
Biar NPL Tak Meningkat, Ini Resep dari Pefindo Biro Kredit
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
11 July 2019 21:14

Jakarta, CNBC Indonesia- Pefindo Biro Kredit memberikan resep agar rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) tidak meningkat di tengah kemudahan pemberian kredit melalui financial technology.
Direktur Utama Pefindo Biro Kredit Yohannes Arts Abimanyu mengatakan seiring tren kemudahan kredit, sebenarnya ada risikonya yang meningkat. Untuk itu, tuturnya, harus menggunakan analisa kredit yang akurat dan tepat, sehingga sesuai dengan profil risiko setiap calon debitur.
"Untuk kami menggunakan kredit skoring untuk analisa awal para klien sebelum memberikan kredit dan bisa diberikan dengan cepat," kata Yohannes di sela Asia Credit Reporting Forum, Kamis (11/07/2019).
Untuk pinjaman digital atau digital lending maka analisanya pun harus digital, salah satunya yakni kredit skoring. Apalagi saat ini biro kredit juga bisa memanfaatkan data sekunder, seperti data telekomunikasi, utilitas, dan media soisal.
"Teman-teman di perbankan harus memantau profil risiko masing-masing debitur," tegasnya.
Dia menilai saat ini secara volume, sektor consumer masih mendominasi, namun secara risiko NPL korporasi masih jauh lebih tinggi.
Yohannes menyebutkan beberapa faktor yang dilihat dari kredit skoring adalah kebiasaan pembayaran secara historikal, kemudian jumlah fasilitas pinjaman sebelumnya, kemudian apakah ada pembayaran yang macet.
"Nanti dilihat mereka terlambat tidak membayar tagihan, jangankan nunggak, terlambat aja bisa membuat risikonya naik. Semakin banyak jumlahnya akan ngaruh ke skor-nya," jelas Yohannes.
(dob/dob) Next Article Pefindo Biro Kredit Agresif Kembangkan Produk Skoring
Direktur Utama Pefindo Biro Kredit Yohannes Arts Abimanyu mengatakan seiring tren kemudahan kredit, sebenarnya ada risikonya yang meningkat. Untuk itu, tuturnya, harus menggunakan analisa kredit yang akurat dan tepat, sehingga sesuai dengan profil risiko setiap calon debitur.
"Untuk kami menggunakan kredit skoring untuk analisa awal para klien sebelum memberikan kredit dan bisa diberikan dengan cepat," kata Yohannes di sela Asia Credit Reporting Forum, Kamis (11/07/2019).
"Teman-teman di perbankan harus memantau profil risiko masing-masing debitur," tegasnya.
Dia menilai saat ini secara volume, sektor consumer masih mendominasi, namun secara risiko NPL korporasi masih jauh lebih tinggi.
Yohannes menyebutkan beberapa faktor yang dilihat dari kredit skoring adalah kebiasaan pembayaran secara historikal, kemudian jumlah fasilitas pinjaman sebelumnya, kemudian apakah ada pembayaran yang macet.
"Nanti dilihat mereka terlambat tidak membayar tagihan, jangankan nunggak, terlambat aja bisa membuat risikonya naik. Semakin banyak jumlahnya akan ngaruh ke skor-nya," jelas Yohannes.
(dob/dob) Next Article Pefindo Biro Kredit Agresif Kembangkan Produk Skoring
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular