
Analisis
No Deal Brexit, Apa Bisa BOE Selamatkan Poundsterling?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
01 August 2019 16:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang poundsterling sebenarnya cukup kuat dengan mencatat penguatan tipis 0,07% pada perdagangan Rabu (31/7/19), di saat mata uang lainnya rontok di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Tetapi memasuki perdagangan Kamis (1/8/19) poundsterling akhirnya merosot 0,47% hingga menyentuh level terlemah sejak 17 Januari 2017.
Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) dini hari tadi, tetapi memberikan kode tidak akan agresif dalam memangkas suku bunga di tahun ini. Hal tersebut membuat dolar AS mendapat momentum penguatan.
Dalam konferensi pers dini hari tadi, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan pemangkasan suku bunga yang dilakukan merupakan "penyesuaian di pertengahan siklus", yang dijelaskan sebagai transisi kebijakan The Fed, dimulai saat terakhir kali menaikkan suku bunga akhir tahun lalu, kemudian menahannya selama enam bulan, dan pada akhirnya dipangkas 25 bps.
Powell juga menjabarkan jika masa transisi yang dimaksud bukan merupakan periode awal dari siklus pemangkasan suku bunga yang panjang seperti terjadi pada masa resesi. Ia dan para anggota pembuat kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC) tidak melihat hal tersebut akan terjadi.
Untuk sementara lupakan dulu The Fed, sore nanti giliran bank sentral Inggris (BOE) yang akan mengumumkan kebijakan moneternya. BOE dibawah pimpinan Gubernur Mark Carney selama ini belum menunjukkan sikap dovish bahkan masih mempertahankan proyeksi suku bunga akan dinaikkan secara terbatas dan bertahap jika Inggris keluar dari Uni Eropa dengan kesepakatan atau soft Brexit.
Sikap dari BOE tersebut sudah mendapat tantangan yang cukup berat, pemerintah Inggris di bawah Perdana Menteri (PM) Boris Johnson sudah menyiapkan skenario Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun alias no-deal Brexit.
No-deal Brexit merupakan kejadian yang paling ditakuti pelaku pasar, ekonomi Inggris diprediksi akan memasuki resesi. Oleh karena itu BOE diprediksi akan memangkas suku bunga pada bulan Januari 2019, dengan probabilitas sebesar 90%, sebagaimana dilansir Reuters.
Meski demikian, BOE bergeming, bahkan menyatakan ekonomi Inggris merupakan kasus yang spesial. Kepala Ekonom BOE, Andy Haldane menggaris bawahi suku bunga di Inggris tidak naik secara agresif seperti di AS tahun lalu, sementara pasar tenaga kerja serta inflasi di Negeri Ratu Elizabeth masih lebih bagus dari zona euro.
Oleh karena itu, BOE diprediksi akan mempertahankan sikap tersebut.
"Kami memperkirakan BOE akan mengatakan suku bunga perlu dinakkan jika Inggris keluar dengan Uni Eropa dengan kesepakatan" kata Robert Wood, ekonom Bank of America Merril Lynch, sebagaimana dikutip Reuters.
Jika BOE masih mempertahankan sikap tersebut saat mengumumkan kebijakan pukul 18:00 WIB, poundsterling bisa "selamat" dari penurunan yang lebih tajam, atau bahkan bisa memukul balik dolar AS.
Pada pukul 16:16 WIB, poundsterling diperdagangkan di level US$ 1,2119, melansir kuotasi MetaTrader 5.
Halaman Selanjutnya >>>
Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) dini hari tadi, tetapi memberikan kode tidak akan agresif dalam memangkas suku bunga di tahun ini. Hal tersebut membuat dolar AS mendapat momentum penguatan.
Dalam konferensi pers dini hari tadi, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan pemangkasan suku bunga yang dilakukan merupakan "penyesuaian di pertengahan siklus", yang dijelaskan sebagai transisi kebijakan The Fed, dimulai saat terakhir kali menaikkan suku bunga akhir tahun lalu, kemudian menahannya selama enam bulan, dan pada akhirnya dipangkas 25 bps.
Powell juga menjabarkan jika masa transisi yang dimaksud bukan merupakan periode awal dari siklus pemangkasan suku bunga yang panjang seperti terjadi pada masa resesi. Ia dan para anggota pembuat kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC) tidak melihat hal tersebut akan terjadi.
Untuk sementara lupakan dulu The Fed, sore nanti giliran bank sentral Inggris (BOE) yang akan mengumumkan kebijakan moneternya. BOE dibawah pimpinan Gubernur Mark Carney selama ini belum menunjukkan sikap dovish bahkan masih mempertahankan proyeksi suku bunga akan dinaikkan secara terbatas dan bertahap jika Inggris keluar dari Uni Eropa dengan kesepakatan atau soft Brexit.
Sikap dari BOE tersebut sudah mendapat tantangan yang cukup berat, pemerintah Inggris di bawah Perdana Menteri (PM) Boris Johnson sudah menyiapkan skenario Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun alias no-deal Brexit.
No-deal Brexit merupakan kejadian yang paling ditakuti pelaku pasar, ekonomi Inggris diprediksi akan memasuki resesi. Oleh karena itu BOE diprediksi akan memangkas suku bunga pada bulan Januari 2019, dengan probabilitas sebesar 90%, sebagaimana dilansir Reuters.
Meski demikian, BOE bergeming, bahkan menyatakan ekonomi Inggris merupakan kasus yang spesial. Kepala Ekonom BOE, Andy Haldane menggaris bawahi suku bunga di Inggris tidak naik secara agresif seperti di AS tahun lalu, sementara pasar tenaga kerja serta inflasi di Negeri Ratu Elizabeth masih lebih bagus dari zona euro.
Oleh karena itu, BOE diprediksi akan mempertahankan sikap tersebut.
"Kami memperkirakan BOE akan mengatakan suku bunga perlu dinakkan jika Inggris keluar dengan Uni Eropa dengan kesepakatan" kata Robert Wood, ekonom Bank of America Merril Lynch, sebagaimana dikutip Reuters.
Jika BOE masih mempertahankan sikap tersebut saat mengumumkan kebijakan pukul 18:00 WIB, poundsterling bisa "selamat" dari penurunan yang lebih tajam, atau bahkan bisa memukul balik dolar AS.
Pada pukul 16:16 WIB, poundsterling diperdagangkan di level US$ 1,2119, melansir kuotasi MetaTrader 5.
Halaman Selanjutnya >>>
Next Page
Analisis Teknikal Poundsterling
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular