
Lagi Susah, Kinerja Semester I Emiten Sinarmas Tak Memuaskan
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
12 August 2019 11:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang paruh pertama tahun 2019, emiten-emiten Grup Sinarmas melewati masa yang cukup sulit. Hal ini dapat terlihat dari performa keuangan yang secara umum membukukan penurunan pada pos laba bersih.
Sebagai informasi, terdapat 12 perusahaan naungan Grup Sinarmas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dimana baru ada 8 perusahaan yang merilis laporan keuangan semester I-2019. Sedangkan 4 sisanya menyatakan sedang dalam proses penelaahan terbatas, sehingga laporan keuangan akan disampaikan paling lambat 31 Agustus 2019.
Nah, dari 8 perusahaan yang telah melaporkan kinerjanya, terdapat 4 perusahaan yang membukukan penurunan laba bersih, 2 perusahaan dengan pertumbuhan laba positif, 1 perusahaan yang merugi, dan 1 perusahaan yang berbalik untung.
Tabel di atas menunjukkan anak usaha yang bergerak di bidang produsen kertas, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) menempat posisi pertama dari kategori perolehan omzet tertinggi.
Hingga akhir Juni 2019, INKP membukukan total penjualan sebesar Rp 22,27 triliun atau setara US$ 1,57 miliar (asumsi kurs RP 14.141/US$). Sayangnya, nilai tersebut turun 5,19% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Sedangkan emiten dengan total penjualan terkecil adalah PT Golden Energi Mines Tbk (GEMS) yang hingga detik ini, perdagangannya sahamnya masih dihentikan sementara (suspensi) oleh BEI. Pada semester I-2019, GEMS hanya membukukan total penjualan sebesar Rp 125,43 miliar atau turun 57,16% YoY.
Tidak seperti anak usaha lain yang cukup kesulitan mencatatkan pertumbuhan pendapatan dua digit, PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) mampu menorehkan pertumbuhan omzet hampir 4 kali lipat. Pada paruh pertama tahun ini, omzet DMAS meroket 299,24% YoY menjadi Rp 985,18 miliar dari sebelumnya Rp 246,76 miliar.
Omzet DMAS melesat karena penjualan lini usaha komersial terbang lebih dari 13 kali lipat, dari hanya Rp 446,91 juta menjadi Rp 597,56 miliar. Selain itu lini usaha lain yang juga penjualannya tumbuh positif adalah segmen industri dan jasa sewa.
Kemudian, dari sisi perolehan laba bersih, INKP kembali menjadi jawara karena mampu mengantongi keuntungan sebesar Rp 2,08 triliun. Akan tetapi, keuntungan tersebut anjlok 56,88% dari perolehan periode yang sama tahun lalu, dimana INKP mampu membukukan laba mencapai Rp 4,82 triliun.
Lalu, anak usaha yang cukup membebani kinerja Grup Sinarmas adalah PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) yang masih saja menorehkan rapor merah dengan merugi Rp 1,07 triliun. Sejatinya kerugian yang dicatatkan FREN turun jika dibandingkan semester I-2018 yang mencapai Rp 1,65 miliar.
(BERLANJUT KE HALAMAN DUA) Perolehan omzet atau pun laba bersih yang tinggi, terkadang bukan cerminan bahwa perusahaan mampu mencatatkan tingkat imbal hasil yang besar. Terlebih lagi, terkadang kinerja tersebut disokong dengan utang yang terkadang nilainya tidak sedikit.
Oleh karena itu, penting untuk kembali menganalisa performa keungan perusahaan melalui rasio keuangan.
Tingkat imbal hasil suatu perusahaan dapat diukur menggunakan rasio marjin bersih (Net Profit Margin/NPM), rasio laba terhadap total aset (Return On Asset/ROA), rasio laba terhadap modal (Return On Equity/ROE). Sedangkan untuk menganalisa profil utang, metode yang umum digunakan adalah rasio utang terhadap total modal (Debt to Equity ratio/DER)
ROA dan ROE mengindikasi kemampuan perusahaan memanfaatkan aset dan modal (ekuitas) untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi nilainya, semakin besar imbal hasil yang didapat perusahaan.
DER menunjukkan tingkat utang perusahaan yang dihitung dengan membagi total utang dengan total ekuitas. DER bisa menjadi cerminan resiko kredit perusahaan, semakin tinggi nilainya maka semakin besar resiko kredit.
Melansir tabel di atas terlihat bahwa DMAS menempati posisi pertama dari segala aspek perhitungan imbal hasil, baik itu NPM, ROA, maupun ROE.
Emiten properti tersebut berhasil menorehkan marjin bersih hingga 63,53% dengan perolehan imbal hasil atas aset dan ekuitas masing-masing sebesar 8,38% dan 9,2%. Tidak hanya itu, tingkat utang perusahaan juga terbilang sangat rendah, dimana DER hanya sebesar 0,1 kali.
Sementara itu, dikarenakan FREN membukukan kerugian, wajar jika tingkat imbal hasil perusahaan paling bontot. Namun, tingkat utang perusahaan terbilang tidak terlalu tinggi dengan perolehan DER hanya sebesar 1,23x.
Hal ini berbeda jauh dengan emiten asuransi, PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) yang membukukan DER mencapai 4,29 kali, paling tinggi di antara kedelapan emiten Grup Sinarmas lainnya.
Dengan demikian, pelaku pasar sebaiknya cukup mencermati kondisi keuangan perusahaan ke depannya, karena pertumbuhan atau bisnis perusahaan banyak yang dibiayai lewat utang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Laba 2 Emiten Kertas Grup Sinarmas Ambles Lebih 30%
Sebagai informasi, terdapat 12 perusahaan naungan Grup Sinarmas yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dimana baru ada 8 perusahaan yang merilis laporan keuangan semester I-2019. Sedangkan 4 sisanya menyatakan sedang dalam proses penelaahan terbatas, sehingga laporan keuangan akan disampaikan paling lambat 31 Agustus 2019.
Nah, dari 8 perusahaan yang telah melaporkan kinerjanya, terdapat 4 perusahaan yang membukukan penurunan laba bersih, 2 perusahaan dengan pertumbuhan laba positif, 1 perusahaan yang merugi, dan 1 perusahaan yang berbalik untung.
![]() |
Tabel di atas menunjukkan anak usaha yang bergerak di bidang produsen kertas, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) menempat posisi pertama dari kategori perolehan omzet tertinggi.
Sedangkan emiten dengan total penjualan terkecil adalah PT Golden Energi Mines Tbk (GEMS) yang hingga detik ini, perdagangannya sahamnya masih dihentikan sementara (suspensi) oleh BEI. Pada semester I-2019, GEMS hanya membukukan total penjualan sebesar Rp 125,43 miliar atau turun 57,16% YoY.
Tidak seperti anak usaha lain yang cukup kesulitan mencatatkan pertumbuhan pendapatan dua digit, PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) mampu menorehkan pertumbuhan omzet hampir 4 kali lipat. Pada paruh pertama tahun ini, omzet DMAS meroket 299,24% YoY menjadi Rp 985,18 miliar dari sebelumnya Rp 246,76 miliar.
Omzet DMAS melesat karena penjualan lini usaha komersial terbang lebih dari 13 kali lipat, dari hanya Rp 446,91 juta menjadi Rp 597,56 miliar. Selain itu lini usaha lain yang juga penjualannya tumbuh positif adalah segmen industri dan jasa sewa.
Kemudian, dari sisi perolehan laba bersih, INKP kembali menjadi jawara karena mampu mengantongi keuntungan sebesar Rp 2,08 triliun. Akan tetapi, keuntungan tersebut anjlok 56,88% dari perolehan periode yang sama tahun lalu, dimana INKP mampu membukukan laba mencapai Rp 4,82 triliun.
Lalu, anak usaha yang cukup membebani kinerja Grup Sinarmas adalah PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) yang masih saja menorehkan rapor merah dengan merugi Rp 1,07 triliun. Sejatinya kerugian yang dicatatkan FREN turun jika dibandingkan semester I-2018 yang mencapai Rp 1,65 miliar.
(BERLANJUT KE HALAMAN DUA) Perolehan omzet atau pun laba bersih yang tinggi, terkadang bukan cerminan bahwa perusahaan mampu mencatatkan tingkat imbal hasil yang besar. Terlebih lagi, terkadang kinerja tersebut disokong dengan utang yang terkadang nilainya tidak sedikit.
Oleh karena itu, penting untuk kembali menganalisa performa keungan perusahaan melalui rasio keuangan.
Tingkat imbal hasil suatu perusahaan dapat diukur menggunakan rasio marjin bersih (Net Profit Margin/NPM), rasio laba terhadap total aset (Return On Asset/ROA), rasio laba terhadap modal (Return On Equity/ROE). Sedangkan untuk menganalisa profil utang, metode yang umum digunakan adalah rasio utang terhadap total modal (Debt to Equity ratio/DER)
ROA dan ROE mengindikasi kemampuan perusahaan memanfaatkan aset dan modal (ekuitas) untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi nilainya, semakin besar imbal hasil yang didapat perusahaan.
DER menunjukkan tingkat utang perusahaan yang dihitung dengan membagi total utang dengan total ekuitas. DER bisa menjadi cerminan resiko kredit perusahaan, semakin tinggi nilainya maka semakin besar resiko kredit.
Melansir tabel di atas terlihat bahwa DMAS menempati posisi pertama dari segala aspek perhitungan imbal hasil, baik itu NPM, ROA, maupun ROE.
Emiten properti tersebut berhasil menorehkan marjin bersih hingga 63,53% dengan perolehan imbal hasil atas aset dan ekuitas masing-masing sebesar 8,38% dan 9,2%. Tidak hanya itu, tingkat utang perusahaan juga terbilang sangat rendah, dimana DER hanya sebesar 0,1 kali.
Sementara itu, dikarenakan FREN membukukan kerugian, wajar jika tingkat imbal hasil perusahaan paling bontot. Namun, tingkat utang perusahaan terbilang tidak terlalu tinggi dengan perolehan DER hanya sebesar 1,23x.
Hal ini berbeda jauh dengan emiten asuransi, PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) yang membukukan DER mencapai 4,29 kali, paling tinggi di antara kedelapan emiten Grup Sinarmas lainnya.
Dengan demikian, pelaku pasar sebaiknya cukup mencermati kondisi keuangan perusahaan ke depannya, karena pertumbuhan atau bisnis perusahaan banyak yang dibiayai lewat utang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Laba 2 Emiten Kertas Grup Sinarmas Ambles Lebih 30%
Most Popular