
Ternyata, The Fed Memang Hobi Pangkas Bunga di Bulan Juli!
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
31 July 2019 20:27

Sebelumnya, dengan mempertimbangkan berbagai faktor, Tim Riset CNBC Indonesia memproyeksikan bahwa tingkat suku bunga acuan hanya akan dipangkas sebesar 25 bps oleh The Fed dalam pertemuan pekan ini.
Sejatinya, kemarin (30/7/2019) ada perkembangan baru yang bisa mendorong The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan hingga 50 bps. Kemarin, Personal Consumption Expenditures (PCE) inti periode Juni 2019 dilaporkan naik 1,6% secara tahunan, di bawah konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv sebesar 1,7%.
Sebagai informasi, dua indikator utama yang diperhatikan The Federal Reserve (The Fed) dalam merumuskan kebijakan suku bunga acuannya adalah inflasi dan pasar tenaga kerja. PCE inti merupakan acuan yang digunakan oleh The Fed untuk mengukur inflasi. The Fed menargetkan PCE inti dalam jangka menengah di kisaran 2%, sesuatu yang masih agak jauh panggang dari api. Seharusnya, rilis angka inflasi yang berada di bawah ekspektasi bisa mendongkrak optimisme bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan hingga 50 bps dalam pertemuan pekan ini. Namun ternyata, sejauh ini pelaku pasar juga masih meyakini bahwa pemangkasan yang akan dieksekusi oleh The Fed hanya 25 bps.
Memang, terbilang cukup sulit jika mengharapkan The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan hingga 50 bps dalam satu pertemuan saja. Pasalnya, pasar tenaga kerja AS saat ini bisa dibilang sedang bergairah.
Pada Juni 2019, data resmi dari pemerintah AS mencatat bahwa tercipta sebanyak 224.000 lapangan pekerjaan (sektor non-pertanian), jauh mengalahkan konsensus yang sebanyak 162.000, dilansir dari Forex Factory. Penciptaan lapangan kerja pada bulan Juni juga jauh mengalahkan capaian bulan sebelumnya yang sebanyak 72.000.
Selain itu, ada juga ‘Trump effect’ yang berpotensi membuat The Fed tak akan kelewat agresif dalam memangkas tingkat suku bunga acuan. Sudah cukup lama Presiden AS Donald Trump terus-menerus menyerang The Fed yang dianggapnya salah dalam mengambil keputusan.
Sepanjang 2018, The Fed menaikkan suku bunga acuan sebanyak empat kali dengan total 100 bps. Menurut Trump, seharusnya The Fed justru menurunkan suku bunga acuan guna menstimulasi pertumbuhan ekonomi. Apalagi, seperti sudah disinggung di atas, inflasi AS masih berada di bawah target The Fed.
Bulan ini, Trump kembali menyerang The Fed melalui beberapa cuitan di Twitter.
“Perekonomian tumbuh 2,1% pada kuartal II, tidak buruk mengingat kita menanggung beban yang sangat berat di leher kita yakni The Federal Reserve. Nyaris tak ada inflasi,” tulis Trump melalui akun @realDonaldTrump pada 26 Juli.
“The Fed 'menaikkan' terlalu dini dan terlalu agresif. Pengetatan kebijakan moneter yang dieksekusi mereka merupakan kesalahan besar lainnya,” cuit Trump pada 29 Juli.
Untuk diketahui, The Fed adalah institusi independen yang tidak bisa diintervensi, termasuk oleh presiden. Bank sentral memang idealnya harus independen dari intevensi pihak manapun, mengingat krusialnya peran sebuah bank sentral dalam sebuah perekonomian. Kesalahan dalam penentuan arah kebijakan moneter bisa membuat perekonomian sebuah negara (atau dunia, jika berbicara mengenai The Fed) jatuh ke jurang krisis.
Oleh karena itu, bisa saja ada kepentingan tersendiri dari Powell dan koleganya untuk membuktikan bahwa bank sentral independen. Ada kemungkinan, opsi pemangkasan tingkat suku bunga acuan sebesar 50 bps sudah dihapus dari benak mereka lantaran ada kekhawatiran The Fed akan dianggap tidak lagi independen karena menuruti keinginan Trump.
(ank/ank)
Sejatinya, kemarin (30/7/2019) ada perkembangan baru yang bisa mendorong The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan hingga 50 bps. Kemarin, Personal Consumption Expenditures (PCE) inti periode Juni 2019 dilaporkan naik 1,6% secara tahunan, di bawah konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv sebesar 1,7%.
Sebagai informasi, dua indikator utama yang diperhatikan The Federal Reserve (The Fed) dalam merumuskan kebijakan suku bunga acuannya adalah inflasi dan pasar tenaga kerja. PCE inti merupakan acuan yang digunakan oleh The Fed untuk mengukur inflasi. The Fed menargetkan PCE inti dalam jangka menengah di kisaran 2%, sesuatu yang masih agak jauh panggang dari api. Seharusnya, rilis angka inflasi yang berada di bawah ekspektasi bisa mendongkrak optimisme bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan hingga 50 bps dalam pertemuan pekan ini. Namun ternyata, sejauh ini pelaku pasar juga masih meyakini bahwa pemangkasan yang akan dieksekusi oleh The Fed hanya 25 bps.
Memang, terbilang cukup sulit jika mengharapkan The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan hingga 50 bps dalam satu pertemuan saja. Pasalnya, pasar tenaga kerja AS saat ini bisa dibilang sedang bergairah.
Selain itu, ada juga ‘Trump effect’ yang berpotensi membuat The Fed tak akan kelewat agresif dalam memangkas tingkat suku bunga acuan. Sudah cukup lama Presiden AS Donald Trump terus-menerus menyerang The Fed yang dianggapnya salah dalam mengambil keputusan.
Sepanjang 2018, The Fed menaikkan suku bunga acuan sebanyak empat kali dengan total 100 bps. Menurut Trump, seharusnya The Fed justru menurunkan suku bunga acuan guna menstimulasi pertumbuhan ekonomi. Apalagi, seperti sudah disinggung di atas, inflasi AS masih berada di bawah target The Fed.
Bulan ini, Trump kembali menyerang The Fed melalui beberapa cuitan di Twitter.
“Perekonomian tumbuh 2,1% pada kuartal II, tidak buruk mengingat kita menanggung beban yang sangat berat di leher kita yakni The Federal Reserve. Nyaris tak ada inflasi,” tulis Trump melalui akun @realDonaldTrump pada 26 Juli.
“The Fed 'menaikkan' terlalu dini dan terlalu agresif. Pengetatan kebijakan moneter yang dieksekusi mereka merupakan kesalahan besar lainnya,” cuit Trump pada 29 Juli.
Untuk diketahui, The Fed adalah institusi independen yang tidak bisa diintervensi, termasuk oleh presiden. Bank sentral memang idealnya harus independen dari intevensi pihak manapun, mengingat krusialnya peran sebuah bank sentral dalam sebuah perekonomian. Kesalahan dalam penentuan arah kebijakan moneter bisa membuat perekonomian sebuah negara (atau dunia, jika berbicara mengenai The Fed) jatuh ke jurang krisis.
Oleh karena itu, bisa saja ada kepentingan tersendiri dari Powell dan koleganya untuk membuktikan bahwa bank sentral independen. Ada kemungkinan, opsi pemangkasan tingkat suku bunga acuan sebesar 50 bps sudah dihapus dari benak mereka lantaran ada kekhawatiran The Fed akan dianggap tidak lagi independen karena menuruti keinginan Trump.
(ank/ank)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular