
Ini Borok Keuangan 4 BUMN di Ujung Periode I Jokowi
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
30 July 2019 11:26

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
Terakhir yang paling hangat adalah awan mendung masih menggelayuti nasib Krakatau Steel (KRAS). Perusahaan baja milik negara ini bertubi-tubi didera persoalan.
Perseroan didera kerugian selama 7 tahun berturut-turut, utang menggunung, isu PHK massal, hingga mundurnya komisaris independen belum lama ini.
Berbagai upaya dilakukan mulai dari restrukturisasi bisnis, restrukturisasi organisasi hingga restrukturisasi utang. Direktur Utama KRAS Silmy Karim pernah mengatakan perseroan menargetkan efisiensi atau perampingan sekitar 2.400 karyawan organik di perusahaan induk hingga tahun depan, baik itu melalui natural retirement, pengalihan tenaga kerja ke anak perusahaan, maupun program pensiun dini.
Setidaknya ada 800 karyawan yang akan memasuki masa pensiun hingga tahun depan serta pengalihan 600 karyawan dari perusahaan induk ke anak-anak perusahaan KS.
Berdasarkan laporan keuangan KRAS 2018, tercatat utang mencapai US$ 2,49 miliar, naik 10,45% dibandingkan 2017 sebesar US$ 2,26 miliar. Utang jangka pendek yang harus dibayarkan oleh perusahaan mencapai US$ 1,59 miliar, naik 17,38% dibandingkan 2017 senilai US$ 1,36 miliar. Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan utang jangka panjang sebesar US$ 899,43 juta.
Selain itu soal pabrik baja dengan sistem Blast Furnace juga dikritisi karena berpotensi memicu kerugian KRAS. Persiapan operasi Project Blast Furnace KRAS dimulai sejak 2011. Saat ini sedang dimulai beroperasi, dan perseroan sudah mengeluarkan uang sekitar US$ 714 juta atau setara Rp 10 triliun. Terjadi over-run atau membengkak Rp 3 triliun, dari rencana semula Rp 7 triliun.
Polemik terakhir yang mencuat ke permukaan adalah pernyataan komisaris independen perseroan Roy Maningkas yang mundur dari jabatannya karena ada perbedaan pendapat soal proyek Blast Furnace. Roy menyebutkan, perseroan berpotensi rugi hingga Rp 1,3 triliun jika proyek ini diteruskan.
Roy juga sempat menyebutkan, bahwa KRAS sudah dijarah habis-habisan sehingga utang menumpuk hingga Rp 30 triliun.
Bahkan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla juga mengamini permasalahan yang sedang terjadi di KRAS tersebut.
"Memang KS itu seperti yang kita ketahui memiliki kesulitan keuangan yang berat dan utang yang begitu besar hingga Rp30 T dan kita menyayangkan itu. Ini kan persoalan lama bukan persoalan baru, persoalan sejak beberapa puluhan tahun masalahnya," katanya di Jakarta, Selasa (23/7).
Komisaris KRAS Buka-bukaan soal Proyek Blast Furnace
[Gambas:Video CNBC] (hps/tas)
Terakhir yang paling hangat adalah awan mendung masih menggelayuti nasib Krakatau Steel (KRAS). Perusahaan baja milik negara ini bertubi-tubi didera persoalan.
Perseroan didera kerugian selama 7 tahun berturut-turut, utang menggunung, isu PHK massal, hingga mundurnya komisaris independen belum lama ini.
Berbagai upaya dilakukan mulai dari restrukturisasi bisnis, restrukturisasi organisasi hingga restrukturisasi utang. Direktur Utama KRAS Silmy Karim pernah mengatakan perseroan menargetkan efisiensi atau perampingan sekitar 2.400 karyawan organik di perusahaan induk hingga tahun depan, baik itu melalui natural retirement, pengalihan tenaga kerja ke anak perusahaan, maupun program pensiun dini.
Setidaknya ada 800 karyawan yang akan memasuki masa pensiun hingga tahun depan serta pengalihan 600 karyawan dari perusahaan induk ke anak-anak perusahaan KS.
Berdasarkan laporan keuangan KRAS 2018, tercatat utang mencapai US$ 2,49 miliar, naik 10,45% dibandingkan 2017 sebesar US$ 2,26 miliar. Utang jangka pendek yang harus dibayarkan oleh perusahaan mencapai US$ 1,59 miliar, naik 17,38% dibandingkan 2017 senilai US$ 1,36 miliar. Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan utang jangka panjang sebesar US$ 899,43 juta.
Selain itu soal pabrik baja dengan sistem Blast Furnace juga dikritisi karena berpotensi memicu kerugian KRAS. Persiapan operasi Project Blast Furnace KRAS dimulai sejak 2011. Saat ini sedang dimulai beroperasi, dan perseroan sudah mengeluarkan uang sekitar US$ 714 juta atau setara Rp 10 triliun. Terjadi over-run atau membengkak Rp 3 triliun, dari rencana semula Rp 7 triliun.
Polemik terakhir yang mencuat ke permukaan adalah pernyataan komisaris independen perseroan Roy Maningkas yang mundur dari jabatannya karena ada perbedaan pendapat soal proyek Blast Furnace. Roy menyebutkan, perseroan berpotensi rugi hingga Rp 1,3 triliun jika proyek ini diteruskan.
Roy juga sempat menyebutkan, bahwa KRAS sudah dijarah habis-habisan sehingga utang menumpuk hingga Rp 30 triliun.
Bahkan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla juga mengamini permasalahan yang sedang terjadi di KRAS tersebut.
"Memang KS itu seperti yang kita ketahui memiliki kesulitan keuangan yang berat dan utang yang begitu besar hingga Rp30 T dan kita menyayangkan itu. Ini kan persoalan lama bukan persoalan baru, persoalan sejak beberapa puluhan tahun masalahnya," katanya di Jakarta, Selasa (23/7).
Komisaris KRAS Buka-bukaan soal Proyek Blast Furnace
[Gambas:Video CNBC] (hps/tas)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular