
Sawit Dikepung Masalah, Ini Strategi Eagle High Plantations
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
26 July 2019 12:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten perkebunan kelapa sawit, PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) akan fokus melakukan efisiensi di tengah gejolak harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dalam 2 tahun terakhir yang menekan kinerja perusahaan sawit.
Sektor sawit juga terdampak sentimen perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China serta kampanye negatif sawit dari Uni Eropa.
Direktur Eagle High Plantations, Gelora Sinuraya menuturkan perseroan hanya akan fokus mengelola lahan sawit seluas 140.000 hektare secara efektif dan efisien yang tersebar di Sumatera, Kalimantan dan Papua.
Sebab dengan kebijakan pemerintah yang baru, pemerintah memberlakukan moratorium untuk izin pembukaan lahan sawit baru.
"Kondisi sekarang sedang sulit, hampir semua pengusaha sawit mengalami tekanan yang cukup berat," kata Gelora saat paparan publik di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (26/7/2019).
Sebab itu, guna bertahan, perseroan akan memaksimalkan dari hasil produksi yang ada dan menjual semua hasil produksi sawit.
Pada kesempatan tersebut, Direktur Eagle High Plantations Henderi Djunaidi menambahkan bahwa pada semester kedua tahun ini dia meyakini produksi kelapa sawit perseroan akan meningkat menjadi rata-rata sekitar 200.000 ton dari rerata produksi hingga Mei 2019 sebesar 113.000 ton.
"Bila cuaca mendukung, target tersebut akan tercapai. Karena cuaca di luar kontrol," ungkap dia.
Henderi meyakini, permintaan sawit meski ada tekanan dari Uni Eropa, pasar di Asia seperti China dan India akan tetap tumbuh. Hal ini juga ditambah dengan rencana pemerintah mengimpelentasikan kebijakan pencampuran biodisel 20% (B20) menjadi 30% (B30) untuk setiap liter solar.
"Ini akan mendorong peningkatan harga CPO," katanya menambahkan.
Hingga triwulan pertama, BWPT memproduksi tandan buah segar (TBS) 359.966 ton, CPO 74.718 ton dan Kernel sebanyak 11.431 ton. Capaian produksi ini masing-masing meningkat 40%, 33%, dan 25% dari periode yang sama di tahun sebelumnya.
Dilihat dari sisi kinerja 3 bulan pertama tahun ini, pendapatan BWPT hanya naik tipis, 1% sebesar Rp 637,99 miliar dari sebelumnya Rp 629,69 miliar. Perseroan masih mencatatkan rugi Rp 254,99 miliar pada triwulan I-2019, dari periode sebelumnya Rp 69,83 miliar.
(tas) Next Article Kabar Duka! Direktur BWPT Meninggal Dunia
Sektor sawit juga terdampak sentimen perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China serta kampanye negatif sawit dari Uni Eropa.
Direktur Eagle High Plantations, Gelora Sinuraya menuturkan perseroan hanya akan fokus mengelola lahan sawit seluas 140.000 hektare secara efektif dan efisien yang tersebar di Sumatera, Kalimantan dan Papua.
Sebab dengan kebijakan pemerintah yang baru, pemerintah memberlakukan moratorium untuk izin pembukaan lahan sawit baru.
"Kondisi sekarang sedang sulit, hampir semua pengusaha sawit mengalami tekanan yang cukup berat," kata Gelora saat paparan publik di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (26/7/2019).
Sebab itu, guna bertahan, perseroan akan memaksimalkan dari hasil produksi yang ada dan menjual semua hasil produksi sawit.
Pada kesempatan tersebut, Direktur Eagle High Plantations Henderi Djunaidi menambahkan bahwa pada semester kedua tahun ini dia meyakini produksi kelapa sawit perseroan akan meningkat menjadi rata-rata sekitar 200.000 ton dari rerata produksi hingga Mei 2019 sebesar 113.000 ton.
Henderi meyakini, permintaan sawit meski ada tekanan dari Uni Eropa, pasar di Asia seperti China dan India akan tetap tumbuh. Hal ini juga ditambah dengan rencana pemerintah mengimpelentasikan kebijakan pencampuran biodisel 20% (B20) menjadi 30% (B30) untuk setiap liter solar.
"Ini akan mendorong peningkatan harga CPO," katanya menambahkan.
Hingga triwulan pertama, BWPT memproduksi tandan buah segar (TBS) 359.966 ton, CPO 74.718 ton dan Kernel sebanyak 11.431 ton. Capaian produksi ini masing-masing meningkat 40%, 33%, dan 25% dari periode yang sama di tahun sebelumnya.
Dilihat dari sisi kinerja 3 bulan pertama tahun ini, pendapatan BWPT hanya naik tipis, 1% sebesar Rp 637,99 miliar dari sebelumnya Rp 629,69 miliar. Perseroan masih mencatatkan rugi Rp 254,99 miliar pada triwulan I-2019, dari periode sebelumnya Rp 69,83 miliar.
(tas) Next Article Kabar Duka! Direktur BWPT Meninggal Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular