
Analisis Teknikal IHSG
Ditutup Koreksi Tipis, IHSG Bisa Balas Dendam Senin Depan!
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
05 July 2019 18:19

Jakarta,CNBC Indonesia - Seakan bingung tentukan arah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya ditutup pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat (5/7/2019), pada level yang sama dengan level pembukaan pada level 6.373 atau melemah 0,04% dari hari sebelumnya.
Memulai perdagangan di zona merah, IHSG cenderung bergerak menyamping dengan level tertingginya yakni 6.386 yang dicapai pada pukul 9:06 WIB. Adapun level terendahnya pada 6.362 tercapai pada sesi II pukul 15:47 WIB.
Nilai transaksi hari ini mencapai 18,3 miliar saham senilai Rp 7,79 triliun. Investor domestik menguasai jalannya perdagangan dengan mencatatkan transaksi Rp 6,12 triliun dengan beli bersih Rp 150 miliar. Di sisi lain, investor asing mencatatkan jual bersih (net sell) mencapai Rp 168,5 miliar.
Euforia di pasar uang tertuju pada pasar Surat Berharga Negara (SBN) di mana pasar obligasi diprediksi masih dapat menguat hingga akhir tahun. Potensi penurunan suku bunga dapat membuat tingkat imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) seri acuan 10 tahun bisa turun lagi hingga rentang 6,9-7,2%.
Direktur PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) atau Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Wahyu Trenggono mengatakan potensi penguatan harga SUN dan penurunan yield masih terbuka lebar.
"Semester II-2019, harga obligasi masih bisa menguat lagi dengan adanya potensi penurunan suku bunga global dari saat ini sekitar 7,18%-7,2% hingga mencapai 6,9%-7,2%," ujarnya di CNBC Indonesia hari ini (5/7/19).
Penurunan yield obligasi menandakan bahwa harga obligasi sedang mengalami kenaikan karena maraknya aksi beli. Yield lebih umum dijadikan sebagai acuan hasil investasi karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Adapun dana asing yang masuk pasar keuangan dalam negeri sudah mencapai Rp 171,1 triliun. Hal tersebut diungkapkan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo saat ditemui di Kompleks BI, Jumat (5/7/2019).
"Inflow Rp 171,1 triliun, terdiri dari Rp 98,5 triliun ke pasar Surat Berharga Negara [SBN] dan Rp 71,5 triliun ke saham. Ini terus masuk investasi ke Indonesia karena kepercayaan pasar ke Indonesia," tutur Perry.
Tingginya inflow ini membuat cadangan devisa juga meningkat. Adapun pada Juni 2019, cadangan devisa sudah mencapai US$ 123,4 miliar.
Bagaimana IHSG secara teknikal?
Meski bergerak fluktuatif, IHSG masih mampu mempertahankan level tertingginya dalam satu setengah bulan terakhir. Hal ini terlihat dari posisinya yang masih bergerak di atas rata-rata nilainya dalam 5 hari terakhir (moving average/MA5).
Pola lilin doji yang terbentuk hari ini menggambarkan IHSG sebenarnya tidak kemana-mana. Potensi IHSG menguat masih terbuka, mengingat IHSG belum menyentuh level jenuh belinya (overbought), berdasarkan indikator teknikal Relative Strength Index (RSI).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/tas) Next Article Meski Tekanan Jual Masih Tinggi, Siap-siap IHSG Reli Lagi
Memulai perdagangan di zona merah, IHSG cenderung bergerak menyamping dengan level tertingginya yakni 6.386 yang dicapai pada pukul 9:06 WIB. Adapun level terendahnya pada 6.362 tercapai pada sesi II pukul 15:47 WIB.
Nilai transaksi hari ini mencapai 18,3 miliar saham senilai Rp 7,79 triliun. Investor domestik menguasai jalannya perdagangan dengan mencatatkan transaksi Rp 6,12 triliun dengan beli bersih Rp 150 miliar. Di sisi lain, investor asing mencatatkan jual bersih (net sell) mencapai Rp 168,5 miliar.
Euforia di pasar uang tertuju pada pasar Surat Berharga Negara (SBN) di mana pasar obligasi diprediksi masih dapat menguat hingga akhir tahun. Potensi penurunan suku bunga dapat membuat tingkat imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) seri acuan 10 tahun bisa turun lagi hingga rentang 6,9-7,2%.
Direktur PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) atau Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Wahyu Trenggono mengatakan potensi penguatan harga SUN dan penurunan yield masih terbuka lebar.
"Semester II-2019, harga obligasi masih bisa menguat lagi dengan adanya potensi penurunan suku bunga global dari saat ini sekitar 7,18%-7,2% hingga mencapai 6,9%-7,2%," ujarnya di CNBC Indonesia hari ini (5/7/19).
Penurunan yield obligasi menandakan bahwa harga obligasi sedang mengalami kenaikan karena maraknya aksi beli. Yield lebih umum dijadikan sebagai acuan hasil investasi karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Adapun dana asing yang masuk pasar keuangan dalam negeri sudah mencapai Rp 171,1 triliun. Hal tersebut diungkapkan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo saat ditemui di Kompleks BI, Jumat (5/7/2019).
"Inflow Rp 171,1 triliun, terdiri dari Rp 98,5 triliun ke pasar Surat Berharga Negara [SBN] dan Rp 71,5 triliun ke saham. Ini terus masuk investasi ke Indonesia karena kepercayaan pasar ke Indonesia," tutur Perry.
Tingginya inflow ini membuat cadangan devisa juga meningkat. Adapun pada Juni 2019, cadangan devisa sudah mencapai US$ 123,4 miliar.
Bagaimana IHSG secara teknikal?
Meski bergerak fluktuatif, IHSG masih mampu mempertahankan level tertingginya dalam satu setengah bulan terakhir. Hal ini terlihat dari posisinya yang masih bergerak di atas rata-rata nilainya dalam 5 hari terakhir (moving average/MA5).
![]() |
Pola lilin doji yang terbentuk hari ini menggambarkan IHSG sebenarnya tidak kemana-mana. Potensi IHSG menguat masih terbuka, mengingat IHSG belum menyentuh level jenuh belinya (overbought), berdasarkan indikator teknikal Relative Strength Index (RSI).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/tas) Next Article Meski Tekanan Jual Masih Tinggi, Siap-siap IHSG Reli Lagi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular