Ulasan Semester I

Arah Kebijakan The Fed Berubah, Dolar Lengser Keprabon!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 July 2019 15:19
Ekonomi AS Tidak Buruk, Cuma Melambat
Foto: Pertemuan G-20 Trump-Xi (REUTERS/Kevin Lamarque)
Pertumbuhan ekonomi AS yang dilihat dari produk domestik bruto (PDB) sebenarnya tidak buruk, di kuartal-I 2019 bahkan tumbuh 3,1% jauh lebih tinggi dari kuartal-IV 2018 sebesar 2,2%.

Namun, tingginya PDB tersebut dikarenakan adanya penumpukan inventory. Tulang punggung perekonomian AS, yakni belanja konsumen malah menunjukkan pelambatan.



Dari total PDB AS, sektor belanja konsumen berkontribusi sekitar 68%. Melambatnya sektor ini tentunya memunculkan keraguan akan kekuatan ekonomi AS di kuartal-kuartal selanjutnya.

Adapun yang menjadi sorotan utama dari ekonomi AS adalah inflasi yang rendah.

Data terakhir menunjukkan inflasi dan inflasi inti (tidak memasukkan sektor energi dan makanan dalam perhitungan) hanya tumbuh 0,1% di bulan Mei month-on-month.

Sementara inflasi yang dilihat dari pengeluaran konsumsi pribadi (Personal Capital Expenditure/PCE) tumbuh 0,2%.

Secara year-on-year inflasi inti PCE tumbuh 1,6%, sementara inflasi PCE naik 1,5%. Inflasi PCE ini dikabarkan menjadi acuan The Fed dalam menerapkan kebijakan moneter. Sama dengan bank sentral negara maju lainnya, The Fed menargetkan inflasi sebesar 2% year-on-year.



Selain inflasi, pasar tenaga kerja juga menjadi salah satu indikator dalam memutuskan kebijakan moneter. Pasar tenaga kerja AS masih cukup kuat yang terlihat dari data terbaru.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll) sebanyak 224.000 orang, jauh di atas bulan Mei sebanyak 75.000 orang.

Tingkat pengangguran meski naik menjadi 3,7% dari sebelumnya 3,6% tetapi masih dekat level terendah 50 tahun. Pada periode yang sama, rata-rata gaji per jam naik 0,2% month-on-month dan 3,1% year-on-year.

Indikator-indikator ekonomi AS tidaklah buruk, namun pelambatan tetap menghantui. Hal ini diakibatkan oleh perang dagang AS-China yang terus berlanjut.

Meski kedua negara sepakat untuk “gencatan sejata” tidak lagi saling menaikkan bea impor, tetapi kenaikan tarif sebelumnya tetap berlaku, arus perdagangan global masih tertahan, dan ekonomi masih terancam.

Hampir semua pihak menyalahkan perang dagang sebagai biang keladi pelambatan ekonomi global, dan hal ini menjadi pertimbangan bank sentral utama dunia memutuskan atau merencanakan untuk memangkas suku bunga acuan atau menggelontorkan stimulus moneter lainnya.


Reserve Bank of Australia sudah memangkas suku bunga sebanyak dua kali masing-masing 25 basis poin, European Central Bank dan Bank of Japan juga sudah mengambil ancang-ancang untuk menggelontorkan stimulus. “The Fed pasti akan memangkas suku bunga”, setidaknya itu yang dilihat oleh pelaku pasar.


LANJUT KE HALAMAN 3>>
(pap/tas)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular