Banyak Proyek Infrastruktur, Tak Semua Emiten Karya Menikmati

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
06 August 2019 17:15
Presiden Joko Widodo, untuk kembali menempati jabatan Presiden RI periode 2019-2024.
Foto: Tol Pandaan-Malang (Dok.Jasa Marga)
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten konstruksi merupakan salah satu emiten yang dicermati investor, terutama setelah terpilihnya kembali petahana Presiden Joko Widodo, untuk kembali menempati jabatan Presiden RI periode 2019-2024.

Pasalnya, pada masa bakti keduanya, pengembangan akses infrastruktur dan pembangunan kawasan akan tetap menjadi salah satu fokus utama pemerintah. Melihat potensi aktifitas bisnis yang terjamin, wajar saja jika pelaku pasar mencermati pergerakan emiten karya.

Sayangnya, dengan memanasnya hubungan dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia, AS dan China, pelaku pasar memilih kabur dari pasar keuangan, tidak terkecuali pasar saham Indonesia.

Hingga berita ini dimuat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membukukan koreksi 0,66%. Uniknya, meskipun IHSG memerah, beberapa harga saham emiten konstruksi malah anteng di zona hijau.

Harga saham PT Adhi Karya naik 2,17% menjadi Rp 1.415/saham, PT Wijaya Karya Bangunan Tbk (WEGE) dicatat menguat 1,89% ke level Rp 324/saham.

Lebih lanjut, salah satu investor kenamaan Indonesia, Lo Kheng Hong, menyatakan bahwa sebelum mengoleksi saham, investor harus memahami kinerja perusahaan.

Oleh karena itu, tidak ada salahnya pelaku pasar menilik kinerja emiten konstruksi dan bagaimana performanya dibandingkan dengan para pesaing.

Tim Riset CNBC Indonesia mencoba merangkum capaian kinerja emiten konstruksi periode semester I-2019. Hanya ada satu emiten yang belum melaporkan kinerjanya, yaitu PT Cahayasakti Investindo Sukses Tbk (CSIS).



Berdasarkan tabel di atas sepanjang semester pertama tahun ini PT Waskita Karya Tbk (WSKT) mencatatkan total omzet terbesar mencapai Rp 14,8 triliun. Sayangnya, nilai tersebut turun 35,39% dibandingkan perolehan semester I-2018 sebesar Rp 22,9 triliun.

Sementara itu, omzet terkecil dibukukan oleh PT Mitra Pemuda Tbk (MTRA) dengan total pendapatan sebesar Rp 135,12 miliar. Meski dari sisi perolehan omzet kecil, pertumbuhan pendapatan MTRA yang paling pesat karena mampu naik 31,01% secara tahunan (year-on-year/YOY), di saat secara rata-rata emiten konstruksi hanya tumbuh 2,46% YoY.

Lebih lanjut, meski dari sisi pendapatan hanya menduduki peringkat kelima, PT Jasa Marga Tbk (JSMR) mencatatkan laba terbesar. Hingga akhir Juni 2019, JSMR mampu mengantongi keuntungan sebesar Rp 1,06 triliun dengan tingkat marjin bersih mencapai 20,55%, paling tinggi dibanding kompetitornya.

Lalu, emiten konstruksi yang membukukan kerugian terbesar adalah PT Acset Indonusa Tbk (ACST) dengan total kerugian mencapai Rp 404,4 miliar. Padahal sebelumnya perusahaan mampu membukukan keuntungan Rp 73,44 miliar.

Emiten lainnya yang bernasib sama dengan ACST adalah PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk (DGIK) dan PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk (JKON).

Pada semester I-2019, DGIK membukukan kerugian sebesar Rp 24,63 miliar, dari sebelumnya untung Rp 4,48 miliar. Sedangkan JKON mencatatkan kerugian senilai Rp 19,76 miliar, dari sebelumnya untung Rp 7,47 miliar.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Periode I Jokowi, Utang BUMN Karya Bertambah Rp 169 T Lebih

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular