
Ini Borok Keuangan 4 BUMN di Ujung Periode I Jokowi
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
30 July 2019 11:26

PT Pos Indonesia (Persero)
Persoalan keuangan juga dialami Pos Indonesia, meskipun tak tercatat dalam bukunya ada kerugian. Merujuk pada laporan keuangan tahunan Pos Indonesia, laba bersih memang selalu dicatat. Setidaknya sejak tahun 2012, laba demi laba terus menghiasi halaman laporan keuangan.
Teranyar, pada tahun 2018 Pos mencatat laba bersih sebesar Rp 127 miliar atau turun dari posisi 2017 yang sebesar Rp 355 miliar.
Tapi tunggu dulu. Dalam catatan arus kas, sejatinya kinerja Pos tidak bagus-bagus amat.
Tengok saja arus kas perusahaan kerap kali tercatat negatif. Sepanjang periode 2012-2018, perusahaan pos nasional tersebut hanya mampu membukukan arus kas positif sebanyak tiga kali. Sisanya berwarna merah alias negatif.
Teranyar pada tahun 2018, arus kas tercatat minus Rp 293 miliar.
Sebagai informasi, arus kas merupakan catatan uang riil yang keluar-masuk perusahaan selama menjalankan aktivitas bisnis selama satu tahun pencatatan. Saat nilainya negatif, artinya lebih banyak uang keluar daripada yang masuk.
Untuk sebagian industri, arus kas negatif tidak selalu menggambarkan kegiatan bisnis yang tidak sehat. Contohnya pada sektor konstruksi, dimana pembayaran memang biasanya dilakukan belakangan dan seringkali berbeda tahun pencatatan.
Namun untuk industri jasa pengiriman yang biasanya pembayaran dilakukan di depan, arus kas negatif menandakan model bisnis yang tidak efisien.
Dampaknya, posisi kas PT Pos Indonesia cenderung mengalami penurunan. Bahkan pada tahun 2018, posisi kas hanya sebesar Rp 2,64 triliun atau terendah sejak tahun 2012.
Andaikan tidak ada subsidi pemerintah atas Public Services Obligation (PSO) sejatinya PT Pos Indonesia seringkali mengalami kerugian.
Sebagai informasi PSO merupakan mandat dari pemerintah untuk mengenakan biaya kepada konsumen di bawah harga keekonomian.
Besarnya tak main-main. Pada tahun 2018, besar subsidi PSO untuk PT Pos mencapai Rp 345 miliar. Pun sejak tahun 2015 besar subsidi tersebut berada di kisaran Rp 350 miliar-an.
Bayangkan saja, laba bersih Rp 127 miliar, sementara ada subsidi Rp 345 miliar. Selisihnya mencapai Rp 218 miliar.
Laba bersih komprehensif perseroan yang tercatat dalam laporan keuangan tersebut juga masih mengandalkan revaluasi aset, yang contohnya masih tercatat di 2018 sebesar Rp 643,95 miliar dan pada 2017 senilai Rp 1,38 triliun.
Naiknya laba komprehensif tersebut tentu dapat menjadi faktor pendorong moral PT Pos seakan-akan tidak membukukan rugi bersih, tetapi riilnya tentu berbeda.
Selain itu, Pos Indonesia dari awal tahun sudah mulai melakukan pengurangan jumlah karyawan.
PT Pos Diserang Isu Bangkrut
[Gambas:Video CNBC] (hps/tas)
Persoalan keuangan juga dialami Pos Indonesia, meskipun tak tercatat dalam bukunya ada kerugian. Merujuk pada laporan keuangan tahunan Pos Indonesia, laba bersih memang selalu dicatat. Setidaknya sejak tahun 2012, laba demi laba terus menghiasi halaman laporan keuangan.
Teranyar, pada tahun 2018 Pos mencatat laba bersih sebesar Rp 127 miliar atau turun dari posisi 2017 yang sebesar Rp 355 miliar.
Tapi tunggu dulu. Dalam catatan arus kas, sejatinya kinerja Pos tidak bagus-bagus amat.
Teranyar pada tahun 2018, arus kas tercatat minus Rp 293 miliar.
Sebagai informasi, arus kas merupakan catatan uang riil yang keluar-masuk perusahaan selama menjalankan aktivitas bisnis selama satu tahun pencatatan. Saat nilainya negatif, artinya lebih banyak uang keluar daripada yang masuk.
Untuk sebagian industri, arus kas negatif tidak selalu menggambarkan kegiatan bisnis yang tidak sehat. Contohnya pada sektor konstruksi, dimana pembayaran memang biasanya dilakukan belakangan dan seringkali berbeda tahun pencatatan.
Namun untuk industri jasa pengiriman yang biasanya pembayaran dilakukan di depan, arus kas negatif menandakan model bisnis yang tidak efisien.
Dampaknya, posisi kas PT Pos Indonesia cenderung mengalami penurunan. Bahkan pada tahun 2018, posisi kas hanya sebesar Rp 2,64 triliun atau terendah sejak tahun 2012.
Andaikan tidak ada subsidi pemerintah atas Public Services Obligation (PSO) sejatinya PT Pos Indonesia seringkali mengalami kerugian.
Sebagai informasi PSO merupakan mandat dari pemerintah untuk mengenakan biaya kepada konsumen di bawah harga keekonomian.
Besarnya tak main-main. Pada tahun 2018, besar subsidi PSO untuk PT Pos mencapai Rp 345 miliar. Pun sejak tahun 2015 besar subsidi tersebut berada di kisaran Rp 350 miliar-an.
Bayangkan saja, laba bersih Rp 127 miliar, sementara ada subsidi Rp 345 miliar. Selisihnya mencapai Rp 218 miliar.
Laba bersih komprehensif perseroan yang tercatat dalam laporan keuangan tersebut juga masih mengandalkan revaluasi aset, yang contohnya masih tercatat di 2018 sebesar Rp 643,95 miliar dan pada 2017 senilai Rp 1,38 triliun.
Naiknya laba komprehensif tersebut tentu dapat menjadi faktor pendorong moral PT Pos seakan-akan tidak membukukan rugi bersih, tetapi riilnya tentu berbeda.
Selain itu, Pos Indonesia dari awal tahun sudah mulai melakukan pengurangan jumlah karyawan.
PT Pos Diserang Isu Bangkrut
[Gambas:Video CNBC] (hps/tas)
Next Page
KRAS Dijarah Habis-Habisan
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular