ECB Tak Beri Kejutan & Tak Terlalu Dovish, Euro Bergerak Liar

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
25 July 2019 20:46
Pemangkasan suku kemungkinan akan dilakukan satu kali saja, dan QE (jika ada) juga tidak terlalu besar jumlahnya.
Foto: euro (REUTERS/Thomas Hodel)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang euro bergerak liar setelah European Central Bank (ECB) mengumumkan kebijakan moneter pada pukul 18:45 WIB, dan dikuti konferensi pers sang Presiden, Mario Draghi.

ECB masih mempertahankan suku bunga acuannya saat mengumumkan kebijakan moneter, tetapi ECB memberikan sinyal semakin jelas suku bunga akan dipangkas.



Suku bunga ECB yakni main refinancing rate, lending facility dan deposit facility masing-masing dipertahankan sebesar 0%, 0,25% dan -0,4%. ECB menyatakan suku bunga akan masih akan di level saat ini atau lebih rendah lagi setidaknya hingga semester I 2020, sebagaimana dilaporkan CNBC International.

Selain itu ECB juga mengindikasikan akan ada langkah-langkah tambahan untuk menstimulasi ekonomi zona euro, termasuk kemungkinan kembali adanya program pembelian aset (obligasi dan surat berharga) atau yang dikenal dengan quantitative easing (QE).

Keputusan ECB pada hari ini sejalan dengan prediksi banyak analis. Hasil survei Reuters menunjukkan probabilitas suku bunga di pangkas hari ini sebesar 40%, dan jika tidak terjadi maka pemangkasan pasti akan dilakukan pada bulan September. Selain pemangkasan suku bunga, kembali adanya QE juga diprediksi oleh Bank ING.



Euro merosot pasca pengumuman tersebut, menyentuh level terlemah dua tahun US$ 1,1100. Namun saat konferensi pers Draghi berlangsung, mata uang 19 negara ini justru berbalik menguat tajam ke level US$ 1,1175, melansir data Refinitiv. Pergerakan yang liar hanya dalam waktu sekitar 1 jam.

Sikap Draghi yang tidak jauh berbeda dengan sebelumnya membuat euro bangkit. Pasar melihat kemungkinan Draghi akan lebih dovish lagi kali ini, tetapi nyatanya tidak.



Presiden ECB yang akan digantikan oleh Christine Lagarde ini mengatakan merosotnya aktivitas sektor manufaktur di zona euro akibat melemahnya perdagangan internasional yang dipenuhi ketidakpastian (akibat perang dagang). Tetapi Draghi melihat aktivitas sektor jasa masih cukup tangguh, dan pasar tenaga kerja terus membaik.

Yang menarik, Draghi juga mengatakan dalam jangka menengah inflasi diperkirakan akan meningkat akibat berlanjutnya ekspansi ekonomi serta pertumbuhan upah yang cukup bagus.

Pernyataan terkait inflasi tersebut bisa jadi indikasi jika ECB tidak akan terlalu agresif dalam memberikan stimulus moneter. Pemangkasan suku kemungkinan akan dilakukan satu kali saja, dan QE (jika ada) juga tidak terlalu besar jumlahnya.

Hal tersebut membuat euro bangkit dan berbalik menekan dolar AS. Pada pukul 20:26 WIB, euro diperdagangkan di kisaran US$ 1,1164 atau menguat 0,22%.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap) Next Article Ekonomi AS Makin Terpuruk, Euro Berbalik Menguat 0,5%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular