Keyakinan Ekonomi Jerman Memburuk, Euro Kian Terpuruk

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 July 2019 20:42
Investor dilaporkan semakin pesimistis terhadap ekonomi Jerman akibat perang dagang Amerika Serikat-China
Foto: Mata uang (REUTERS/Cathal McNaughton)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang euro turun tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (16/7/19) akibat memburuknya tingkat keyakinan ekonomi Jerman.

Hal ini menambah tekanan bagi mata uang 19 negara ini setelah sebelumnya terbebani spekulasi sikap dovish European Central Bank (ECB). Pada pukul 20:15 WIB, euro diperdagangkan di kisaran US$ 1,1212 atau melemah 0,41% di pasar spot, melansir data Refinitiv.



Data yang dirilis oleh Institut ZEW menunjukkan indeks keyakinan ekonomi Jerman turun menjadi -24,5 di bulan ini dibandingkan bulan sebelumnya sebesar -21,1. Indeks ini menggunakan angka 0 sebagai ambang batas, di atas 0 berarti optimistis sementara di bawah 0 atau minus berarti pesimistis.



ZEW melaporkan semakin pesimistisnya para investor terhadap ekonomi Jerman akibat perang dagang AS-China yang terus berlarut-larut, mengutip CNBC International.

"Diantara semua negara maju, Jerman merupakan negara yang paling diuntungkan dari munculnya China sebagai raksasa ekonomi dunia, tetapi juga menjadi yang paling rentan akibat jika Tiongkok mengalami pelambatan. Dan ketika ekonomi Jerman ikut melambat, maka zona euro juga akan terpukul" kata Kit Juckes, analis Societe Generale.

Selain semakin pesimistisnya investor terhadap ekonomi Jerman, ECB yang diprediksi semakin dovish juga mulai menghantui euro jelang pengumuman kebijakan moneternya pekan depan.

Jumat (12/7/19) pekan lalu, anggota dewan ECB yang juga Gubernur Bank of Italia, mengatakan dalam beberapa pekan ke depan ECB akan terus melakukan penilaian untuk menyesuaikan instrumen kebijakan moneter yang tersedia, sebagaimana dilaporkan Reuters.

Pelaku pasar kini melihat ECB akan memangkas suku bunga sebesar 10 basis poin menjadi -0,1% di bulan September, dan pengumuman kebijakan moneter 25 Juli nanti bisa jadi akan menegaskan hal tersebut.



Selain itu, nominasi Chirstine Lagarde sebagai Presiden ECB menggantikan Mario Draghi pada 1 November nanti memicu spekulasi akan adanya gelontoran stimulus yang lebih besar lagi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Ekonomi AS Makin Terpuruk, Euro Berbalik Menguat 0,5%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular