
Simak! BI Tak Ragu Pangkas (Lagi) Bunga Acuan
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
09 August 2019 09:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) menegaskan ruang untuk kembali melonggarkan bauran kebijakan moneter melalui jalur suku bunga masih terbuka lebar. BI juga menyatakan kebijakan akomodatif juga akan dilakukan.
"Kami sudah turunkan 25 bps [basis poin], dan forward guidance kita masih ada ruang kebijakan moneter yang akomodatif," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam sebuah seminar yang digelar di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (9/8/2019).
"Baik itu likuiditas maupun kemungkinan penurunan suku bunga. Ini policy untuk mendukung transformasi ekonomi," tegasnya.
Perry tak memungkiri, berat bagi bank sentral untuk melakukan manuver melalui kebijakan suku bunga tahun lalu, sehingga BI merasa perlu mengerek naik suku bunga.
"Tahun lalu memang agak sulit manuver di moneter," jelas eks Deputi Gubernur bank sentral itu.
Namun, di sisa tahun ini BI kembali membuka peluang untuk kembali menurunkan bunga acuan, setelah dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) sebelumnya telah menurunkan bunga.
Dalam RDG 17-18 Juli 2019, BI memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,50%.
Kebijakan tersebut ditempuh sejalan dengan tetap rendahnya prakiraan inflasi dan perlunya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi, di tengah kondisi ketidakpastian pasar keuangan global yang menurun dan stabilitas eksternal yang terkendali.
Simak 3 bank sentral pangkas suku bunga.
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article Bos BI Ungkap 'Penyakit' Credit Crunch Perbankan Saat Pandemi
"Kami sudah turunkan 25 bps [basis poin], dan forward guidance kita masih ada ruang kebijakan moneter yang akomodatif," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam sebuah seminar yang digelar di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (9/8/2019).
"Baik itu likuiditas maupun kemungkinan penurunan suku bunga. Ini policy untuk mendukung transformasi ekonomi," tegasnya.
Perry tak memungkiri, berat bagi bank sentral untuk melakukan manuver melalui kebijakan suku bunga tahun lalu, sehingga BI merasa perlu mengerek naik suku bunga.
"Tahun lalu memang agak sulit manuver di moneter," jelas eks Deputi Gubernur bank sentral itu.
Namun, di sisa tahun ini BI kembali membuka peluang untuk kembali menurunkan bunga acuan, setelah dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) sebelumnya telah menurunkan bunga.
Dalam RDG 17-18 Juli 2019, BI memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,50%.
Kebijakan tersebut ditempuh sejalan dengan tetap rendahnya prakiraan inflasi dan perlunya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi, di tengah kondisi ketidakpastian pasar keuangan global yang menurun dan stabilitas eksternal yang terkendali.
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article Bos BI Ungkap 'Penyakit' Credit Crunch Perbankan Saat Pandemi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular