
Duh, Bursa Pekan Depan Bakal Bikin Galau...
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
21 July 2019 18:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan lalu menjadi masa indah bagi pasar keuangan Indonesia. Dalam sepekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,31%, nilai tukar rupiah terapresiasi 0,49%, sementara imbal hasil (yield) obligasi acuan turun 0,87%.
Sebagai informasi, pergerakan yield dan harga di pasar obligasi akan terbail. Saat yield turun, sejatinya harga sedang naik karena ramai permintaan. Begitu pula sebaliknya.
Namun itu pekan lalu. Bagaimana dengan pekan depan? Faktor apa saja yang kemungkinan menjadi penentu arah gerak pasar?
Dari dalam negeri, akan ada pembacaan data realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Investasi merupakan komponen penting dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), porsi Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) yang terkait dengan investasi memiliki andil lebih dari 30% terhadap PDB Indonesia.
Sejauh ini, baik PMA maupun PMDN masih menunjukkan tren perlambatan. Pada kuartal I-2019, pertumbuhan PMA terkontraksi 0,9% secara tahunan (year-on-year/YoY) yang mana merupakan kontraksi dalam empat kuartal berturut-turut.
Sementara realisasi PMND kuartal I-2019, meskipun masih positif 14,1% YoY, namun telah melambat dalam empat kuartal terakhir.
Bila nantinya pertumbuhan investasi masih terus melambat, maka ekspektasi pasar akan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tertekan. Perlambatan pertumbuhan ekonomi tentu bukan sebuah berita baik di pasar keuangan karena akan meningkatkan risiko investasi.
Maka dari itu pelaku pasar ada baiknya memantau rilis data pertumbuhan investasi.
Faktor eksternal juga tampaknya juga akan mempengaruhi pergerakan pasar pekan depan. Penantian keputusan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed tampaknya masih menjadi isu yang perlu dipantau perkembangannya.
Sebagai informasi, The Fed akan melakukan rapat bulanan Komite Pengambil Kebijakan (FOMC) pada tanggal 31 Juli 2019 waktu setempat, atau 1 Agustus 2019 waktu Indonesia. Dalam rapat tersebut akan diputuskan kebijakan moneter, salah satunya tingkat suku bunga acuan (Federal Funds Rate/FFR).
Saat ini, probabilitas FFR diturunkan sebanyak 25 basis poin masih sebesar 77,5%, berdasarkan CME Fedwatch. Sementara kemungkinan FFR diturunkan 50 basis poin sebesar 24%.
Namun perlu diperhatikan bahwa pekan depan ada cukup banyak data ekonomi AS yang akan dirilis pekan depan.
BERLANJUT KE HALAMAN 2>>>
Sebagai informasi, pergerakan yield dan harga di pasar obligasi akan terbail. Saat yield turun, sejatinya harga sedang naik karena ramai permintaan. Begitu pula sebaliknya.
Namun itu pekan lalu. Bagaimana dengan pekan depan? Faktor apa saja yang kemungkinan menjadi penentu arah gerak pasar?
Dari dalam negeri, akan ada pembacaan data realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Investasi merupakan komponen penting dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), porsi Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) yang terkait dengan investasi memiliki andil lebih dari 30% terhadap PDB Indonesia.
Sejauh ini, baik PMA maupun PMDN masih menunjukkan tren perlambatan. Pada kuartal I-2019, pertumbuhan PMA terkontraksi 0,9% secara tahunan (year-on-year/YoY) yang mana merupakan kontraksi dalam empat kuartal berturut-turut.
Sementara realisasi PMND kuartal I-2019, meskipun masih positif 14,1% YoY, namun telah melambat dalam empat kuartal terakhir.
Bila nantinya pertumbuhan investasi masih terus melambat, maka ekspektasi pasar akan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tertekan. Perlambatan pertumbuhan ekonomi tentu bukan sebuah berita baik di pasar keuangan karena akan meningkatkan risiko investasi.
Maka dari itu pelaku pasar ada baiknya memantau rilis data pertumbuhan investasi.
Faktor eksternal juga tampaknya juga akan mempengaruhi pergerakan pasar pekan depan. Penantian keputusan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed tampaknya masih menjadi isu yang perlu dipantau perkembangannya.
Sebagai informasi, The Fed akan melakukan rapat bulanan Komite Pengambil Kebijakan (FOMC) pada tanggal 31 Juli 2019 waktu setempat, atau 1 Agustus 2019 waktu Indonesia. Dalam rapat tersebut akan diputuskan kebijakan moneter, salah satunya tingkat suku bunga acuan (Federal Funds Rate/FFR).
Saat ini, probabilitas FFR diturunkan sebanyak 25 basis poin masih sebesar 77,5%, berdasarkan CME Fedwatch. Sementara kemungkinan FFR diturunkan 50 basis poin sebesar 24%.
Namun perlu diperhatikan bahwa pekan depan ada cukup banyak data ekonomi AS yang akan dirilis pekan depan.
BERLANJUT KE HALAMAN 2>>>
Next Page
Data Ekonomi Bisa Ubah Sikap The Fed
Pages
Most Popular