Ternyata, The Fed Memang Hobi Pangkas Bunga di Bulan Juli!

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
31 July 2019 20:27
Ternyata, The Fed Memang Hobi Pangkas Bunga di Bulan Juli!
Foto: Infografis/Testimoni bos the fed lambungkan bursa wall street/Aristra Rahadian Krisabella
Jakarta, CNBC Indonesia - The Federal Reserve. Ya, The Federal Reserve atau yang sering disebut The Fed menjadi bahasan panas di kalangan pelaku pasar keuangan dunia belakangan ini.

Pada tanggal 30 dan 31 Juli waktu setempat, The Fed selaku bank sentral AS akan menggelar pertemuan guna menentukan tingkat suku bunga acuan terbarunya. Hasil dari pertemuan selama dua hari tersebut akan diumumkan pada tanggal 31 Juli waktu setempat atau Kamis (1/8/2019) dini hari waktu Indonesia.

Saat ini, ekspektasinya adalah The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan. Bisa sebesar 25 bps, bisa sebesar 50 bps, namun yang pasti tingkat suku bunga acuan akan dipangkas.


Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 30 Juli 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada pertemuan pekan ini adalah sebesar 78,1%, sementara probabilitas tingkat suku bunga acuan dipangkas sebesar 50 bps adalah 21,9%. Jika ditotal, probabilitasnya mencapai 100%.

Ternyata, bulan Juli bisa dibilang merupakan bulan favorit bagi The Fed untuk memulai siklus pemangkasan tingkat suku bunga acuan. Melansir data dari Strategas yang kami kutip dari CNBC International, terhitung sejak Oktober 1982, ada 14 kali siklus pemangkasan tingkat suku bunga acuan. Siklus pemangkasan tingkat suku bunga acuan yang dimaksud adalah kala The Fed pertama kali memangkas tingkat suku bunga acuan hingga pengetatan dilakukan.

Dalam 14 kali siklus pemangkasan tingkat suku bunga acuan sejak Oktober 1982, entah kebetulan atau bukan, sebanyak 11 kali dimulai pada semester II. Jika dicermati lebih jauh, siklus pemangkasan tingkat suku bunga acuan paling banyak dimulai pada bulan Juli, yakni sebanyak empat kali.


Kebetulan, pertemuan The Fed pada pekan ini jatuh pada bulan Juli. Jika tingkat suku bunga acuan benar dipangkas pada dini hari nanti, maka lagi-lagi The Fed akan memulai siklus pemangkasan tingkat suku bunga acuan pada bulan Juli. Sebagai informasi, The Fed tercatat sudah tak pernah lagi memangkas tingkat suku bunga acuannya sejak tahun 2008 silam atau pada saat krisis keuangan global.

Jadi, kalau berkaca kepada sejarah, memang bulan Juli menjadi bulan favorit bagi The Fed untuk memulai siklus pemangkasan tingkat suku bunga acuan. Besar kemungkinan, tingkat suku bunga acuan benar-benar akan dipangkas oleh The Fed pada dini hari nanti.

Sebelumnya, dengan mempertimbangkan berbagai faktor, Tim Riset CNBC Indonesia memproyeksikan bahwa tingkat suku bunga acuan hanya akan dipangkas sebesar 25 bps oleh The Fed dalam pertemuan pekan ini.

Sejatinya, kemarin (30/7/2019) ada perkembangan baru yang bisa mendorong The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan hingga 50 bps. Kemarin, Personal Consumption Expenditures (PCE) inti periode Juni 2019 dilaporkan naik 1,6% secara tahunan, di bawah konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv sebesar 1,7%.

Sebagai informasi, dua indikator utama yang diperhatikan The Federal Reserve (The Fed) dalam merumuskan kebijakan suku bunga acuannya adalah inflasi dan pasar tenaga kerja. PCE inti merupakan acuan yang digunakan oleh The Fed untuk mengukur inflasi. The Fed menargetkan PCE inti dalam jangka menengah di kisaran 2%, sesuatu yang masih agak jauh panggang dari api. Seharusnya, rilis angka inflasi yang berada di bawah ekspektasi bisa mendongkrak optimisme bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan hingga 50 bps dalam pertemuan pekan ini. Namun ternyata, sejauh ini pelaku pasar juga masih meyakini bahwa pemangkasan yang akan dieksekusi oleh The Fed hanya 25 bps.

Memang, terbilang cukup sulit jika mengharapkan The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan hingga 50 bps dalam satu pertemuan saja. Pasalnya, pasar tenaga kerja AS saat ini bisa dibilang sedang bergairah.

Pada Juni 2019, data resmi dari pemerintah AS mencatat bahwa tercipta sebanyak 224.000 lapangan pekerjaan (sektor non-pertanian), jauh mengalahkan konsensus yang sebanyak 162.000, dilansir dari Forex Factory. Penciptaan lapangan kerja pada bulan Juni juga jauh mengalahkan capaian bulan sebelumnya yang sebanyak 72.000.

Selain itu, ada juga ‘Trump effect’ yang berpotensi membuat The Fed tak akan kelewat agresif dalam memangkas tingkat suku bunga acuan. Sudah cukup lama Presiden AS Donald Trump terus-menerus menyerang The Fed yang dianggapnya salah dalam mengambil keputusan.

Sepanjang 2018, The Fed menaikkan suku bunga acuan sebanyak empat kali dengan total 100 bps. Menurut Trump, seharusnya The Fed justru menurunkan suku bunga acuan guna menstimulasi pertumbuhan ekonomi. Apalagi, seperti sudah disinggung di atas, inflasi AS masih berada di bawah target The Fed.

Bulan ini, Trump kembali menyerang The Fed melalui beberapa cuitan di Twitter.

“Perekonomian tumbuh 2,1% pada kuartal II, tidak buruk mengingat kita menanggung beban yang sangat berat di leher kita yakni The Federal Reserve. Nyaris tak ada inflasi,” tulis Trump melalui akun @realDonaldTrump pada 26 Juli.

“The Fed 'menaikkan' terlalu dini dan terlalu agresif. Pengetatan kebijakan moneter yang dieksekusi mereka merupakan kesalahan besar lainnya,” cuit Trump pada 29 Juli.


Untuk diketahui, The Fed adalah institusi independen yang tidak bisa diintervensi, termasuk oleh presiden. Bank sentral memang idealnya harus independen dari intevensi pihak manapun, mengingat krusialnya peran sebuah bank sentral dalam sebuah perekonomian. Kesalahan dalam penentuan arah kebijakan moneter bisa membuat perekonomian sebuah negara (atau dunia, jika berbicara mengenai The Fed) jatuh ke jurang krisis.

Oleh karena itu, bisa saja ada kepentingan tersendiri dari Powell dan koleganya untuk membuktikan bahwa bank sentral independen. Ada kemungkinan, opsi pemangkasan tingkat suku bunga acuan sebesar 50 bps sudah dihapus dari benak mereka lantaran ada kekhawatiran The Fed akan dianggap tidak lagi independen karena menuruti keinginan Trump.

Patut diperhatikan, mau tingkat suku bunga acuan dipangkas berapapun pada dini hari nanti, melesatnya Wall Street tampak akan menjadi sebuah keniscayaan.

Melansir data dari Strategas yang dikutip dari CNBC International, secara rata-rata indeks S&P 500 memberikan imbal hasil hingga 20% (annualized) kala tingkat suku bunga acuan pertama kali dipangkas hingga tingkat suku bunga acuan dinaikkan, sementara mediannya mencapai 13%.

Baca:
Jika The Fed Pangkas Bunga, Wall Street Bisa Meroket 20%!

Dari 14 siklus pelonggaran suku bunga acuan yang terjadi dalam periode 1982 hingga 2015, indeks S&P 500 hanya jatuh sebanyak tiga kali (1983-1984, 1986, dan 2001-2004).



"Penurunan imbal hasil pada saat siklus pelonggaran terjadi kadang kala terjadi namun sangat jarang," tulis Jason Trennert selaku Chief Investment Strategist dari Strategas dalam risetnya pada hari Senin (29/7/2019), dilansir dari CNBC International.

Lebih lanjut, Trennert menambahkan bahwa dalam kondisi saat ini, The Fed memiliki banyak ruang untuk melonggarkan tingkat suku bunga acuan.

"Dengan tingkat suku bunga acuan dan imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun berada di level tertinggi jika dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya, The Fed tampak memiliki banyak ruang untuk mengeksekusi pelonggaran tanpa kekhawatiran akan terjadi overheating."

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular