang akan segera jatuh tempo pada Mei 2021, dimana pendapatan dividen dari anak perusahaan masih rendah.
Anak dan cucu usaha MNC Grup di bawah naungan BHIT termasuk PT Global Mediacom Tbk (BMTR), PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) da PT MNC Vision Networks Tbk (IPTV).
Moody's menyebutkan, BHIT sebagai perusahaan induk memiliki kemampuan arus kas operasi yang terbatas dari pendapatan dividen.
Hal ini dikarenakan pendapatan dividen yang diterima dari BMTR dalam 12 bulan terakhir hanya sekitar Rp 35-40 miliar. Nilai tersebut tidak cukup untuk menutupi beban bunga tahunan surat obligasi BHIT sekitar US$ 10 juta atau setara Rp 14 miliar (asumsi kurs Rp 14.000/US$).
"Kami percaya bahwa pendapatan dividen BHIT akan tetap terbatas dalam 12-18 bulan mendatang, karena anak usaha perusahaan yang bergerak di media, termasuk BMTRm MNCN dan IPTV, menangani jatuh tempo surat utang, pembayaran amortisasi, dan fokus pada inisiatif para pemegang saham mereka sendiri," ucap Di Chiara.
Lebih lanjut, Moody's memproyeksi bahwa pelunasan obligasi BHIT pada Mei 2021 akan tergantung pada aktifitas peningkatan modal, dimana belum jelas kapan hal itu dapat dilaksanakan perusahaan.
Sementara itu, pendapatan dividen besar kemungkinan tidak akan cukup untuk menutupi beban bunga obligasi BHIT. Manajemen perusahaan menyampaikan kepada Moody's bahwa porsi investasi jangka pendek dapat diuangkan (dimonetisasi) sesuai kebutuhan untuk membayar beban bunga.
Di lain pihak, dikarenakan perusahaan masih memiliki prospek negatif, maka peningkatan peringkat tidak mungkin diberikan dalam waktu dekat.
Prospek negatif sejalan dengan kondisi likuiditas BHIT, sebagai satu entitas mandiri, dianggap masih cukup lemah. Terlebih lagi para pemegang saham lainnya pada anak usaha perusahaan dapat membatasi pembagian dividen ke BHIT yang semakin menekan perolehan arus kas perusahaan.
(dwa/hps) Next Article Hary Tanoe Akui Beli Properti Trump, Saham Grup MNC Rebound!
Penurunan peringkat utang tersebut berlaku untuk peringkat grup/keluarga perusahaan (Corporate Family Rating/CPR). Moody's juga ikut menurunkan peringkat surat utang senior BHIT dari Caa1 menjadi Caa2.
Untuk diketahui, sejatinya peringkat utang B (1,2,3) ataupun Caa (1,2,3) tidak termasuk dalam kategori investment grade atau layak investasi. Peringkat 'B (1,2,3)' diberikan ketika surat utang dianggap spekulatif dan memiliki resiko kredit yang tinggi. Sedangkan peringkat Caa (1,2,3) dinilai memiliki posisi yang buruk dengan resiko kredit yang sangat tinggi.
Vice President Moody's, Annalisa di Chiara, mengatakan penurunan peringkat tersebut mencerminkan peningkatan resiko pembiayaan perusahaan seiring dengan surat utang BHIT yang akan segera jatuh tempo pada Mei 2021, dimana pendapatan dividen dari anak perusahaan masih rendah.
Anak dan cucu usaha MNC Grup di bawah naungan BHIT termasuk PT Global Mediacom Tbk (BMTR), PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) da PT MNC Vision Networks Tbk (IPTV).
Moody's menyebutkan, BHIT sebagai perusahaan induk memiliki kemampuan arus kas operasi yang terbatas dari pendapatan dividen.
Hal ini dikarenakan pendapatan dividen yang diterima dari BMTR dalam 12 bulan terakhir hanya sekitar Rp 35-40 miliar. Nilai tersebut tidak cukup untuk menutupi beban bunga tahunan surat obligasi BHIT sekitar US$ 10 juta atau setara Rp 14 miliar (asumsi kurs Rp 14.000/US$).
"Kami percaya bahwa pendapatan dividen BHIT akan tetap terbatas dalam 12-18 bulan mendatang, karena anak usaha perusahaan yang bergerak di media, termasuk BMTRm MNCN dan IPTV, menangani jatuh tempo surat utang, pembayaran amortisasi, dan fokus pada inisiatif para pemegang saham mereka sendiri," ucap Di Chiara.
Lebih lanjut, Moody's memproyeksi bahwa pelunasan obligasi BHIT pada Mei 2021 akan tergantung pada aktifitas peningkatan modal, dimana belum jelas kapan hal itu dapat dilaksanakan perusahaan.
Sementara itu, pendapatan dividen besar kemungkinan tidak akan cukup untuk menutupi beban bunga obligasi BHIT. Manajemen perusahaan menyampaikan kepada Moody's bahwa porsi investasi jangka pendek dapat diuangkan (dimonetisasi) sesuai kebutuhan untuk membayar beban bunga.
Di lain pihak, dikarenakan perusahaan masih memiliki prospek negatif, maka peningkatan peringkat tidak mungkin diberikan dalam waktu dekat.
Prospek negatif sejalan dengan kondisi likuiditas BHIT, sebagai satu entitas mandiri, dianggap masih cukup lemah. Terlebih lagi para pemegang saham lainnya pada anak usaha perusahaan dapat membatasi pembagian dividen ke BHIT yang semakin menekan perolehan arus kas perusahaan.
(dwa/hps) Next Article Hary Tanoe Akui Beli Properti Trump, Saham Grup MNC Rebound!
Most Popular