Cadangan Devisa Kian Gemuk, IHSG Malah Singset

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
05 July 2019 12:58
Cadangan Devisa Kian Gemuk, IHSG Malah Singset
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah dibuka melemah 0,04% ke level 6.373,32, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menghabiskan mayoritas waktunya pada perdagangan Jumat ini (5/7/2019) di zona merah.

Per akhir sesi satu, IHSG melemah 0,17% ke level 6.364,95.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong IHSG menguat di antaranya: PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (+9,41%), PT Bank Mega Tbk/MEGA (+3,39%), PT United Tractors Tbk/UNTR (+1,17%), PT Indo Tambangraya Megah Tbk/ITMG (+3,63%), dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk/JPFA (+3,99%).

Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang sedang ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,07%, indeks Hang Seng naik 0,08%, dan indeks Kospi naik 0,03%.


Sentimen positif baru bursa saham regional datang dari aura damai dagang AS-China yang kian terasa. Seperti yang diketahui, setelah berbincang sekitar 80 menit di sela-sela gelaran KTT G20 di Jepang pada akhir pekan kemarin, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menyetujui gencatan senjata di bidang perdagangan sekaligus membuka kembali pintu negosiasi yang sempat tertutup.

Dilansir dari CNBC International, kedua negara secara terpisah mengumumkan bahwa mereka telah setuju untuk tak saling mengenakan bea masuk baru terhadap produk impor dari masing-masing negara.


Media milik pemerintah China Xinhua menyebut bahwa kedua pimpinan negara setuju "untuk memulai kembali negosiasi dagang antar kedua negara dengan dasar kesetaraan dan rasa hormat."

Perkembangan terbaru, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow menyebut bahwa perwakilan kedua negara sedang mengorganisir rencana untuk menggelar dialog antar delegasi AS dan China pada pekan depan.

"Dialog (dengan China) akan berlanjut pada pekan depan," kata Kudlow, dilansir dari Reuters.

Seorang pejabat dari Kantor Perwakilan Dagang AS kemudian menyebut bahwa dialog yang sedang diorganisir adalah dialog yang melibatkan pejabat tingkat tinggi dari kedua negara, yang rencananya akan dilakukan melalui sambungan telepon.

Cadangan Devisa Tambah Gemuk, IHSG Malah MelemahFoto: Wakil Perdana Menteri China Liu He berjabat tangan dengan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin di luar kantor Perwakilan Dagang AS di Washington, AS, (9/5/2019). (REUTERS / James Lawler Duggan)

Sebagai informasi, pejabat tingkat tinggi dalam hal perdagangan dari sisi AS adalah Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin. Dari pihak China, pejabat tingkat tinggi yang dimaksud adalah Wakil Perdana Menteri Liu He.

Diketahui, para pejabat tingkat tinggi tersebut sudah mulai berbicara mengenai sambungan telepon sejak akhir pekan kemarin, kala AS dan China setuju untuk menyambung negosiasi dagang yang sempat mandek.

Kudlow bahkan kini berani menyebut bahwa akan ada pertemuan tatap muka dengan delegasi China dalam waktu dekat, walaupun dirinya belum bisa memberikan informasi yang lebih detil.

"Saya tak tahu tepatnya kapan. Mereka (delegasi kedua negara) berbicara melalui sambungan telepon. Mereka akan berbicara lagi pada pekan depan melalui sambungan telepon dan mereka akan merencanakan pertemuan tatap muka," kata Kudlow.

LANJUT KE HALAMAN 2>>

Pelemahan rupiah membuat IHSG tak bisa mengikuti jejak mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang berhasil melaju di zona hijau. Hingga siang hari, rupiah melemah 0,06% di pasar spot ke level Rp 14.143/dolar AS.

Hawa bermain aman memang terasa di pasar keuangan dunia saat ini. Hal ini terlihat dari pergerakan imbal hasil (yield) obligasi negara-negara besar di kawasan Eropa.


Kini, yield obligasi pemerintah Jerman tenor 10 tahun berada di level -0,398% yang merupakan level terendah sepanjang masa.

Sementara itu, yield obligasi pemerintah Prancis tenor 10 tahun berada di level -0,127%, juga level terendah sepanjang masa. Sementara itu, yield obligasi pemerintah Belgia tenor 10 tahun berada di level –0,056%, level terendah yang pernah dicatatkan sepanjang sejarah.

Sekedar mengingatkan, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.

Di pasar obligasi, indikator yang diperhatikan pelaku pasar dalam melakukan pengambilan keputusan adalah yield dan bukan kupon karena yield sudah memperhitungkan harga beli dari obligasi tersebut.

Kala yield berada di bawah nol (negatif), pelaku pasar yang membeli di tingkat yield tersebut sebenarnya dipastikan akan mengalami kerugian dalam investasinya lantaran pendapatan dari kupon tak akan bisa menutupi besarnya investasi yang dikeluarkan untuk membeli obligasi tersebut.

Cadangan Devisa Tambah Gemuk, IHSG Malah MelemahFoto: Bank Sentral Eropa (REUTERS/Kai Pfaffenbach)


Memang, penurunan yield dipicu juga oleh ekspektasi bahwa European Central Bank (ECB) yang merupakan bank sentral dari negara-negara pengdopsi mata uang euro akan bersikap lebih dovish ke depannya guna melawan lemahnya pertumbuhan ekonomi dan inflasi.

Sejauh ini, tiga bank sentral besar di dunia yang pada mulanya bersikap hawkish justru kini sudah menunjukkan sikap dovish. Ketiga bank sentral tersebut adalah: The Federal Reserve (bank sentral AS), Bank of England (bank sentral Inggris), dan ECB.

Kala kebijakan yang lebih dovish seperti pemangkasan tingkat suku bunga acuan serta perpanjangan/peningkatan quantitative easing ditempuh, yield memang seharunya bergerak ke bawah.

Namun, kalau yield sudah mencapai rekor terendah sepanjang masa seperti yang kita lihat saat ini, pelaku pasar patut khawatir. Pasalnya, jelas terlihat bahwa pelaku pasar keuangan dunia sedang mencoba bermain aman dengan mengalihkan dananya ke instrumen yang aman (safe haven), sekalipun yield sudah berada di bawah nol.

Laju perekonomian dunia yang begitu lemah membuat pelaku pasar mencari perlindungan sembari melepas instrumen berisiko seperti saham, beserta juga mata uang negara-negara berkembang seperti rupiah.

Di Jerman, Manufacturing PMI sudah dalam 5 bulan terakhir berada di bawah 50. Untuk diketahui, angka di bawah 50 menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur mengalami kontraksi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Perlu diketahui juga, Jerman merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar di kawasan Eropa sehingga lesunya aktivitas manufaktur di sana akan berdampak negatif bagi negara-negara lain di seluruh dunia.


Kemudian di AS yang merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia, Manufacturing PMI periode Juni 2019 diumumkan di level 51,7 oleh Institute for Supply Management (ISM), menandai ekspansi sektor manufaktur terlemah yang pernah dicatatkan AS sejak September 2016 silam.

Padahal, ada kabar baik bagi rupiah yakni cadangan devisa Indonesia yang bertambah gemuk. Pada hari ini, Bank Indonesia (BI) mengumumkan bahwa cadangan devisa Indonesia per akhir Juni 2019 berada di level US$ 123,82 miliar atau melonjak sebesar US$ 3,5 miliar dari bulan sebelumnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular