
Duh, Bursa Pekan Depan Bakal Bikin Galau...
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
21 July 2019 18:56

Data-data perekonomian AS yang akan dirilis pekan depan memiliki peluang untuk merubah sikap The Fed dalam melangsungkan pelonggaran moneter ke depan.
Pada hari Selasa (23/7/2019) data penjualan rumah bukan baru (existing) AS periode Juni akan dibacakan.
Data kinerja industri perumahan merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian. Sebab industri ini terhubung dengan berbagai industri lain dalam rantai pasokan yang kompleks. Kala industri perumahan lesu, kemungkinan besar industri secara umum juga tak bergairah. Pada hari yang sama, The Fed cabang Richmond akan membacakan indeks manufaktur.
Sehari berselang, pada Rabu (24/7/2019) Markit akan mengumumkan pembacaan awal Purchasing Manager's Indeks (PMI) manufaktur AS periode Juli.
Industri manufaktur juga merupakan salah satu penopang perekonomian AS, yang mana akan sangat berdampak pada pertumbuhan ekonomi secara umum. Masih di hari Rabu, angka penjualan rumah baru bulan Juni juga akan diumumkan.
Pada Kamis (25/7/2019), Departemen Ketenagakerjaan akan mengumumkan angka klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 20 Juli. Data tenaga kerja merupakan satu dari dua indikator penting (selain inflasi) yang sering menjadi acuan The Fed dalam mengambil kebijakan moneter.
Jumat (26/7/2019) pembacaan kedua pertumbuhan ekonomi AS kuartal II-2019 yang disetahunkan (quarterly annualized) akan diumumkan. Pada pembacaan awal pertumbuhan ekonomi kuartal II-2019 sebesar 3,1% YoY. Namun konsensus memperkirakan akan ada revisi ke level 1,8% YoY, seperti yang dikutip dari Trading Economics.
Sementara pembacaan kedua Code Personal Consumption Expenditure Price Index (Core PCE) kuartal II-2019 juga akan diumumkan pada saat yang sama. Sebagai informasi angka Coce-PCE merupakan data inflasi yang menjadi acuan The Fed dalam mengambil kebijakan. Konsensus memperkirakan ada revisi dari 1,2% menjadi 2%, mengutip Trading Economics.
Data-data tersebut akan sangat mempengaruhi ekspektasi pelaku pasar akan sikap (stance) The Fed. Bila nantinya ternyata perekonomian AS terlihat semakin memburuk, kemungkinan stance The Fed akan semakin hawkish.
Penurunan suku bunga yang semakin agresif akan membuat dolar semakin lemah. Mengoleksi aset yang berbasis dolar menjadi tak menarik. Kala itu terjadi, maka investor berpeluang meninggalkan AS dan mengguyur pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia, dengan modal segar.
Pada hari Selasa (23/7/2019) data penjualan rumah bukan baru (existing) AS periode Juni akan dibacakan.
Data kinerja industri perumahan merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian. Sebab industri ini terhubung dengan berbagai industri lain dalam rantai pasokan yang kompleks. Kala industri perumahan lesu, kemungkinan besar industri secara umum juga tak bergairah. Pada hari yang sama, The Fed cabang Richmond akan membacakan indeks manufaktur.
Industri manufaktur juga merupakan salah satu penopang perekonomian AS, yang mana akan sangat berdampak pada pertumbuhan ekonomi secara umum. Masih di hari Rabu, angka penjualan rumah baru bulan Juni juga akan diumumkan.
Pada Kamis (25/7/2019), Departemen Ketenagakerjaan akan mengumumkan angka klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 20 Juli. Data tenaga kerja merupakan satu dari dua indikator penting (selain inflasi) yang sering menjadi acuan The Fed dalam mengambil kebijakan moneter.
Jumat (26/7/2019) pembacaan kedua pertumbuhan ekonomi AS kuartal II-2019 yang disetahunkan (quarterly annualized) akan diumumkan. Pada pembacaan awal pertumbuhan ekonomi kuartal II-2019 sebesar 3,1% YoY. Namun konsensus memperkirakan akan ada revisi ke level 1,8% YoY, seperti yang dikutip dari Trading Economics.
Sementara pembacaan kedua Code Personal Consumption Expenditure Price Index (Core PCE) kuartal II-2019 juga akan diumumkan pada saat yang sama. Sebagai informasi angka Coce-PCE merupakan data inflasi yang menjadi acuan The Fed dalam mengambil kebijakan. Konsensus memperkirakan ada revisi dari 1,2% menjadi 2%, mengutip Trading Economics.
Data-data tersebut akan sangat mempengaruhi ekspektasi pelaku pasar akan sikap (stance) The Fed. Bila nantinya ternyata perekonomian AS terlihat semakin memburuk, kemungkinan stance The Fed akan semakin hawkish.
Penurunan suku bunga yang semakin agresif akan membuat dolar semakin lemah. Mengoleksi aset yang berbasis dolar menjadi tak menarik. Kala itu terjadi, maka investor berpeluang meninggalkan AS dan mengguyur pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia, dengan modal segar.
BERLANJUT KE HALAMAN 3>>>
(taa/taa)
Next Page
Rilis Data Ekonomi
Pages
Most Popular