
Analisis
Pelemahan Rupiah Temporer, Tapi Sampai Kapan?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 August 2019 13:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (2/8/19) akibat kembali munculnya kecemasan akan membesarnya perang dagang antara AS-China.
Hal tersebut kembali muncul setelah Presiden AS Donald Trump menaikkan bea impor 10% terhadap produk China yang selama ini belum dikenakan tarif. Total nilai produk tersebut sebesar US$ 300 miliar dan mulai berlaku di bulan September.
Akibat kebijakan Trump tersebut babak baru perang dagang bisa dimulai, China bisa saja akan melakukan hal yang serupa.
Bank Indonesia (BI) menilai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tak bisa dibendung. Alasannya, saat ini sedang terjadi aksi ambil untung (profit taking) di pasar obligasi, hal itu diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Moneter BI Nanang Hendarsah.
"Depresiasi rupiah didorong oleh aksi ambil untung di bond market, yang kami pikir ini bersifat sementara," kata Nanang kepada CNBC Indonesia, Jumat (2/8/2018).
"Kami lakukan intervensi bond market dari 8.30 WIB sekarang berlanjut. Pelemahan rupiah enggak kayak tahun lalu, terdepresiasi 0,8%. Kami ada di pasar untuk menjaga stabilitas agar tidak terjadi kepanikan," ujar Nanang
Merespons situasi global, terkait perang dagang dan keputusan The Fed, Nanang mengatakan, untuk saat ini tidak ada yang perlu dikhawatirkan di pasar obligasi domestik. Pasalnya yield obligasi Indonesia saat ini masih atraktif dibanding obligasi negara berkembang lainnya.
Pernyataan Nanang memang benar. Belum pulih "dikecewakan" oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), pelaku pasar kembali dikagetkan oleh kenaikan bea impor oleh Trump terhadap produk China.
Padahal delegasi AS baru saja kembali dari negosiasi dagang di Shanghai, perundingan yang disebut cukup konstruktif oleh kedua belah pihak. Tentunya dibenak para investor kedua negara masih akan mesra meski belum ada kesepakatan dagang.
Nyatanya Trump malah tiba-tiba menaikkan bea impor, investor dua hari beruntun mendapat efek kejut yang memicu aksi profit taking. Pada pukul 12:07 WIB, rupiah diperdagangkan di kisaran 14.230/US$ berdasarkan data Refinitiv.
Analisis Teknikal
Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di atas rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan MA20 /rerata 20 hari (garis merah). Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak naik dan mulai mendekati area positif, sementara histogramnya sudah wilayah positif.
Melihat indikator tersebut, tekanan pelemahan dolar dalam jangka menengah sudah mulai berkurang.
Pada time frame 1 jam, rupiah berada di atas MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic bergerak naik dan masih berada di wilayah jenuh beli (overbought).
Ruang pelemahan rupiah masih terbuka hingga ke level 14.260 pada hari ini. Namun, indikator Stochastic yang berada di wilayah overbought memberikan peluang rupiah memangkas pelemahan.
Selama tertahan di bawah resisten 14.100, Mata Uang Garuda berpeluang memangkas pelemahan ke level 14.075.
Jika mampu menembus level tersebut, rupiah memiliki peluang ke area 14.052. Namun, jika menembus konsisten ke atas 14.100, rupiah berpeluang melemah ke area 14.130/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jaga Kestabilan Rupiah, BI-7 D RRR Diprediksi Sulit
Hal tersebut kembali muncul setelah Presiden AS Donald Trump menaikkan bea impor 10% terhadap produk China yang selama ini belum dikenakan tarif. Total nilai produk tersebut sebesar US$ 300 miliar dan mulai berlaku di bulan September.
Akibat kebijakan Trump tersebut babak baru perang dagang bisa dimulai, China bisa saja akan melakukan hal yang serupa.
"Depresiasi rupiah didorong oleh aksi ambil untung di bond market, yang kami pikir ini bersifat sementara," kata Nanang kepada CNBC Indonesia, Jumat (2/8/2018).
"Kami lakukan intervensi bond market dari 8.30 WIB sekarang berlanjut. Pelemahan rupiah enggak kayak tahun lalu, terdepresiasi 0,8%. Kami ada di pasar untuk menjaga stabilitas agar tidak terjadi kepanikan," ujar Nanang
Merespons situasi global, terkait perang dagang dan keputusan The Fed, Nanang mengatakan, untuk saat ini tidak ada yang perlu dikhawatirkan di pasar obligasi domestik. Pasalnya yield obligasi Indonesia saat ini masih atraktif dibanding obligasi negara berkembang lainnya.
Pernyataan Nanang memang benar. Belum pulih "dikecewakan" oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), pelaku pasar kembali dikagetkan oleh kenaikan bea impor oleh Trump terhadap produk China.
Padahal delegasi AS baru saja kembali dari negosiasi dagang di Shanghai, perundingan yang disebut cukup konstruktif oleh kedua belah pihak. Tentunya dibenak para investor kedua negara masih akan mesra meski belum ada kesepakatan dagang.
Nyatanya Trump malah tiba-tiba menaikkan bea impor, investor dua hari beruntun mendapat efek kejut yang memicu aksi profit taking. Pada pukul 12:07 WIB, rupiah diperdagangkan di kisaran 14.230/US$ berdasarkan data Refinitiv.
Analisis Teknikal
![]() Sumber: investing.com |
Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di atas rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan MA20 /rerata 20 hari (garis merah). Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak naik dan mulai mendekati area positif, sementara histogramnya sudah wilayah positif.
Melihat indikator tersebut, tekanan pelemahan dolar dalam jangka menengah sudah mulai berkurang.
![]() Sumber: investing.com |
Pada time frame 1 jam, rupiah berada di atas MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic bergerak naik dan masih berada di wilayah jenuh beli (overbought).
Ruang pelemahan rupiah masih terbuka hingga ke level 14.260 pada hari ini. Namun, indikator Stochastic yang berada di wilayah overbought memberikan peluang rupiah memangkas pelemahan.
Selama tertahan di bawah resisten 14.100, Mata Uang Garuda berpeluang memangkas pelemahan ke level 14.075.
Jika mampu menembus level tersebut, rupiah memiliki peluang ke area 14.052. Namun, jika menembus konsisten ke atas 14.100, rupiah berpeluang melemah ke area 14.130/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jaga Kestabilan Rupiah, BI-7 D RRR Diprediksi Sulit
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular