
Ada Virus Corona, Seperti Apa Penyaluran Kredit Bank di 2020?
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
04 March 2020 14:08

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pefindo Biro Kredit optimistis pertumbuhan kredit perbankan pada 2020 tumbuh 10%, meskipun ada tantangan seperti perlambatan ekonomi global yang terdampak penyebaran virus korona (Covid-19) di Indonesia.
Direktur Utama Pefindo Biro Kredit, Yohanes Arts Abimanyu menyatakan, target tersebut mengacu pada proyeksi pertumbuhan kredit dari beberapa lembaga seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI), INDEF, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
OJK pada awal tahun ini memperkirakan pertumbuhan kredit 10-12%, sedangkan BI memproyeksikan 10-12% pada awal Desember 2019 kemudian dipangkas menjadi 9-11% saja per Februari 2020. Sementara itu, INDEF memproyeksikan kredit perbankan tumbuh kurang dari 10% dan Bank Mandiri 8-10%.
"Kami masih belum merevisi [target pertumbuhan kredit], kami masih optimistis di double digit karena masih ada peluang bisnis bagi industri jasa keuangan," kata Yohanes, dalam pertemuan dengan awak media di Jakarta, Rabu (4/3/2/2020).
Yohanes melanjutkan, dari sisi risk grade debitur juga terjadi perubahan ke arah yang lebih baik. Jika pada tahun 2018 risk grade debitur yang sebelumnya berada di kategori high risk dan very high mencapai 42,9%, maka pada tahun lalu menurun menjadi 41,2%. Sedangkan, dari risk grade yang dapat diterima secara risiko alias baik-baik saja, justru meningkat dari 57% menjadi 58% pada 2019.
"Perilaku masyarakat dalam membayar makin baik, makin disiplin, ini yang kita lihat kenapa PBK masih optismistis pertumbuhan kredit di 2020 bisa di level 10%," katanya.
Meski demikian, anak usaha PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) ini menerangkan ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi, di antaranya, potensi konsumsi yang melemah, dampak dari investasi asing yang rendah, neraca perdagangan yang mengalami defisit, perlambatan ekonomi global dan penyebaran virus korona.
"Kami sangat menyarankan dan mendoorng lembaga jasa keuangan selalu memitigasi risiko kredit," tuturnya.
Adapun, terkait dampak dari korona di Indonesia, Pefindo masih mellihat perkembangannya ke depan dan belum dapat menyimpulkan secara dini seperti apa dampaknya ke industri perkreditan.
"Corona di Indonesia baru diidentifikasi pemerintah, kita belum melihat dampak ke depan akan seperti apa terhadap industri perkreiditan. Masih terlalu dini kalau menyampakan dampak ke lembaga jasa keuangan," terangnya.
(hps/hps) Next Article Kata Bankir Soal Jokowi Minta Bank Salurkan Kredit ke Desa
Direktur Utama Pefindo Biro Kredit, Yohanes Arts Abimanyu menyatakan, target tersebut mengacu pada proyeksi pertumbuhan kredit dari beberapa lembaga seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia (BI), INDEF, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
OJK pada awal tahun ini memperkirakan pertumbuhan kredit 10-12%, sedangkan BI memproyeksikan 10-12% pada awal Desember 2019 kemudian dipangkas menjadi 9-11% saja per Februari 2020. Sementara itu, INDEF memproyeksikan kredit perbankan tumbuh kurang dari 10% dan Bank Mandiri 8-10%.
Yohanes melanjutkan, dari sisi risk grade debitur juga terjadi perubahan ke arah yang lebih baik. Jika pada tahun 2018 risk grade debitur yang sebelumnya berada di kategori high risk dan very high mencapai 42,9%, maka pada tahun lalu menurun menjadi 41,2%. Sedangkan, dari risk grade yang dapat diterima secara risiko alias baik-baik saja, justru meningkat dari 57% menjadi 58% pada 2019.
"Perilaku masyarakat dalam membayar makin baik, makin disiplin, ini yang kita lihat kenapa PBK masih optismistis pertumbuhan kredit di 2020 bisa di level 10%," katanya.
Meski demikian, anak usaha PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) ini menerangkan ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi, di antaranya, potensi konsumsi yang melemah, dampak dari investasi asing yang rendah, neraca perdagangan yang mengalami defisit, perlambatan ekonomi global dan penyebaran virus korona.
"Kami sangat menyarankan dan mendoorng lembaga jasa keuangan selalu memitigasi risiko kredit," tuturnya.
Adapun, terkait dampak dari korona di Indonesia, Pefindo masih mellihat perkembangannya ke depan dan belum dapat menyimpulkan secara dini seperti apa dampaknya ke industri perkreditan.
"Corona di Indonesia baru diidentifikasi pemerintah, kita belum melihat dampak ke depan akan seperti apa terhadap industri perkreiditan. Masih terlalu dini kalau menyampakan dampak ke lembaga jasa keuangan," terangnya.
(hps/hps) Next Article Kata Bankir Soal Jokowi Minta Bank Salurkan Kredit ke Desa
Most Popular