Harga CPO Anjlok, BWPT Alami Tekanan Berat

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
26 July 2019 13:23
Sektor ini juga terdampak sentimen perang dagang antara Amerika Serikat dan China serta kampanye negatif sawit dari Uni Eropa.
Foto: Paparan publik PT Eagle High Platnations Tbk (BWPT) di BEI, Jumat 26 Juli 2019/Syahrizal Sidik/CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten perkebunan sawit, PT Eagle High Platnations Tbk (BWPT) fokus melakukan efisiensi di tengah gejolak harga crude palm oil (CPO) dalam dua tahun terakhir. Sektor ini juga terdampak sentimen perang dagang antara Amerika Serikat dan China serta kampanye negatif sawit dari Uni Eropa.

Direktur Eagle High Plantations, Gelora Sinuraya saat paparan publik di Bursa Efek Indonesia menuturkan, perseroan hanya akan fokus mengelola lahan sawit seluas 140 ribu hektare secara efektif dan efisien yang tersebar di Sumatera, Kalimantan dan Papua. Sebab dengan kebijakan pemerintah yang baru, pemerintah memberlakukan moratorium untuk ijin pembukaan lahan sawit baru.

"Kondisi sekarang sedang sulit, hampir semua pengusaha sawit mengalami tekanan yang cukup berat," kata Gelora, Jumat (26/7/2019) di Bursa Efek Indonesia.

Karena itu untuk bertahan, perseroan akan memaksimalkan dari hasil produksi yang ada dan menjual semua hasil produksi sawit.

Pada semester kedua, Direktur BWPT Henderi Djunaidi meyakini, produksi kelapa sawit perseroan meningkat menjadi rata-rata sekitar 200 ribu ton dari rerata produksi hingga Mei 2019 sebesar 113 ribu ton. "Bila cuaca mendukung, target tersebut akan tercapai. Karena cuaca di luar kontrol," ungkap dia.

Henderi meyakini, permintaan sawit meski ada tekanan dari Uni Eropa, pasar di Asia seperti China dan India akan tetap tumbuh. Hal ini juga ditambah dengan rencana pemerintah mengimpelentasikan kebijakan pencamuran biodisel 20 persen menjadi 30 persen untuk setiap liter solar. "Ini akan mendorong peningkatan harga CPO," katanya menambahkan.

Hingga triwulan pertama, BWPT memproduksi tandan buah segar (TBS) 359,966 ton, Crude Palm Oil (CPO) 74,718 ton dan Kernel sebanyak 11,431 ton. Capaian produksi ini masing-masing meningkat 40%, 33%, dan 25% dari periode yang sama di tahun sebelumnya.

Dilihat dari sisi pendapatan, pada tiga bulan pertama tahun ini, pendapatan BWPT hanya naik tipis, 1% sebesar Rp 637,99 miliar dari sebelumnya Rp 629,69 miliar. Perseroan masih mencatatkan rugi Rp 254,99 miliar pada triwulan I-2019, dari periode sebelumnya Rp 69,83 miliar.
(hps) Next Article Kabar Duka! Direktur BWPT Meninggal Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular