
Ketika Thailand Pusing Baht Menguat dari Dolar AS, Kok Bisa?
Wahyu Daniel, CNBC Indonesia
31 July 2019 13:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar mata uang baht terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat tahun ini. Bahkan penguatan baht terhadap dolar AS mengalahkan mata uang lain negara berkembang lain.
Namun, penguatan baht ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perlambatan ekonomi domestik.
Menurut data CNBC International, sejak awal tahun, nilai tukar baht terhadap dolar AS menguat lebih dari 5%. Bahkan bila ditarik setahu terakhir, nilai baht menguat hampir 8% terhadap dolar AS.
Penguatan nilai tukar baht terhadap dolar AS ini mengalahkan penguatan rupiah dan peso Filipina, yang sejak awal tahun menguat sekitar 3%.
"Para pengambil kebijakan dan eksportir di Thailand mengungkapkan kekhawatirannya terhadap penguatan baht. Penguatan mata uang negara berkembang lain tidak ada yang sekuat baht," ujar Ekonom dari Capital Economics, Gareht Leather.
Kuatnya baht ini Didorong oleh surplus neraca perdagangan Thailand yang tinggi, dan sikap hawkish bank sentralnya. "Penguatan mata uang ini berdampak buruk bagi ekonomi Thailand, karena bisa menghantam daya saing ekspor," demikian ungkap Ekonom Bank ING, Prakash Sakpal.
Memang, baht yang menguat membuat barang-barang ekspor Thailand menjadi mahal, sehingga daya saingnya menurun di pasar internasional.
Pada Analis dari Bank DBS juga memandang hal yang sama. Bahkan hasil studi dari bank sentral Thailand, yaitu Bank of Thailand, menyatakan tiap 1% penguatan baht akan membuat harga barang ekspor Thailand meningkat 0,3%.
Kekhawatiran ini sudah terbukti dengan turunnya kinerja ekspor Thailand dalam 3 bulan berturut-turut hingga Mei 2019. Bahkan di Mei, ekspor turun Thailand turun 5,79% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kemudian, produksi industri manufaktur Thailand di Juni menunjukkan penurunan 5,54% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kalangan analis menyatakan, bank sentral Thailand bisa memberikan dorongan dengan memangkas suku bunga acuan, agar penguatan nilai tukar baht bisa tertahan.
(wed/dru) Next Article Terungkap, Ini Penyebab Rupiah Kalah Jauh dari Baht!
Namun, penguatan baht ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perlambatan ekonomi domestik.
Menurut data CNBC International, sejak awal tahun, nilai tukar baht terhadap dolar AS menguat lebih dari 5%. Bahkan bila ditarik setahu terakhir, nilai baht menguat hampir 8% terhadap dolar AS.
![]() |
"Para pengambil kebijakan dan eksportir di Thailand mengungkapkan kekhawatirannya terhadap penguatan baht. Penguatan mata uang negara berkembang lain tidak ada yang sekuat baht," ujar Ekonom dari Capital Economics, Gareht Leather.
Kuatnya baht ini Didorong oleh surplus neraca perdagangan Thailand yang tinggi, dan sikap hawkish bank sentralnya. "Penguatan mata uang ini berdampak buruk bagi ekonomi Thailand, karena bisa menghantam daya saing ekspor," demikian ungkap Ekonom Bank ING, Prakash Sakpal.
Memang, baht yang menguat membuat barang-barang ekspor Thailand menjadi mahal, sehingga daya saingnya menurun di pasar internasional.
Pada Analis dari Bank DBS juga memandang hal yang sama. Bahkan hasil studi dari bank sentral Thailand, yaitu Bank of Thailand, menyatakan tiap 1% penguatan baht akan membuat harga barang ekspor Thailand meningkat 0,3%.
Kekhawatiran ini sudah terbukti dengan turunnya kinerja ekspor Thailand dalam 3 bulan berturut-turut hingga Mei 2019. Bahkan di Mei, ekspor turun Thailand turun 5,79% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kemudian, produksi industri manufaktur Thailand di Juni menunjukkan penurunan 5,54% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kalangan analis menyatakan, bank sentral Thailand bisa memberikan dorongan dengan memangkas suku bunga acuan, agar penguatan nilai tukar baht bisa tertahan.
(wed/dru) Next Article Terungkap, Ini Penyebab Rupiah Kalah Jauh dari Baht!
Most Popular