
'Kopi Darat' Jokowi-Prabowo Kuatkan Rupiah
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 July 2019 08:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat di perdagangan pasar spot pagi ini. Sentimen domestik yang positif membuat rupiah punya alasan untuk menguat.
Pada Senin (15/7/2019), US$ 1 setara dengan Rp 13.995 kala pembukaan pasar. Rupiah menguat 0,03% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Seiring perjalanan pasar, rupiah semakin kuat. Pada pukul 08:23 WIB, US$ 1 dihargai 13.965 di mana rupiah menguat 0,24%.
Rupiah boleh berbangga karena mayoritas mata uang Asia melemah di hadapan dolar AS. Salah satunya adalah karena ekspektasi perlambatan ekonomi di China yang sepertinya sudah tidak bisa dihindari lagi.
Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan pertumbuhan ekonomi Negeri Panda pada kuartal II-2019 sebesar 6,2% year-on-year (YoY). Jika kejadian, maka akan menjadi laju pertumbuhan ekonomi paling lambat setidaknya sejak 1992.
China adalah ekonomi terbesar di Asia. Jika kepala sang naga sudah mulai masuk ke air, maka badan dan ekornya tentu akan ikut terseret. Perlambatan ekonomi China pasti akan berdampak ke negara-negara lain di Asia, termasuk Indonesia.
Itu sebabnya arus modal agak menghindari pasar keuangan Benua Kuning. Risiko perlambatan ekonomi menjadi faktor yang membuat pelaku pasar menjauh.
Akibatnya, hanya sebagian kecil mata uang Asia yang masih bisa menguat terhadap dolar AS. Namun penguatan 0,24% membuat rupiah istimewa. Rupiah kini menjadi mata uang terbaik di Asia. Dalam hal menguat di hadapan greenback, rupiah adalah juaranya.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:28 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Pada Senin (15/7/2019), US$ 1 setara dengan Rp 13.995 kala pembukaan pasar. Rupiah menguat 0,03% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Seiring perjalanan pasar, rupiah semakin kuat. Pada pukul 08:23 WIB, US$ 1 dihargai 13.965 di mana rupiah menguat 0,24%.
Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan pertumbuhan ekonomi Negeri Panda pada kuartal II-2019 sebesar 6,2% year-on-year (YoY). Jika kejadian, maka akan menjadi laju pertumbuhan ekonomi paling lambat setidaknya sejak 1992.
China adalah ekonomi terbesar di Asia. Jika kepala sang naga sudah mulai masuk ke air, maka badan dan ekornya tentu akan ikut terseret. Perlambatan ekonomi China pasti akan berdampak ke negara-negara lain di Asia, termasuk Indonesia.
Itu sebabnya arus modal agak menghindari pasar keuangan Benua Kuning. Risiko perlambatan ekonomi menjadi faktor yang membuat pelaku pasar menjauh.
Akibatnya, hanya sebagian kecil mata uang Asia yang masih bisa menguat terhadap dolar AS. Namun penguatan 0,24% membuat rupiah istimewa. Rupiah kini menjadi mata uang terbaik di Asia. Dalam hal menguat di hadapan greenback, rupiah adalah juaranya.
Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 08:28 WIB:
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Next Page
Faktor Domestik Mendominasi
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular