
Obligasi Pemerintah Jatuh Bikin Rupiah Loyo ke Rp 14.200/US$
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
02 August 2019 11:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) menilai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tak bisa dibendung. Alasannya, saat ini sedang terjadi aksi ambil untung (profit taking) di pasar obligasi.
Menyikapi hal tersebut, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Nanang Hendarsah, mengatakan BI akan menjaga agar kurs rupiah di pasar spot tidak melemah tajam.
"Kami lakukan intervensi bond market dari 8.30 WIB sekarang berlanjut. Pelemahan rupiah enggak kayak tahun lalu, terdepresiasi 0,8%. Kami ada di pasar untuk menjaga stabilitas agar tidak terjadi kepanikan," ujar Nanang kepada CNBC Indonesia, Jumat (02/08/2019).
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Dolar AS sudah menembus level Rp 14.200.
Pada Jumat (2/8/2019) pukul 11:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.215. Rupiah melemah 0,74% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Menurut Nanang, langkah penting yang harus di lakukan BI saat ini adalah menjaga pasar obligasi tetap stabil. Kemudian diikuti oleh stabilitas di pasar saham.
"Pasar valas kita bekerja baik. Bid offer berimbang, supply and demand berimbang dengan rupiah melemah. Kami akan jaga stabilitas," tambah Nanang.
Merespons situasi global, terkait perang dagang dan keputusan The Fed, Nanang mengatakan, untuk saat ini tidak ada yang perlu dikhawatirkan di pasar obligasi domestik. Pasalnya yield obligasi Indonesia saat ini masih atraktif dibanding obligasi negara berkembang lainnya.
"Beberapa kali terjadi tekanan di bond dan selalu jangka pendek. Kami akan masuk ke bond market. Karena enggak ada negara lain yang menawarkan yield menarik kaya di Indonesia," tandas Nanang.
[Gambas:Video CNBC]
(hps/dru) Next Article Menguat Lebih dari 1%, Rupiah Tembus Level 15.620/Dolar AS
Menyikapi hal tersebut, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Nanang Hendarsah, mengatakan BI akan menjaga agar kurs rupiah di pasar spot tidak melemah tajam.
"Kami lakukan intervensi bond market dari 8.30 WIB sekarang berlanjut. Pelemahan rupiah enggak kayak tahun lalu, terdepresiasi 0,8%. Kami ada di pasar untuk menjaga stabilitas agar tidak terjadi kepanikan," ujar Nanang kepada CNBC Indonesia, Jumat (02/08/2019).
Pada Jumat (2/8/2019) pukul 11:00 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.215. Rupiah melemah 0,74% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Menurut Nanang, langkah penting yang harus di lakukan BI saat ini adalah menjaga pasar obligasi tetap stabil. Kemudian diikuti oleh stabilitas di pasar saham.
"Pasar valas kita bekerja baik. Bid offer berimbang, supply and demand berimbang dengan rupiah melemah. Kami akan jaga stabilitas," tambah Nanang.
Merespons situasi global, terkait perang dagang dan keputusan The Fed, Nanang mengatakan, untuk saat ini tidak ada yang perlu dikhawatirkan di pasar obligasi domestik. Pasalnya yield obligasi Indonesia saat ini masih atraktif dibanding obligasi negara berkembang lainnya.
"Beberapa kali terjadi tekanan di bond dan selalu jangka pendek. Kami akan masuk ke bond market. Karena enggak ada negara lain yang menawarkan yield menarik kaya di Indonesia," tandas Nanang.
[Gambas:Video CNBC]
(hps/dru) Next Article Menguat Lebih dari 1%, Rupiah Tembus Level 15.620/Dolar AS
Most Popular