
Terus Rekor! Asing Pegang SUN Rp 989 T, Berapa Lama Bertahan?
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
04 July 2019 11:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah berlanjut menguat hari ini, Kamis (4/7/2019), melanjutkan reli yang relatif berlanjut sejak 31 Mei karena dorongan dari pasar Eropa.
Salah satu penyebab utama penguatan harga yang hampir beruntun sejak 31 Mei tersebut adalah masuknya arus modal investor asing yang turut membuat angka kepemilikan foreign di pasar surat berharga negara (SBN) rupiah hampir menyentuh angka psikologis 40%.
Rabu kemarin, hampir seluruh pasar obligasi negara Eropa mengalami penguatan setelah nama Managing Director Dana Moneter International (IMF) Christine Madeleine Odette Lagarde terpilih menjadi Presiden Bank Sentral Eropa (ECB).
Terpilihnya pengacara dan politisi asal Perancis itu menguatkan sentimen pelonggaran moneter di Benua Biru ke depannya.
Hari ini, kenaikan harga surat utang negara (SUN) seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain di dunia.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat inverstor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan penurunan yield 7,1 basis poin (bps) menjadi 7,8%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan yang paling diperhatikan pasar yaitu tenor 10 tahun saat ini sudah berada di bawah level psikologis 7,3%, tepatnya 7,23%.
Tenor tersebut lumrah dibandingkan selisihnya dengan obligasi negara lain, khususnya US Treasury milik AS.
Sumber: Refinitiv
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 528 bps, menyempit dari posisi kemarin 535 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik hingga 1,953% dari posisi kemarin 1,952%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 989,92 triliun SBN, atau 39,11% dari total beredar Rp 2.531 triliun berdasarkan data per 1 Juli.
Meskipun masih cukup jauh dari rekor persentase tertinggi sepanjang masa 41%, tetapi angka kepemilikan sekarang sudah cukup tinggi mengingat hampir mencapai level psikologis 40%.
Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 96,67 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Porsi asing itu juga kembali menembus rekor nominal SUN yang dimiliki investor asing, setelah sebelumnya hampir setiap hari arus dana asing masih tetap masuk ke pasar obligasi rupiah domestik.
Ramdhan Ario Maruto, Associate Director Fixed Income PT Anugerah Sekuritas Indonesia, secara khusus mengkritisi porsi asing yang sudah hampir menyentuh 40% di pasar SBN, yang menunjukkan arus modal asing masuk ke pasar obligasi rupiah dengan berbarengan dengan penguatan harga.
Menurut Ramdhan, investor lokal seharusnya diberi insentif pajak untuk investasi di pasar obligasi sehingga pendalaman pasar khususnya untuk mencari investor baru benar-benar terealisasi dan mencegah fluktuasi pasar ketika sentimen global sedang buruk dan mengkhawatirkan investor asing.
Selain itu, nilai penerbitan obligasi pemerintah yang relatif naik setiap tahun pun tidak dibarengi dengan kenaikan PDB Indonesia, sehingga rasio utang terhadap PDB berpotensi naik setiap tahunnya.
"Kalau PDB tidak tumbuh sedangkan SUN baru terus terbit, maka rendahnya rasio utang terhadap PDB yang sekarang dibanggakan pemerintah perlu diperhatikan lagi."
Dia juga menyarankan adanya insentif bagi investor domestik seperti pajak bunga obligasi sehingga pendalaman pasar dalam negeri terus berkesinambungan dan mampu menahan fluktuasi investor asing yang sangat rentan terhadap sentimen global seperti sekarang.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di Brasil, India, Malaysia, Rusia, Singapura, dan Afsel.
Di negara maju, penguatan terjadi di pasar bund Jerman dan pasar OAT Perancis. Kemarin, hampir seluruh pasar obligasi negara, terutama di wilayah Eropa, menguat setelah pengumuman terpilihnya Lagarde sebagai presiden ECB.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Salah satu penyebab utama penguatan harga yang hampir beruntun sejak 31 Mei tersebut adalah masuknya arus modal investor asing yang turut membuat angka kepemilikan foreign di pasar surat berharga negara (SBN) rupiah hampir menyentuh angka psikologis 40%.
Rabu kemarin, hampir seluruh pasar obligasi negara Eropa mengalami penguatan setelah nama Managing Director Dana Moneter International (IMF) Christine Madeleine Odette Lagarde terpilih menjadi Presiden Bank Sentral Eropa (ECB).
Hari ini, kenaikan harga surat utang negara (SUN) seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain di dunia.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat inverstor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan penurunan yield 7,1 basis poin (bps) menjadi 7,8%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan yang paling diperhatikan pasar yaitu tenor 10 tahun saat ini sudah berada di bawah level psikologis 7,3%, tepatnya 7,23%.
Tenor tersebut lumrah dibandingkan selisihnya dengan obligasi negara lain, khususnya US Treasury milik AS.
ield Obligasi Negara Acuan 4 Jul'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 3 Jul'19 (%) | Yield 4 Jul'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 3 Jul'19 |
FR0077 | 5 tahun | 6.794 | 6.794 | 0.00 | 6.7853 |
FR0078 | 10 tahun | 7.302 | 7.238 | -6.40 | 7.3351 |
FR0068 | 15 tahun | 7.646 | 7.602 | -4.40 | 7.6025 |
FR0079 | 20 tahun | 7.873 | 7.802 | -7.10 | 7.8901 |
Avg movement | -4.47 |
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 528 bps, menyempit dari posisi kemarin 535 bps.
Yield US Treasury 10 tahun naik hingga 1,953% dari posisi kemarin 1,952%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 989,92 triliun SBN, atau 39,11% dari total beredar Rp 2.531 triliun berdasarkan data per 1 Juli.
Meskipun masih cukup jauh dari rekor persentase tertinggi sepanjang masa 41%, tetapi angka kepemilikan sekarang sudah cukup tinggi mengingat hampir mencapai level psikologis 40%.
Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 96,67 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Porsi asing itu juga kembali menembus rekor nominal SUN yang dimiliki investor asing, setelah sebelumnya hampir setiap hari arus dana asing masih tetap masuk ke pasar obligasi rupiah domestik.
Ramdhan Ario Maruto, Associate Director Fixed Income PT Anugerah Sekuritas Indonesia, secara khusus mengkritisi porsi asing yang sudah hampir menyentuh 40% di pasar SBN, yang menunjukkan arus modal asing masuk ke pasar obligasi rupiah dengan berbarengan dengan penguatan harga.
Menurut Ramdhan, investor lokal seharusnya diberi insentif pajak untuk investasi di pasar obligasi sehingga pendalaman pasar khususnya untuk mencari investor baru benar-benar terealisasi dan mencegah fluktuasi pasar ketika sentimen global sedang buruk dan mengkhawatirkan investor asing.
Selain itu, nilai penerbitan obligasi pemerintah yang relatif naik setiap tahun pun tidak dibarengi dengan kenaikan PDB Indonesia, sehingga rasio utang terhadap PDB berpotensi naik setiap tahunnya.
"Kalau PDB tidak tumbuh sedangkan SUN baru terus terbit, maka rendahnya rasio utang terhadap PDB yang sekarang dibanggakan pemerintah perlu diperhatikan lagi."
Dia juga menyarankan adanya insentif bagi investor domestik seperti pajak bunga obligasi sehingga pendalaman pasar dalam negeri terus berkesinambungan dan mampu menahan fluktuasi investor asing yang sangat rentan terhadap sentimen global seperti sekarang.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di Brasil, India, Malaysia, Rusia, Singapura, dan Afsel.
Di negara maju, penguatan terjadi di pasar bund Jerman dan pasar OAT Perancis. Kemarin, hampir seluruh pasar obligasi negara, terutama di wilayah Eropa, menguat setelah pengumuman terpilihnya Lagarde sebagai presiden ECB.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 3 Jul'19 (%) | Yield 4 Jul'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 7.35 | 7.34 | -1.00 |
China | 3.146 | 3.193 | 4.70 |
Jerman | -0.384 | -0.386 | -0.20 |
Perancis | -0.099 | -0.106 | -0.70 |
Inggris | 0.692 | 0.698 | 0.60 |
India | 6.846 | 6.833 | -1.30 |
Jepang | -0.153 | -0.152 | 0.10 |
Malaysia | 3.631 | 3.63 | -0.10 |
Filipina | 5.034 | 5.046 | 1.20 |
Rusia | 7.41 | 7.4 | -1.00 |
Singapura | 1.934 | 1.909 | -2.50 |
Thailand | 1.92 | 1.99 | 7.00 |
Amerika Serikat | 1.952 | 1.953 | 0.10 |
Afrika Selatan | 8.15 | 8.11 | -4.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular