BUMN Karya Kompak Cetak Laba Semester I, Awas Utang Bengkak!

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
02 September 2021 14:55
Tol PT Waskita Toll Road (WTR)

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah pandemi Covid-19, tercatat 5 emiten BUMN Karya berhasil mencetak pertumbuhan laba bersih sepanjang semester I 2021.

Namun, hal tersebut dibarengi oleh terkoreksinya pendapatan dan masih meningkatnya posisi kewajiban (liabilitas, termasuk utang) perusahaan dibandingkan periode sebelumnya.

Sebagaimana diketahui, kondisi perusahaan pelat merah di sektor konstruksi saat ini sedang kesulitan dan terlilit utang.

Ambil contoh, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) berencana melakukan divestasi terhadap 9 ruas jalan tol yang dikelola perseroan. Strategi ini dilakukan untuk menekan beban utang yang mencapai Rp 90 triliun.

Direktur Utama Waskita Karya Destiawan Soewardjono mengungkapkan, proses divestasi ini sebelumnya sempat tertunda akibat pandemi Covid-19. Sehingga, dari target sembilan ruas jalan tol, baru empat ruas jalan tol yang sudah terealisasi.

"Target kami 2021 ada sempat ruas tapi karena kondisi, kami hanya bisa melepas yang 100% beroperasi," kata Destiawan dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI RIR di Kompleks Parlemen, Senayan, Rabu (1/9/2021).

Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo di hadapan anggota Komisi VI DPR pada 8 Juli lalu mengatakan, kesulitan yang dialami BUMN Karya merupakan efek kombinasi dari dua hal.

"Kondisi (BUMN) karya kita memang saat ini cukup memprihatinkan kombinasi dua hal karena (pandemi) Covid-19 ke kontrak baru dan penjualan, dan penugasan yang berat. (Lalu) tidak didukung PMN (Penyertaan Modal Negara) yang memadai. Tidak ada PMN tahun lalu 2017- 2019 yang menanggung PSN (Proyek Strategis Nasional)," kata Tiko sapaan akrab Kartika dalam pemaparannya, Kamis (8/7/2021).

Selain itu, pada 23 Juli lalu, lembaga pemeringkatan global Fitch Ratings memprediksi bahwa varian Covid-19 dapat mengancam prospek (outlook) perusahaan Indonesia, termasuk sektor konstruksi. Proyek konstruksi, kata Fitch, mungkin mengalami perlambatan dikarenakan penerapan protokol kesehatan baru.

Di bawah ini Tim Riset CNBC Indonesia akan memaparkan secara ringkas kinerja keuangan kelima emiten BUMN Karya sepanjang semester I 2021

Adapun kelima emiten tersebut adalah PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR), PT PP (Persero) Tbk (PTPP), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT).

Berikut dua tabel kinerja keuangan emiten BUMN Karya per 30 Juni 2021.

Dari kelima emiten konstruksi pelat merah, 4 di antaranya membukukan penurunan pendapatan pada semester I tahun ini. Hanya JSMR yang berhasil mencetak pertumbuhan pendapatan 1,60% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 6,88 triliun pada enam bulan pertama 2021.

Sementara, di tengah merosotnya pendapatan bersih, laba bersih kelima emiten tersebut tercatat naik. Khusus WSKT, perusahaan ini berhasil membalik rugi bersih Rp 1,09 triliun pada semester I 2020 menjadi laba bersih Rp 41,02 miliar pada periode yang sama tahun ini.

Di tengah menanjaknya laba bersih emiten, liabilitas perusahaan masih cenderung naik. Hanya JSMR dan WIKA yang berhasil memangkas liabilitas per 30 Juni tahun ini dibandingkan periode akhir Desember 2020.

Adapun liabilitas WSKT menjadi yang paling jumbo di antara emiten lainnya, yakni mencapai Rp 89,73 triliun atau hampir Rp 90 triliun pada semester I 2021, naik 0,81% dibandingkan 31 Desember tahun lalu.

Dari kewajiban itu, jika dirinci, ada utang bank jangka pendek pihak berelasi Rp 20,91 triliun, dan utang bank jangka panjang pihak ketiga Rp 14,49 triliun, sementara utang obligasi jangka panjang Rp 8,34 triliun.

Lebih rinci, 4 dari 5 emiten tersebut memiliki liabilitas jangka pendek yang lebih besar ketimbang liabilitas jangka panjang. Dengan kata lain, hanya JSMR yang punya liabilitas jangka panjang mengungguli liabilitas jangka pendek.

Mari kita bahas secara ringkas kelima emiten tersebut satu per satu.

Adhi Karya

Sepanjang semester I 2021, ADHI berhasil meraup peningkatan laba bersih Rp 8,28 miliar, naik 19,94% secara tahunan dari Rp 6,90 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Kendati laba bersih tumbuh, pendapatan usaha ADHI merosot 19,58% secara yoy dari Rp 5,53 triliun menjadi Rp 4,44 triliun pada semester I tahun ini.

Secara lebih rinci, pendapatan usaha tertinggi disumbang oleh pos jasa konstruksi yang sebesar Rp 3,59 triliun, turun dari paruh pertama 2020 sebesar Rp 4,48 triliun. Di posisi kedua, pos properti/real estat menyumbang pendapatan Rp 377,76 miliar, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 237,72 miliar.

Seiring penurunan pendapatan dan penjualan usaha, beban pokok penjualan pun turun dari Rp 4,73 triliun menjadi Rp 3,77 triliun.

Adapun total aset ADHI mencapai Rp 38,93 triliun pada semester I. Sementara, liabilitas perusahaan naik 2,55% secara yoy menjadi Rp 33,35 triliun.

Dari total liabilitas, liabilitas jangka pendek mendominasi dengan menyumbang Rp 27,63 triliun, sedangkan liabilitas jangka panjang sebesar Rp 5,72 triliun.

NEXT: Jasa Marga, PTPP, WIKA hingga Waskita

Jasa Marga

Emiten pengelola jalan tol BUMN Jasa Marga membukukan perolehan laba bersih sebesar Rp 855,63 miliar sepanjang periode semester pertama tahun ini.

Laba bersih tersebut meningkat 709,25% dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp 105,73 miliar.

Kenaikan laba bersih tersebut imbas dari meningkatnya pendapatan JSMR sepanjang periode 6 bulan pertama di tahun ini sebesar 1,60% menjadi Rp Rp 6,88 triliun.

Angka tersebut berasal dari kontribusi pendapatan tol sebesar Rp 5,23 triliun atau naik 33,86% dari semester I tahun 2020 seiring dengan pengoperasian ruas-ruas jalan tol baru dan pendapatan usaha lain sebesar Rp 410,26 miliar, turun sebesar 5,32% dari semester I tahun 2020.

Total aset JSMR per semester I mencapai Rp 103,04 triliun. Sementara, total liabilitas Rp 77,72 triliun, didominasi oleh liabilitas jangka panjang sebesar Rp 64,99 triliun. Adapun liabilitas jangka pendek tercatat sebesar Rp 12,72 triliun.

Total ekuitas JSMR tercatat sebesar Rp 25,32 triliun per akhir Juni 2021.

PTPP

Sepanjang enam bulan pertama tahun ini, PTPP mencatatkan laba bersih senilai Rp 86,04 miliar. Angka ini naik tajam dari capaian perusahaan di periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 21,15 miliar, atau tumbuh 306,69% secara tahunan (year on year/YoY).

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, laba bersih ini naik di tengah turunnya pendapatan perusahaan. Tercatat pada akhir Juni 2021 lalu pendapatan senilai Rp 6,45 triliun, turun 4,27% YoY dari Rp 6,74 triliun di akhir semester I-2020.

Sejalan dengan itu, beban pokok pendapatan juga turun menjadi Rp 5,65 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 6,04 triliun. Beban usaha naik tipis menjadi Rp 313,64 miliar dari sebelumnya Rp 304,19 miliar.

Pada periode tersebut, tercatat nilai aset PTPP menjadi sebesar Rp 55,39 triliun, turun dari posisi akhir Desember 2020 yang senilai Rp 53,47 triliun.

Di pos liabilitas, terjadi penambahan sepanjang semester I-2021 menjadi Rp 41,27 triliun dari sebelumnya Rp 39,46 triliun. Liabilitas jangka pendek tercatat sebesar Rp 30,41 triliun dan liabilitas jangka panjang ditutup di angka Rp 10,86 triliun.

Ekuitas perusahaan di akhir Juni 2021 lalu mencapai Rp 14,11 triliun, naik tipis dari posisi akhir Desember 2020 yang sebesar Rp 14,006 triliun.

Wijaya Karya

WIKA mencatatkan laba bersih senilai Rp 83,41 miliar pada 30 Juni 2021 lalu. Laba ini turun tajam 62,30% secara year-on-year (YoY) dari sebelumnya Rp 250,41 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya.

Turunnya laba bersih ini salah satunya disebabkan karena turunnya pendapatan perusahaan sebesar 5,13% YoY, dari sebelumnya Rp 7,13 triliun di akhir semester I-2020 menjadi senilai Rp 6,76 triliun di akhir periode Juni tahun ini.

Beban pokok pendapatan perusahaan pada periode ini turun menjadi Rp 6,22 triliun dari sebelumnya Rp 6,46 triliun. Beban usaha total juga ikut turun menjadi Rp 35,67 miliar dari sebelumnya Rp 415,03 miliar.

Pada periode tersebut, tercatat nilai aset WIKA menjadi sebesar Rp 62,59 triliun, turun dari posisi akhir Desember 2020 yang senilai Rp 68,10 triliun.

Di pos liabilitas, terjadi penurunan sepanjang semester I-2021 menjadi Rp 45,80 triliun dari sebelumnya Rp 51,45 triliun. Liabilitas jangka pendek tercatat sebesar Rp 33,11 triliun dan liabilitas jangka panjang ditutup di angka Rp 12,69 triliun.

Ekuitas perusahaan di akhir Juni 2021 lalu mencapai Rp 16,78 triliun, naik tipis dari posisi akhir Desember 2020 yang sebesar Rp 16,65 triliun.

Waskita Karya

Waskita Karya membukukan laba bersih sebesar Rp 41,02 miliar pada semester pertama tahun ini. Perolehan ini berkebalikan dari tahun lalu rugi sebesar Rp 1,09 triliun pada periode yang sama.

Selama periode Januari hingga Juni 2021, Waskita membukukan pendapatan usaha sebesar Rp 4,7 triliun, turun dari tahun lalu Rp 8,03 triliun. Meski demikian, beban pokok pendapatan juga tak sebesar seperti di tahun sebelumnya menjadi Rp 4,54 triliun dari Rp 6,97 triliun pada semester I-2020. Sehingga, Waskita memperoleh laba bruto sebesar 172,98 miliar.

Presiden Direktur Waskita, Destiawan Soewardjono, mengungkapkan, perbaikan kinerja ini merupakan hasil dari strategi bisnis yang komprehensif dengan tidak hanya berorientasi pada profit, tetapi juga guna mendukung pembangunan nasional.

"Pencapaian laba bersih didukung oleh keuntungan dari divestasi tol pada triwulan II," kata Destiawan, dalam keterangannya, Kamis (12/8/2021).

Sampai dengan periode 30 Juni 2021, total aset Waskita mencapai Rp 105,34 triliun yang terdiri dari total liabilitas Rp 89,7 triliun serta total ekuitas perusahaan sebesar Rp 15,6 triliun.

Adapun, liabilitas jangka pendek perusahaan menyumbang Rp 48,55 triliun, sementara liabilitas jangka panjang sebesar Rp 41,18 triliun.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular