Tutup Pekan, Harga SUN Terangkat Efek Pemangkasan Suku Bunga

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
20 July 2019 09:04
Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup menguat tipis di akhir pekan.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup menguat tipis di akhir pekan, Jumat kemarin (19/7/2019) sehari setelah bank sentral Indonesia menurunkan suku bunga acuan. 

Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain yang masih terpapar sentimen positif dari pernyataan Gubernur The Fed New York John Williams yang mengindikasikan penurunan suku bunga acuan AS sangatlah terbuka lebar, meskipun akhirnya diklarifikasi. 

Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).  


Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. 

Seri acuan yang paling menguat adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan penurunan yield 1,4 basis poin (bps) menjadi 7,68%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.   

Yield Obligasi Negara Acuan 19 Jul'19
SeriJatuh tempoYield 18 Jul'19 (%)Yield 19 Jul'19 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 19 Jul'19 (%)
FR00775 tahun6.5186.5210.306.4885
FR007810 tahun7.1447.14-0.407.0975
FR006815 tahun7.487.4840.407.4522
FR007920 tahun7.6957.681-1.407.6789
Avg movement-0.28
Sumber: Refinitiv  

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tidak tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.  

Indeks tersebut turun 0,19 poin (0,07%) menjadi 261 dari posisi kemarin 261,2. Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 509 bps, menyempit dari posisi kemarin 511 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik tipis hingga 2,043% dari posisi kemarin 2,04%. 

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini inversi tenor 3 bulan-10 tahun sudah berakhir, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu. 

Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. 

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.

 
Yield US Treasury Acuan 19 Jul'19
SeriBenchmarkYield 18 Jul'19 (%)Yield 19 Jul'19 (%)Selisih (Inversi)Satuan Inversi
UST BILL 20193 Bulan2.0692.0413 bulan-5 tahun25
UST 20202 Tahun1.7761.7832 tahun-5 tahun-0.8
UST 20213 Tahun1.751.7613 tahun-5 tahun-3
UST 20235 Tahun1.7881.7913 bulan-10 tahun-0.2
UST 202810 Tahun2.042.0432 tahun-10 tahun-26
Sumber: Refinitiv  


Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.002,81 triliun SBN. 

Jumlah itu mencerminkan porsi persentase 39,31% dari total beredar Rp 2.551 triliun berdasarkan data per 16 Juli. Posisi terakhir itu melampaui rekor sebelumnya Rp 1001,89 pada 9 Juli. 

Angka kepemilikannya masih positif Rp 109,56 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. 

Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya naik 0,83% dan 0,18%. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di Brazil, China, Filipina, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Di negara maju, penguatan terjadi di pasar bund Jerman, OAT Perancis, dan gilt Inggris.   

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 18 Jul'19 (%)Yield 19 Jul'19 (%)Selisih (basis poin)
Brasil7.317.28-3.00
China3.1913.173-1.80
Jerman-0.31-0.323-1.30
Perancis-0.061-0.069-0.80
Inggris 0.7590.748-1.10
India6.3456.3571.20
Jepang-0.135-0.1330.20
Malaysia3.6253.619-0.60
Filipina4.9344.933-0.10
Rusia7.377.381.00
Singapura1.9471.946-0.10
Thailand1.9851.94-4.50
Amerika Serikat2.042.0430.30
Afrika Selatan8.0258.0351.00
Sumber: Refinitiv  


TIM RISET CNBC INDONESIA



(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular