
Penjualan Ritel Berujung Indah, Dolar AS Dapat Momentum Naik
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 July 2019 21:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) menguat melawan mata uang utama pada perdagangan Selasa (16/7/19) setelah rilis data penjualan ritel yang lebih bagus dari prediksi.
Pada pukul 20:38 WIB, indeks dolar berada di level 97,29 atau menguat 0,37% melansir data Refintiv. Indeks ini dibentuk dari enam mata uang yakni euro, yen, poundsterling, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss. Indeks ini juga dijadikan tolak ukur kekuatan dolar AS terhadap mata uang lainnya.
Departemen Perdagangan AS melaporkan data penjualan ritel dan penjualan ritel inti (tidak memasukkan sektor otomotif dalam perhitungan) naik masing-masing 0,4% month-on-month (MoM), lebih tinggi dari prediksi di Forex Factory sebesar 0,1%.
Data itu menunjukkan ekonomi AS masih menunjukkan kinerja bagus di akhir kuartal-II 2019, apalagi melihat data tenaga kerja dan inflasi sebelumnya. Hal ini tentunya jadi pertimbangan bagi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk memutuskan apakah akan memangkas atau mempertahankan suku bunga pada 31 Juli (1 Agustus WIB).
Data penjualan ritel yang terkait dengan belanja konsumen merupakan komponen yang berkontribusi sekitar 68% terhadap produk domestik bruto (PDB). Sehingga tingginya penjualan ritel bisa jadi akan positif bagi PDB AS periode April-Juni.
Namun meski serangkaian data AS belakang ini dirilis apik, pelaku pasar masih tetap memprediksi The Fed akan memangkas suku bunganya. Berdasarkan data FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat probabilitas 71,4% bahwa suku bunga akan dipangkas 25 basis poin (bps) dan probabilitas 28,7% dipangkas 50 bps pada 1 Agustus nanti.
Probabilitas tersebut nyaris tidak berubah dibandingkan sebelum data penjualan ritel dirilis, yang berarti pelaku pasar sangat yakin Jerome Powell dkk akan memangkas suku bunganya.
Yang masih jadi pertanyaan, berapa kali bank sentral paling powerful di dunia ini akan menurunkan suku bunga, dua kali atau tiga kali. Semua itu akan terjawab atau setidaknya lebih jelas saat The Fed mengumumkan kebijakan moneter nanti.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Bukan Pamer, Cek Nih Keperkasaan Rupiah Lawan Mata Uang Dunia
Pada pukul 20:38 WIB, indeks dolar berada di level 97,29 atau menguat 0,37% melansir data Refintiv. Indeks ini dibentuk dari enam mata uang yakni euro, yen, poundsterling, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss. Indeks ini juga dijadikan tolak ukur kekuatan dolar AS terhadap mata uang lainnya.
Departemen Perdagangan AS melaporkan data penjualan ritel dan penjualan ritel inti (tidak memasukkan sektor otomotif dalam perhitungan) naik masing-masing 0,4% month-on-month (MoM), lebih tinggi dari prediksi di Forex Factory sebesar 0,1%.
Data itu menunjukkan ekonomi AS masih menunjukkan kinerja bagus di akhir kuartal-II 2019, apalagi melihat data tenaga kerja dan inflasi sebelumnya. Hal ini tentunya jadi pertimbangan bagi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) untuk memutuskan apakah akan memangkas atau mempertahankan suku bunga pada 31 Juli (1 Agustus WIB).
Data penjualan ritel yang terkait dengan belanja konsumen merupakan komponen yang berkontribusi sekitar 68% terhadap produk domestik bruto (PDB). Sehingga tingginya penjualan ritel bisa jadi akan positif bagi PDB AS periode April-Juni.
Namun meski serangkaian data AS belakang ini dirilis apik, pelaku pasar masih tetap memprediksi The Fed akan memangkas suku bunganya. Berdasarkan data FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat probabilitas 71,4% bahwa suku bunga akan dipangkas 25 basis poin (bps) dan probabilitas 28,7% dipangkas 50 bps pada 1 Agustus nanti.
Probabilitas tersebut nyaris tidak berubah dibandingkan sebelum data penjualan ritel dirilis, yang berarti pelaku pasar sangat yakin Jerome Powell dkk akan memangkas suku bunganya.
Yang masih jadi pertanyaan, berapa kali bank sentral paling powerful di dunia ini akan menurunkan suku bunga, dua kali atau tiga kali. Semua itu akan terjawab atau setidaknya lebih jelas saat The Fed mengumumkan kebijakan moneter nanti.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Bukan Pamer, Cek Nih Keperkasaan Rupiah Lawan Mata Uang Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular