Pergerakan Ringgit Mendukung, Ini Penyebab Harga CPO Jatuh

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 July 2019 13:14
Harga minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) membukukan koreksi pada hari ini.
Foto: Petani Sawit
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) membukukan koreksi pada hari ini. Pada perdagangan hari Jumat (26/7/2019) pukul 12:55 WIB, harga CPO kontrak acuan pengiriman bulan September di Bursa Malaysia Derivatives Exchange (BMDEX) membukukan pelemahan sebesar 0,2% ke level MYR 2.017/ton. Jika dihitung sejak awal tahun 2019, harga CPO tercatat turun 2,75%.

Sejatinya, pada hari ini pergerakan mata uang Malaysia yakni ringgit mendukung bagi harga CPO untuk mencetak kenaikan. Hingga berita ini diturunkan, ringgit melemah 0,13% di pasar spot ke level MYR 4,12/dolar AS.

Ketika ringgit melemah, harga CPO yang diekspor Malaysia akan menjadi lebih murah sehingga berpotensi mendongkrak permintaan. Pada akhirnya, harga akan terkerek naik.

Ringgit berhasil ditekuk oleh dolar AS menyusul kekhawatiran bahwa The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS tak akan bertindak sangat dovish dalam pertemuannya bulan ini.

Kekhawatiran ini muncul pasca European Central Bank (ECB) mengumumkan hasil pertemuannya. Kemarin (25/7/2019), ECB mengumumkan bahwa main refinancing rate, lending facility rate, dan deposit facility rate dipertahankan masing-masing di level 0%, 0,25% dan -0,4%.

Dalam konferensi pers, Gubernur ECB Mario Draghi menyatakan bahwa kemungkinan perekonomian zona euro mengalami resesi sangat kecil. Draghi yang akan digantikan oleh Christine Lagarde (mantan Direktur Pelaksana IMF) pada 1 November nanti juga melihat bahwa dalam jangka menengah, inflasi diperkirakan akan meningkat akibat berlanjutnya ekspansi ekonomi serta pertumbuhan upah yang cukup bagus.

Pernyataan Draghi tersebut memberikan pesan yang kuat bahwa pelonggaran kebijakan moneter yang akan dieksekusi ECB di masa depan tidak akan terlalu agresif.

Kalau perekonomian zona euro yang sudah begitu tertekan saja tak bisa memaksa bank sentralnya untuk bersikap sangat dovish, dikhawatirkan perekonomian AS yang relatif lebih kuat akan membuat The Fed bersikap sangat konservatif dalam melakukan pelonggaran kebijakan moneter. Pada akhirnya, dolar AS bisa menekuk ringgit.

Ambil Untung Hingga Minyak Kedelai Tekan Harga CPO
Ada dua faktor yang membuat harga CPO melemah pada hari ini, terlepas dari adanya sentimen positif berupa depresiasi ringgit.

Pertama, aksi ambil untung. Harga CPO sudah menguat dalam empat hari sebelumnya sehingga kini pelaku pasar tergiur untuk merealisasikan keuntungan yang sudah diraup. Dalam periode 22 Juli hingga 25 Juli, harga CPO tercatat menguat hingga 4,23%.

Faktor kedua yang membebani harga CPO adalah koreksi harga minyak kedelai. Pada penutupan perdagangan kemarin, harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) kontrak pengiriman September 2019 melemah 0,07%, menandai koreksi pertama dalam tiga hari.

Pergerakan harga minyak kedelai memang berkorelasi positif dengan harga CPO. Penyebabnya, dua komoditas tersebut bersifat substitusi antara satu dengan yang lain. Kala harga minyak kedelai melemah, harga CPO akan mendapat tekanan.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article Gara-gara Kedelai, Harga CPO Tak Berdaya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular