Perang Dagang AS-China Bikin Harga CPO Kian Merana

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
01 August 2019 10:42
Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) kembali terkoreksi akibat pelemahan harga minyak kedelai.
Foto: Petani Sawit
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) kembali terkoreksi akibat pelemahan harga minyak kedelai.

Pada perdagangan hari Kamis (1/8/2019) pukul 10:00 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Oktober melemah 0,68% ke level MYR 2.056/ton dan merupakan posisi terendah dalam sepekan terakhir.

Sehari sebelumnya (31/7/2019) harga CPO yang sama ditutup menguat 0,44%.


Pelemahan harga CPO hari ini dipengaruhi oleh harga minyak kedelai d pasar Chicago Board of Trade (CBOT) yang anjlok hingga 1,97% kemarin.



Penyebabnya adalah perkembangan perundingan dagang Amerika Serikat (AS) dengan China yang tidak berakhir baik.

Sebagai informasi, sejak awal pekan, delegasi dagang kedua negara telah memulai perundingan tatap muka. Peristiwa tersebut menandakan babak baru perundingan dagang AS-China.

Namun di tengah-tengah jalannya negosiasi, Presiden AS Donald Trump menyerang China dengan mengatakan bahwa China belum membeli produk-produk agrikultur asal AS.

"Performa perekonomian China sangatlah buruk, terburuk dalam 27 tahun. Seharusnya, China sudah mulai membeli produk agrikultur dari AS - belum ada tanda-tanda bahwa mereka melakukannya. Itulah masalah dengan China, mereka tidak menepati janjinya," cuit Trump melalui akun @realDonaldTrump, Selasa (30/7/2019).

Komentar Trump membuat pelaku pasar kembali khawatir akan risiko eskalasi perang dagang.

Trump sudah berkali-kali mengancam akan mengenakan bea impor 25% pada produk China senilai US$ 300 miliar apabila kesepakatan tidak kunjung dibuat. Produk-produk tersebut sebelumnya bukan merupakan objek perang dagang.

Hingga pertemuan berakhir pada hari Rabu (31/7/2019), kedua negara belum mengumumkan hasil perundingan.

Bagi pasar kedelai, eskalasi perang dagang AS-China berdampak sangat buruk. Pasalnya, China merupakan pembeli utama kedelai asal AS.  Bila hubungan dagang keduanya memburuk, stok kedelai AS akan menumpuk karena kehilangan pembeli utama.


Alhasil harga kedelai harus rela terkoreksi.

Sayangnya, minyak kedelai merupakan produk substitusi minyak sawit. Hampir semua fungsi minyak sawit dapat digantikan oleh minyak kedelai. Keduanya saling bersaing di pasar minyak nabati global. Kala harga kedelai jatuh, seringkali harga CPO juga akan mengikuti.

Namun setidaknya, harapan penurunan produksi sawit yang akan terjadi hingga bulan September bisa menahan laju pelemahan harga.

"Sejak sekitar Juli-Agustus 2018, siklus produksi sawit di Malaysia sedang tinggi. Siklus ini berlangsung hingga Maret 2019. Setelah itu pohon [sawit] akan membutuhkan periode istirahat sekitar enam bulan. Di Malaysia, kita akan melihat pemulihan produksi setelah bulan September," ujar analis sawit Dorab Mistry, seperti yang dikutip dari Reuters.

Dirinya memperkirakan harga CPO bisa naik hingga level MYR 2.200 akibat penurunan produksi.

Begini Penjelasan Dubes Denmark Soal CPO RI di Uni Eropa
[Gambas:Video CNBC]

TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/hps) Next Article Top Banget! Harga CPO Melesat Dekati Rp 1,04 juta/ton

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular