
Dibebani Nada The Fed, Tren Koreksi Pasar Obligasi Berlanjut
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
01 August 2019 19:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup terkoreksi hari ini, melanjutkan tren koreksi yang terjadi 5 hari bursa terakhir. Pemberat harga obligasi hari ini adalah nada pro-pengetatan moneter (hawkish) The Federal Reserve (The Fed) yang memicu sentimen negatif di pasar keuangan global dini hari tadi.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain. Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, vice versa. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 10,2 basis poin (bps) menjadi 7,48%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article Ada Jokowi Effect, Obligasi RI Menguat Signifikan
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain. Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, vice versa. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 10,2 basis poin (bps) menjadi 7,48%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 1 Aug'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 31 Jul'19 (%) | Yield 1 Aug'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 1 Aug'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.814 | 6.924 | 11.00 | 6.9016 |
FR0078 | 10 tahun | 7.378 | 7.48 | 10.20 | 7.4637 |
FR0068 | 15 tahun | 7.63 | 7.73 | 10.00 | 7.7664 |
FR0079 | 20 tahun | 7.862 | 7.934 | 7.20 | 7.9183 |
Avg movement | 9.60 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/irv) Next Article Ada Jokowi Effect, Obligasi RI Menguat Signifikan
Most Popular