Sempat Terjun 4% Harga Minyak Lompat 2%, Kok Bisa?

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
08 August 2019 09:56
Gerakan liar naik turun harga minyak disebabkan oleh kondisi perekonomian global yang penuh risiko.
Foto: kotkoa / Freepik
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia berbalik arah menguat lebih dari 2% setelah anjlok lebih dari 4%. Gerakan liar naik turun harga minyak disebabkan oleh kondisi perekonomian global yang penuh risiko.

Pada perdagangan hari Kamis (8/8/2019) pukul 09:30 WIB, harga Brent kontrak pengiriman Oktober melesat 2,63% menjadi 57,71/barel. Sementara harga light sweet (West Texas Intermediate/WTI) naik 2,98% ke posisi US$ 52,61/barel.

Di sesi perdagangan sehari sebelumnya (7/8/2019) harga Brent dan WTI ditutup anjlok masing-masing sebesar 4,6% dan 4,74%.



Kemerosotan harga minyak kemarin disebabkan oleh kekhawatiran perlambatan ekonomi yang semakin parah akibat perang dagang Amerika Serikat (AS)-China.


Pekan lalu, Presiden AS, Donald Trump mengumumkan rencananya untuk mengenakan tarif baru 10% terhadap produk China senilai US$ 300 miliar mulai 1 September 2019. Bahkan dirinya mengaku masih membuka peluang untuk menaikkan tarif tersebut menjadi lebih dari 25%.

Selanjutnya pada Selasa (6/8/2019), China membalas dengan menyebut telah berhenti membeli produk pertanian asal AS. Bahkan untuk produk yang telah dibeli pasca 3 Agustus 2019 mungkin dikenakan tarif baru.

China merupakan salah satu negara utama pembeli produk pertanian AS. Apabila China berhenti membeli, artinya akan ada banyak petani yang sengsara karena produknya tidak terjual.


Aksi balasan China ternyata berbuah manis.

Dalam wawancara dengan CNBC International hari Rabu (7/8/2019), Penasihat Gedung Putih, Larry Kudlow, mengatakan bahwa Trump masih mau untuk melanjutkan dialog dagang. Dia juga menyebut pihaknya masih menantikan kedatangan delegasi China ke Washington pada September nanti.

Akan tetapi, China masih belum menyatakan komentar terkait 'undangan' AS tersebut. Beberapa analis memperkirakan China akan menolak untuk bernegosiasi dan membuat Trump semakin tertekan agar mendapat kesepakatan baru yang lebih bagus.

Seperti yang diketahui, petani di AS merupakan konstituen penting bagi Trump yang ingin maju kembali dalam pemilu 2020. Tanpa adanya dukungan petani, Trump akan semakin sulit untuk melawan Partai Demokrat.

Analis juga memperkirakan kondisi perang dagang ini masih akan terus berlangsung hingga tahun depan.

Perlambatan ekonomi membuat permintaan minyak kian terbatas dan menekan harga.

Selain tekanan pada harga minyak juga datang dari kenaikan stok minyak mentah di AS.


Berdasarkan data dari Energi Information Administration (EIA), stok minyak mentah AS untuk minggu yang berakhir pada 2 Agustus melonjak 2,4 juta barel, berlawanan arah dengan konsensus yang memprediksi penurunan sebesar 2,8 juga barel.

Kombinasi antara penurunan permintaan dan peningkatan stok menjadi kondisi ideal untuk membuat harga minyak berguguran.

Namun kini harga minyak kembali diangkat oleh rencana Arab Saudi untuk mengambil tindakan untuk membuat harga minyak naik.

Bloomberg mengabarkan bahwa pihak Arab Saudi telah menghubungi negara-negara produsen minyak lain untuk mendiskusikan kemungkinan langkah yang bisa diambil terkait harga minyak, dikutip dari Reuters.

Ada harapan bahwa produksi dari negara-negara sekutu Arab Saudi dikurangi lagi untuk menyeimbangkan faktor fundamental (pasokan-permintaan). Inilah yang membuat pelaku pasar mengapresiasi harga minyak hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular