
Ini Jawara Pencetak Laba Terbesar Semester I-2019 Emiten LQ45
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
05 August 2019 15:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan lalu, perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berbondong-bondong merilis kinerja keuangan semester I-2019, tidak terkecuali emiten yang terdaftar di indeks LQ45.
Dari 45 saham paling likuid di Bursa Efek Indonesia, mayoritas atau sekitar 78% sudah menyampaikan laporan keuangan interim semester I-2019. Dimana 15 mencatatkan pertumbuhan laba negatif, 19 membukukan pertumbuhan laba positif, dan satu emiten berbalik untung dari merugi.
Tabel di atas menunjukkan emiten yang membukukan laba bersih paling tinggi adalah bank milik pemerintah dengan nilai aset terbesar, yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)
Sepanjang kuartal I-2019, BBRI berhasil mengantongi keuntungan hingga Rp 16,3 triliun atau naik 12,01% secara tahunan (year-on-year/YoY). Kemudian, disusul oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 13,53 triliun dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan laba sebesar Rp 12,86 triliun.
Sayangnya dari posisi 10 besar laba tertinggi, hanya PT Astra International Tbk (ASII) yang kinerja bottom line-nya tertekan, sehingga terkoreksi 5,6% YoY.
"Kinerja Grup Astra pada semester pertama tahun 2019 dipengaruhi oleh lesunya konsumsi domestik dan tren penurunan harga-harga komoditas, tetapi juga diuntungkan oleh peningkatan kinerja bisnis jasa keuangan dan kontribusi dari tambang emas yang baru diakuisisi. Prospek hingga akhir tahun ini masih menantang karena kondisi-kondisi tersebut dapat berlanjut," kata Prijono Sugiarto Direktur Utama ASII dalam siaran pers, Selasa (30/7/2019).
Lebih lanjut, emiten dengan laba paling bontot adalah PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) yang hanya mampu mengantongi keuntungan sebesar Rp 1,37 miliar. Padahal, laba bersih semester I-2019 tersebut sudah tumbuh dua digit atau 20,95% YoY.
Laba emiten properti milik Keluarga Tedja tersebut didongkrak oleh pos pendapatan keuangan, keuntungan atas selisih mata uang asing, dan keuntungan atas instrumen keuangan derivatif.
Di lain pihak, meski tidak berada di jajaran teratas, tapi laba PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) meroket 81,88% YoY menjadi Rp 1,16 triliun. Emiten lainnya yang juga mencatatkan pertumbuhan laba lumayan pesat adalah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) yang melesat 80,24% YoY, dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) yang terbang 72,23% YoY.
Sementara itu, kebalikannya, emiten yang kinerja terperosok paling dalam adalah PT Indika Energy Tbk (INDY), dimana laba perusahaan merosot 83,4% YoY. Emiten lain yang labanya juga anjlok dalam adalah PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) turun 74,91% YoY, dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) turun 65,12% YoY.
Sedangkan emiten yang awalnya rugi kemudian berbalik untung adalah PT XL Axiata Tbk (EXCL) yang pada semester I-2019 mampu meraup keuntungan sebesar Rp 282,4 miliar, dari sebelumnya merugi Rp 81,74 miliar di semester I-2018.
Sebelumnya, Mirrae Asset Sekuritas mencatat dari 35 perusahaan yang masuk dalam indeks LQ45, sepanjang kuartal II mengalami penurunan laba bersih 2,4% secara year on year (YoY). PT Astra International Tbk (ASII) menjadi emiten yang mencatatkan kinerja terburuk pada periode tersebut.
Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya mengatakan Astra membukukan kinerja yang kurang baik lantaran hampir seluruh lini bisini perusahaan berkinerja buruk, seperti otomotif, alat berat dan pertambangan serta agri kecuali sektor keuangan.
"Secara sektoral yang mencatatkan kinerja terburuk adalah pertambangan, basic industry dan chemicals," kata Hariyanto dalam risetnya, dikutip CNBC Indonesia, Senin (5/8/2019).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Suku Bunga BI Tetap 4,5%, Saham Perbankan Kompak Cuan!
Dari 45 saham paling likuid di Bursa Efek Indonesia, mayoritas atau sekitar 78% sudah menyampaikan laporan keuangan interim semester I-2019. Dimana 15 mencatatkan pertumbuhan laba negatif, 19 membukukan pertumbuhan laba positif, dan satu emiten berbalik untung dari merugi.
![]() |
Sepanjang kuartal I-2019, BBRI berhasil mengantongi keuntungan hingga Rp 16,3 triliun atau naik 12,01% secara tahunan (year-on-year/YoY). Kemudian, disusul oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 13,53 triliun dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan laba sebesar Rp 12,86 triliun.
Sayangnya dari posisi 10 besar laba tertinggi, hanya PT Astra International Tbk (ASII) yang kinerja bottom line-nya tertekan, sehingga terkoreksi 5,6% YoY.
"Kinerja Grup Astra pada semester pertama tahun 2019 dipengaruhi oleh lesunya konsumsi domestik dan tren penurunan harga-harga komoditas, tetapi juga diuntungkan oleh peningkatan kinerja bisnis jasa keuangan dan kontribusi dari tambang emas yang baru diakuisisi. Prospek hingga akhir tahun ini masih menantang karena kondisi-kondisi tersebut dapat berlanjut," kata Prijono Sugiarto Direktur Utama ASII dalam siaran pers, Selasa (30/7/2019).
Lebih lanjut, emiten dengan laba paling bontot adalah PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) yang hanya mampu mengantongi keuntungan sebesar Rp 1,37 miliar. Padahal, laba bersih semester I-2019 tersebut sudah tumbuh dua digit atau 20,95% YoY.
Laba emiten properti milik Keluarga Tedja tersebut didongkrak oleh pos pendapatan keuangan, keuntungan atas selisih mata uang asing, dan keuntungan atas instrumen keuangan derivatif.
Di lain pihak, meski tidak berada di jajaran teratas, tapi laba PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) meroket 81,88% YoY menjadi Rp 1,16 triliun. Emiten lainnya yang juga mencatatkan pertumbuhan laba lumayan pesat adalah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) yang melesat 80,24% YoY, dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) yang terbang 72,23% YoY.
Sementara itu, kebalikannya, emiten yang kinerja terperosok paling dalam adalah PT Indika Energy Tbk (INDY), dimana laba perusahaan merosot 83,4% YoY. Emiten lain yang labanya juga anjlok dalam adalah PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) turun 74,91% YoY, dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) turun 65,12% YoY.
Sedangkan emiten yang awalnya rugi kemudian berbalik untung adalah PT XL Axiata Tbk (EXCL) yang pada semester I-2019 mampu meraup keuntungan sebesar Rp 282,4 miliar, dari sebelumnya merugi Rp 81,74 miliar di semester I-2018.
Sebelumnya, Mirrae Asset Sekuritas mencatat dari 35 perusahaan yang masuk dalam indeks LQ45, sepanjang kuartal II mengalami penurunan laba bersih 2,4% secara year on year (YoY). PT Astra International Tbk (ASII) menjadi emiten yang mencatatkan kinerja terburuk pada periode tersebut.
Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya mengatakan Astra membukukan kinerja yang kurang baik lantaran hampir seluruh lini bisini perusahaan berkinerja buruk, seperti otomotif, alat berat dan pertambangan serta agri kecuali sektor keuangan.
"Secara sektoral yang mencatatkan kinerja terburuk adalah pertambangan, basic industry dan chemicals," kata Hariyanto dalam risetnya, dikutip CNBC Indonesia, Senin (5/8/2019).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Suku Bunga BI Tetap 4,5%, Saham Perbankan Kompak Cuan!
Most Popular