Harga SUN Rupiah Turun Lagi, Investor Asing Masih Rekor

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
05 August 2019 20:57
Harga obligasi rupiah pemerintah kembali terkoreksi ketika surat utang pemerintah negara lain menguat.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali terkoreksi ketika surat utang pemerintah negara lain menguat. 

Penguatan pasar obligasi pemerintah negara lain bisa terjadi di tengah risiko global yang meningkat karena sifat efek utang mereka adalah instrumen lindung nilai ketika risiko membesar (safe haven instrument).  

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).  


Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, vice versa.

Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. 

Seri acuan yang paling melemah adalah FR00?77 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 9,7 basis poin (bps) menjadi 7,06%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.


   
Yield Obligasi Negara Acuan 5 Aug'19
SeriJatuh tempoYield 2 Aug'19 (%)Yield 5 Aug'19 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 1 Aug'19 (%)
FR00775 tahun6.9637.069.707.079
FR007810 tahun7.5367.6258.907.6419
FR006815 tahun7.8177.8856.807.9464
FR007920 tahun7.9928.0667.408.117
Avg movement8.20
 Sumber: Refinitiv  

Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 585 bps, melebar dari posisi akhir pekan lalu 568 bps.  Yield US Treasury 10 tahun turun lagi hingga 1,77% dari posisi akhir pekan lalu 1,85%. 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.019,36 triliun SBN, atau 39,33% dari total beredar Rp 2.591 triliun berdasarkan data per 2 Agustus.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp 126,11 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. 

Nilai kepemilikan asing terakhir itu kembali menembus rekor tertinggi, menunjukkan investor asing masih membeli SUN di saat harga turun.

Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju hampir seluruhnya menguat, terutama di negara berkembang seperti di Brasil, China, Malaysia, Filipina, Rusia, Singapura, dan Thailand. 

Hal tersebut mencerminkan fungsi obligasi pemerintah negara, tidak hanya negar maju tetapi juga negara berkembang, sudah menjadi instrumen save hafen.  

 
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 2 Aug'19 (%)Yield 5 Aug'19 (%)Selisih (basis poin)
Brasil7.287.25-3.00
China3.1393.066-7.30
Jerman-0.49-0.506-1.60
Perancis-0.229-0.239-1.00
Inggris 0.5510.512-3.90
India6.3516.3934.20
Jepang-0.165-0.193-2.80
Malaysia3.5623.5650.30
Filipina4.5484.519-2.90
Rusia7.477.41-6.00
Singapura1.8521.782-7.00
Thailand1.791.72-7.00
Amerika Serikat1.8551.772-8.30
Afrika Selatan8.3758.4457.00
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA

[Gambas:Video CNBC]


(irv) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular