
IHSG Anjlok, Asing Malah Rekor di Pasar Obligasi Rp 1.018 T
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
05 August 2019 12:04

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing tampaknya tidak khawatir dengan pasar surat berharga negara (SBN) Indonesia, bahkan terus masuk membeli lebih banyak obligasi rupiah pemerintah hingga mencapai rekor baru Rp 1.018 triliun, meskipun pasar keuangan global dan domestik masih dibekap sentimen negatif global.
Rekornya investor asing ke pasar SBN tercermin dari data kepemilikan asing milik Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.018,96 triliun SBN, atau 39,31% dari total beredar Rp 2.591 triliun berdasarkan data per 1 Agustus.
Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 125,71 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Rekor tersebut kembali tercipta meskipun harga obligasi masih terjebak tren penurunan (bearish) yang sudah berlangsung 6 hari berturut-turut.
Senin ini (5/8/2019), harga Surat Utang Negara (SUN) terkoreksi akibat keputusan Presiden AS Donald Trump yang bersikukuh akan tetap menerapkan kenaikan tarif impor 10% terhadap produk China senilai US$ 300 miliar, meskipun ditentang timnya sendiri di Gedung Putih.
Turunnya harga SUN itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, vice versa. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 6,7 basis poin (bps) menjadi 7,03%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Sumber: Refinitiv
Sumber: Refinitiv
Di sisi lain, IHSG pada sesi I Senin ini (5/8/) malah anjlok hingga 1,75% di level 6.229,32 seiring dengan rilis data pertumbuhan ekonomi di kuartal II yang cenderung melambat, yakni sebesar 5,05% secara tahunan (year-on-year/YoY), sesuai dengan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi pada 3 bulan kedua tahun 2019 melambat jika dibandingkan capaian pada kuartal I-2019 yang sebesar 5,07%
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Rekornya investor asing ke pasar SBN tercermin dari data kepemilikan asing milik Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.018,96 triliun SBN, atau 39,31% dari total beredar Rp 2.591 triliun berdasarkan data per 1 Agustus.
Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 125,71 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Rekor tersebut kembali tercipta meskipun harga obligasi masih terjebak tren penurunan (bearish) yang sudah berlangsung 6 hari berturut-turut.
Senin ini (5/8/2019), harga Surat Utang Negara (SUN) terkoreksi akibat keputusan Presiden AS Donald Trump yang bersikukuh akan tetap menerapkan kenaikan tarif impor 10% terhadap produk China senilai US$ 300 miliar, meskipun ditentang timnya sendiri di Gedung Putih.
Turunnya harga SUN itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 6,7 basis poin (bps) menjadi 7,03%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 5 Aug'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 2 Aug'19 (%) | Yield 5 Aug'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 1 Aug'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.963 | 7.03 | 6.70 | 6.9888 |
FR0078 | 10 tahun | 7.536 | 7.585 | 4.90 | 7.5788 |
FR0068 | 15 tahun | 7.817 | 7.854 | 3.70 | 7.8457 |
FR0079 | 20 tahun | 7.992 | 8.041 | 4.90 | 8.0221 |
Avg movement | 5.05 |
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 2 Aug'19 (%) | Yield 5 Aug'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 7.28 | 7.25 | -3.00 |
China | 3.139 | 3.09 | -4.90 |
Jerman | -0.49 | -0.488 | 0.20 |
Perancis | -0.229 | -0.233 | -0.40 |
Inggris | 0.551 | 0.554 | 0.30 |
India | 6.351 | 6.409 | 5.80 |
Jepang | -0.165 | -0.191 | -2.60 |
Malaysia | 3.562 | 3.567 | 0.50 |
Filipina | 4.548 | 4.56 | 1.20 |
Rusia | 7.47 | 7.5 | 3.00 |
Singapura | 1.852 | 1.811 | -4.10 |
Thailand | 1.79 | 1.77 | -2.00 |
Amerika Serikat | 1.855 | 1.775 | -8.00 |
Afrika Selatan | 8.375 | 8.37 | -0.50 |
Di sisi lain, IHSG pada sesi I Senin ini (5/8/) malah anjlok hingga 1,75% di level 6.229,32 seiring dengan rilis data pertumbuhan ekonomi di kuartal II yang cenderung melambat, yakni sebesar 5,05% secara tahunan (year-on-year/YoY), sesuai dengan konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi pada 3 bulan kedua tahun 2019 melambat jika dibandingkan capaian pada kuartal I-2019 yang sebesar 5,07%
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular