
Lagi Susah, Kinerja Semester I Emiten Sinarmas Tak Memuaskan
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
12 August 2019 11:05

Perolehan omzet atau pun laba bersih yang tinggi, terkadang bukan cerminan bahwa perusahaan mampu mencatatkan tingkat imbal hasil yang besar. Terlebih lagi, terkadang kinerja tersebut disokong dengan utang yang terkadang nilainya tidak sedikit.
Oleh karena itu, penting untuk kembali menganalisa performa keungan perusahaan melalui rasio keuangan.
Tingkat imbal hasil suatu perusahaan dapat diukur menggunakan rasio marjin bersih (Net Profit Margin/NPM), rasio laba terhadap total aset (Return On Asset/ROA), rasio laba terhadap modal (Return On Equity/ROE). Sedangkan untuk menganalisa profil utang, metode yang umum digunakan adalah rasio utang terhadap total modal (Debt to Equity ratio/DER)
ROA dan ROE mengindikasi kemampuan perusahaan memanfaatkan aset dan modal (ekuitas) untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi nilainya, semakin besar imbal hasil yang didapat perusahaan.
DER menunjukkan tingkat utang perusahaan yang dihitung dengan membagi total utang dengan total ekuitas. DER bisa menjadi cerminan resiko kredit perusahaan, semakin tinggi nilainya maka semakin besar resiko kredit.
Melansir tabel di atas terlihat bahwa DMAS menempati posisi pertama dari segala aspek perhitungan imbal hasil, baik itu NPM, ROA, maupun ROE.
Emiten properti tersebut berhasil menorehkan marjin bersih hingga 63,53% dengan perolehan imbal hasil atas aset dan ekuitas masing-masing sebesar 8,38% dan 9,2%. Tidak hanya itu, tingkat utang perusahaan juga terbilang sangat rendah, dimana DER hanya sebesar 0,1 kali.
Sementara itu, dikarenakan FREN membukukan kerugian, wajar jika tingkat imbal hasil perusahaan paling bontot. Namun, tingkat utang perusahaan terbilang tidak terlalu tinggi dengan perolehan DER hanya sebesar 1,23x.
Hal ini berbeda jauh dengan emiten asuransi, PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) yang membukukan DER mencapai 4,29 kali, paling tinggi di antara kedelapan emiten Grup Sinarmas lainnya.
Dengan demikian, pelaku pasar sebaiknya cukup mencermati kondisi keuangan perusahaan ke depannya, karena pertumbuhan atau bisnis perusahaan banyak yang dibiayai lewat utang.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA (dwa/hps)
Oleh karena itu, penting untuk kembali menganalisa performa keungan perusahaan melalui rasio keuangan.
Tingkat imbal hasil suatu perusahaan dapat diukur menggunakan rasio marjin bersih (Net Profit Margin/NPM), rasio laba terhadap total aset (Return On Asset/ROA), rasio laba terhadap modal (Return On Equity/ROE). Sedangkan untuk menganalisa profil utang, metode yang umum digunakan adalah rasio utang terhadap total modal (Debt to Equity ratio/DER)
DER menunjukkan tingkat utang perusahaan yang dihitung dengan membagi total utang dengan total ekuitas. DER bisa menjadi cerminan resiko kredit perusahaan, semakin tinggi nilainya maka semakin besar resiko kredit.
Melansir tabel di atas terlihat bahwa DMAS menempati posisi pertama dari segala aspek perhitungan imbal hasil, baik itu NPM, ROA, maupun ROE.
Emiten properti tersebut berhasil menorehkan marjin bersih hingga 63,53% dengan perolehan imbal hasil atas aset dan ekuitas masing-masing sebesar 8,38% dan 9,2%. Tidak hanya itu, tingkat utang perusahaan juga terbilang sangat rendah, dimana DER hanya sebesar 0,1 kali.
Sementara itu, dikarenakan FREN membukukan kerugian, wajar jika tingkat imbal hasil perusahaan paling bontot. Namun, tingkat utang perusahaan terbilang tidak terlalu tinggi dengan perolehan DER hanya sebesar 1,23x.
Hal ini berbeda jauh dengan emiten asuransi, PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) yang membukukan DER mencapai 4,29 kali, paling tinggi di antara kedelapan emiten Grup Sinarmas lainnya.
Dengan demikian, pelaku pasar sebaiknya cukup mencermati kondisi keuangan perusahaan ke depannya, karena pertumbuhan atau bisnis perusahaan banyak yang dibiayai lewat utang.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA (dwa/hps)
Pages
Most Popular