Joss! Neraca Dagang Surplus, IHSG Awali Pekan dengan Manis

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 July 2019 16:29
Joss! Neraca Dagang Surplus, IHSG Awali Pekan dengan Manis
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka menguat 0,55% ke level 6.408,31, tak sekalipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyentuh zona merah pada perdagangan pertama di pekan ini. IHSG mengarungi perdagangan awal pekan dengan manis. Per akhir sesi dua, IHSG melejit 0,7% ke level 6.418,23.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong IHSG menguat di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+1,58%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (+2,39%), PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (+6,57%), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (+3,81%), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+1,28%).

Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,2%, indeks Shanghai menguat 0,4%, dan indeks Hang Seng terparesiasi 0,29%.

Sejatinya, rilis data pertumbuhan ekonomi China tak mendukung bagi pelaku pasar saham Asia untuk melakukan aksi beli. Pada pagi hari ini, biro statistik Negeri Panda mengumumkan bahwa pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) China periode kuartal II-2019 berada di level 6,2% secara tahunan (year-on-year/YoY), menandai laju pertumbuhan ekonomi terlemah dalam setidaknya 27 tahun, seperti dilansir dari CNBC International.

Namun, data ekonomi China lainnya bisa dibilang menggembirakan. Pada pagi hari ini juga, produksi industri periode Juni 2019 diumumkan tumbuh sebesar 6,3%, mengalahkan konsensus yang sebesar 5,2%, seperti dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, penjualan barang-barang ritel periode Juni 2019 diumumkan melejit hingga 9,8% YoY, di atas konsensus yang sebesar 8,5%, dilansir dari Trading Economics.

Dari kedua data tersebut, terlihat bahwa tekanan terhadap perekonomian China sudah mengendur pada bulan Juni, walaupun secara keseluruhan untuk kuartal II-2019 terdapat tekanan yang signifikan.

Kedepannya, perekonomian China bisa dipacu untuk melaju lebih kencang lagi. Pasalnya, damai dagang dengan AS terlihat sudah semakin dekat.

Seperti yang diketahui, pasca berbincang sekitar 80 menit di sela-sela gelaran KTT G20 di Jepang pada akhir bulan Juni, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menyetujui gencatan senjata di bidang perdagangan sekaligus membuka kembali pintu negosiasi yang sempat tertutup.

Dilansir dari CNBC International, kedua negara secara terpisah mengumumkan bahwa mereka telah setuju untuk tak saling mengenakan bea masuk baru terhadap produk impor dari masing-masing negara.

Perbincangan mengenai telepon antara delegasi AS dan China kemudian digelar pada pekan lalu dan kemungkinan, negosiasi tatap muka akan segera digelar dalam waktu dekat.

"Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin akan berangkat ke Beijing dalam waktu dekat. Namun saat ini, menurut saya, kami sedang dalam masa tenang dalam bernegosiasi," ungkap Peter Navarro, Penasihat Perdagangan Gedung Putih, seperti dikutip dari Reuters.
Dari dalam negeri, kabar gembira bagi pasar saham tanah air datang dari rilis data perdagangan internasional.

Sekitar sejam menjelang perdagangan sesi satu berakhir, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa ekspor periode Juni 2019 mengalami penurunan sebesar 8,98% secara tahunan (year-on-year/YoY), sedikit lebih dalam ketimbang konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan ekspor terkoreksi sebesar 8,3% YoY. Sementara itu, impor tercatat tumbuh 2,8% YoY, jauh lebih baik ketimbang konsensus yang memperkirakan penurunan sebesar 5,26% YoY.

Dengan begitu, surplus neraca dagang pada bulan Juni tercatat senilai US$ 196 juta. Walaupun neraca dagang berhasil mencetak surplus selama dua bulan beruntun, namun surplus pada bulan Juni berada di bawah ekspektasi yang senilai US$ 516 juta.

Walaupun surplus tercatat lebih rendah dari ekspektasi, pelaku pasar tampak menyusukuri surplus yang bisa dibukukan. Pasalnya dengan surplus yang ada, membuncah harapan bahwa defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) akan menjadi bisa ditekan.

Seiring dengan mebuncahnya optimisme bahwa CAD akan menjadi bisa ditekan, rupiah mencetak apresiasi sebesar 0,6% di pasar spot ke level Rp 13.915/dolar AS. Apresiasi rupiah pada akhirnya membuat minat pelaku pasar untuk melakukan aksi beli di pasar saham tanah air tetap terjaga.

Jika berbicara mengenai rupiah, pos transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi finansial (yang merupakan koponen pembentuk NPI lainnya) yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.

Aksi beli di pasar saham tanah air pada hari ini banyak dilakukan oleh investor asing. Hingga akhir sesi dua, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 312,6 miliar di pasar reguler. Ketika rupiah menguat, investor asing akan terhindar dari yang namanya kerugian kurs sehingga aksi beli menjadi opsi yang sangat mungkin diambil oleh mereka.

Saham-saham yang banyak dikoleksi investor asing pada hari ini di antaranya: PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 131,3 miliar), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 96,7 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 88,8 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 48,5 miliar), dan PT Media Nusantara Citra Tbk/MNCN (Rp 39 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular