6 Emiten Terpaksa Ganti Usaha demi Sambung Nyawa, Tepatkah?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 July 2019 09:14
Harga Batu Bara Sedang Loyo
Foto: Batu Bara (alfacentra.com)
Batu Bara
Berbicara mengenai kegiatan usaha pertambangan batu bara, saat ini harga batu bara sedang berada di level yang sangat rendah. Saat ini, harga batu bara sedang berada di kisaran level terendah sejak September 2016.

Sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan kemarin, 2/7/2019), harga batu bara Newcastle kontrak acuan telah ambruk hingga 30%, dari US$ 101,4/metrik ton menjadi US$ 70,95/metrik ton.

Perang dagang menjadi salah satu faktor yang menekan harga batu bara. Dimulai pada semester I-2018, hingga kini AS telah mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal China senilai US$ 250 miliar, sementara China membalas dengan mengenakan bea masuk baru bagi produk impor asal AS senilai US$ 110 miliar.

Perang dagang AS-China terlihat jelas sudah menyakiti perekonomian keduanya. Di China, dalam enam bulan pertama tahun 2019, tercatat aktivitas manufaktur membukukan kontraksi sebanyak empat kali yakni pada bulan Januari, Februari, Mei, dan Juni.

Hal ini terlihat dari angka Manufacturing PMI pada bulan-bulan tersebut yang berada di bawah 50, menunjukkan adanya kontraksi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Kala aktivitas manufaktur terus saja lesu, praktis permintaan atas batu bara selaku salah satu sumber energi utama akan terus lemah dan menekan harganya.

   

Harga Minyak Sedang Merangkak Naik
Khusus untuk kegiatan usaha pertambangan minyak, prospek ke depannya bisa dibilang cukup seksi. Sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan kemarin), harga minyak WTI (west texas intermediate) kontrak acuan telah menguat 23,9%, sementara Brent kontrak acuan naik 16%.



Ke depannya, harga minyak mentah dunia bisa terus menguat. Berbeda dengan batu bara yang permintaan dan harganya tertekan seiring dengan panasnya perang dagang AS-China, harga minyak mentah bisa didongkrak naik oleh kesepakatan pemangkasan produksi oleh negara-negara penghasil minyak mentah, baik yang tergabung dalam OPEC maupun tidak.

Kemarin, Rusia dan sembilan negara produsen minyak non-OPEC lainnya setuju untuk memperpanjang pemangkasan produksi yang sedianya akan berakhir pada bulan ini untuk sembilan bulan mendatang.

Keputusan ini datang pasca pada hari Senin negara-negara anggota OPEC setuju untuk memperpanjang kebijakan tersebut selama sembilan bulan atau hingga Maret 2020.

Sebagai informasi, pemangkasan produksi yang dilakukan oleh OPEC dan negara produsen minyak non-OPEC pada saat ini adalah sekitar 1,2 juta barel per hari.

LANJUT KE HALAMAN 3>>

(ank/tas)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular