Analisis

Usai "Baku Hantam" Sengit Kemarin, Euro Takluk Lawan Dolar AS

pap, CNBC Indonesia
26 July 2019 15:40
Usai
Foto: Mata uang (REUTERS/Cathal McNaughton)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang euro terlibat "baku hantam" yang sengit melawan dolar Amerika Serikat pada perdagangan Kamis (25/7/19), tetapi kemudian berhasil unggul tipis. Namun pada perdagangan Jumat (26/7/19) hari ini, mata uang 19 negara Eropa Barat ini kembali keok.

Presiden European Central Bank (ECB), Mario Draghi, dalam konferensi pers kemarin menyatakan kemungkinan zona euro mengalami resesi sangat kecil.

Draghi yang akan digantikan oleh Christine Lagarde (mantan direktur pelaksana IMF) pada 1 November nanti juga melihat inflasi meningkat dalam jangka menengah akibat berlanjutnya ekspansi ekonomi serta pertumbuhan upah yang cukup bagus.



Pernyataan Draghi tersebut memberikan pesan yang kuat. Meski tetap membuka peluang penurunan suku bunga serta pengaktifan kembali program pembelian aset (obligasi dan surat berharga) atau yang dikenal dengan quantitative easing (QE), ECB tidak akan terlalu agresif dalam melonggarkan kebijakan moneternya.



Saat pengumuman kebijakan kemarin, suku bunga ECB yakni main refinancing rate, lending facility, dan deposit facility masing-masing dipertahankan sebesar 0%, 0,25% dan -0,4%. ECB menyatakan suku bunga masih akan di level saat ini atau lebih rendah lagi setidaknya hingga semester I-2020.

Artinya, jika ECB memangkas suku bunga pada September (sesuai prediksi analis), kebijakan pelonggaran moneter hanya berlangsung selama sembilan bulan. Di semester II-2020, ECB kemungkinan akan menaikkan kembali suku bunganya jika perekonomian sudah membaik dan inflasi meningkat.

Rencana pelonggaran moneter ECB membuat euro jeblok, tetapi rentang waktu yang singkat serta sikap Draghi yang tidak terlalu dovish membuat euro berhasil bangkit.



Perhatian kini beralih ke bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), apakah akan seirama dengan ECB saat mengumumkan kebijakan moneter 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia) nanti. Salah satu indikator yang bisa memberikan gambaran sikap The Fed nantinya adalah data pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) AS yang dirilis malam ini.

Hasil survei Reuters menunjukkan PDB AS di kuartal-II diprediksi tumbuh 1,8% lebih rendah dari kuartal sebelumnya 3,1%. "Baku hantam" euro vs dolar di pasar forex pun bakal terjadi lagi merespon rilis data tersebut.

Jika PDB AS dirilis lebih rendah dari 1,8% euro berpotensi menekuk dolar lagi, begitu juga sebaliknya jika PDB lebih tinggi dari 1,8%, dolar yang berpeluang unggul.

Halaman Selanjutnya >>>

Usai Grafik: EUR/USD Harian
Sumber: MetaTrader 5


Pada grafik harian, perdagangan euro melawan dolar disimbolkan dengan EUR/USD saat ini bergerak di bawah rerata pergerakan (Moving Average/MA) 8 hari (garis merah), MA 21 hari (garis hijau) serta 125 hari (garis biru).

Sementara indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) berada di zona negatif yang memberikan gambaran potensi penurunan dalam jangka menengah.

Usai Grafik: EUR/USD 30 Menit 
Sumber: MetaTrader 5


Pada time frame 30 menit, EUR/USD bergerak di bawah MA 8, 21, tetapi di atas 125. Indikator Stochastic bergerak naik dan setelah mencapai wilayah jenuh jual (oversold).

“Baku hantam sengit” euro vs dolar AS Kamis kemarin, terlihat jelas di time frame 30 menit, di mana terjadi ayunan harga turun-naik-turun yang besar dalam waktu cukup singkat.

Belum ada perubahan level-level yang patut dicermati dari EUR/USD, pasangan mata uang ini diperdagangkan di kisaran US$ 1,1132 pada pukul 15:06 WIB. Support (tahanan bawah) terdekat berada di kisaran US$ 1,1115, jika mampu ditembus euro berpotensi turun ke US$ 1,1090, bahkan lebih dalam lagi ke area US$ 1,1065.

Sementara resisten (tahanan atas) terdekat di kisaran US$ 1,1155, jika berhasil ditembus EUR/USD berpotensi naik ke US$ 1,1185. Peluang ke area US$ 1,1215 menjadi terbuka jika area US$ 1,1185 berhasil dilewati.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular