
The Fed Dovish, Dolar AS Tertekan Dilepas Trader Global
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 July 2019 21:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Kejayaan dolar Amerika Serikat (AS) akhirnya runtuh juga pada perdagangan Rabu (10/7/19) setelah pimpinan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell bersikap dovish.
Pada pukul 20:45 WIB, indeks dolar melemah 0,37% ke level 97,12, melansir data Refinitiv. Indeks dolar dibentuk dari enam mata uang utama yakni euro, yen, poundsterling, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss. Indeks ini juga sering dijadikan tolak ukur kekuatan Mata Uang Paman Sam.
Dalam paparan yang akan diungkapkan di hadapan Komite Perbankan Senat AS, Powell menyatakan ketidakpastian perdagangan internasional, dan kekhawatiran akan prospek perekonomian global terus memberikan tekanan bagi ekonomi AS.
Powell juga mengatakan The Fed siap untuk akan "bertindak sesuai kebutuhan" untuk mempertahankan ekspansi pertumbuhan ekonomi AS.
Akibat pernyataan tersebut pelaku pasar semakin yakin bank sentral paling powerful di dunia ini akan memangkas suku bunganya pada 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia). Bahkan berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, para pelaku pasar kini kembali memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak tiga kali di tahun ini.
Data dari FedWatch menunjukkan adanya probabilitas sebesar 38,4% suku bunga The Fed berada di level 1,5%-1,75% di bulan Desember. Probabilitas tersebut menjadi yang terbesar dibandingkan yang lainnya, yang berarti pelaku pasar melihat akan ada tiga kali pemangkasan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin.
Akibatnya dolar AS yang berjaya dalam tiga hari berturut-turut akhirnya lengser lagi. The Greenback sebelumnya mendapat momentum penguatan pasca rilis data tenaga kerja AS yang cukup bagus Jumat (5/7/19) lalu.
Usai data tersebut dirilis, pelaku pasar memprediksi The Fed tidak akan agresif memangkas suku bunga, tetapi kini setelah Powell kembali menunjukkan sikap dovish, spekulasi pemangkasan secara agresif kembali muncul, dan dolar kembali mendapat tekanan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Bukan Pamer, Cek Nih Keperkasaan Rupiah Lawan Mata Uang Dunia
Pada pukul 20:45 WIB, indeks dolar melemah 0,37% ke level 97,12, melansir data Refinitiv. Indeks dolar dibentuk dari enam mata uang utama yakni euro, yen, poundsterling, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss. Indeks ini juga sering dijadikan tolak ukur kekuatan Mata Uang Paman Sam.
Dalam paparan yang akan diungkapkan di hadapan Komite Perbankan Senat AS, Powell menyatakan ketidakpastian perdagangan internasional, dan kekhawatiran akan prospek perekonomian global terus memberikan tekanan bagi ekonomi AS.
Powell juga mengatakan The Fed siap untuk akan "bertindak sesuai kebutuhan" untuk mempertahankan ekspansi pertumbuhan ekonomi AS.
Akibat pernyataan tersebut pelaku pasar semakin yakin bank sentral paling powerful di dunia ini akan memangkas suku bunganya pada 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia). Bahkan berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, para pelaku pasar kini kembali memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak tiga kali di tahun ini.
![]() Sumber: CME Group |
Data dari FedWatch menunjukkan adanya probabilitas sebesar 38,4% suku bunga The Fed berada di level 1,5%-1,75% di bulan Desember. Probabilitas tersebut menjadi yang terbesar dibandingkan yang lainnya, yang berarti pelaku pasar melihat akan ada tiga kali pemangkasan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin.
Akibatnya dolar AS yang berjaya dalam tiga hari berturut-turut akhirnya lengser lagi. The Greenback sebelumnya mendapat momentum penguatan pasca rilis data tenaga kerja AS yang cukup bagus Jumat (5/7/19) lalu.
Usai data tersebut dirilis, pelaku pasar memprediksi The Fed tidak akan agresif memangkas suku bunga, tetapi kini setelah Powell kembali menunjukkan sikap dovish, spekulasi pemangkasan secara agresif kembali muncul, dan dolar kembali mendapat tekanan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Bukan Pamer, Cek Nih Keperkasaan Rupiah Lawan Mata Uang Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular